Penyakit & Kelainan

Enkopresis: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Fithriani Salma
Enkopresis adalah terjadinya buang air besar yang tidak disengaja hingga mengotori pakaian dalam, disebut juga dengan inkontinensia fekal. Kondisi ini disebut enkopresis bila terjadi pada anak diatas 4

Dikutip dari  Jurnal Afrika Ilmu Kedokteran dan Kesehatan  Enkopresis menyerang 3% anak berusia 4 tahun dan 1,6% anak berusia 10 tahun. [1]

Menurut Stanford Children’s Health, anak laki-laki enam kali lebih berisiko mengalami enkopresis daripada anak perempuan namun untuk alasannya sendiri tidak diketahui. [1]

Apa itu Enkopresis?

Enkopresis terjadi ketika seorang anak (biasanya berusia di atas 4)  mengalami buang air besar yang tidak disengaja dan berulang. [1, 2]

Kondisi medis ini paling sering dikaitkan dengan konstipasi, yaitu tersumbatnya tinja di usus. [1, 2, 3, 4, 5]

Penderita enkopresis biasanya lebih banyak dialami anak laki-laki sebanyak 89% daripada anak perempuan. [1, 2]

Berikut ini sejumlah fakta menarik seputar Enkopresis: [3] [5]

  • Enkopresis adalah pengotoran pakaian dengan tinja yang tidak disengaja oleh anak.
  • Para profesional medis tidak menganggap enkopresis sebagai kondisi medis kecuali jika anak tersebut telah berusia minimal 4 tahun.
  • Jika gejala yang muncul terjadi pada orang dewasa maka lebih dikenal sebagai fecal leakage, fecal soiling, atau rembesan fecal.
  • Konstipasi mempengaruhi 0,7 dan 29,6% anak-anak di seluruh dunia dan sering dikaitkan dengan enkopresis.
Tinjauan
Enkopresis adalah suatu kondisi ketika anak mengalami buang air besar yang tidak disengaja dan berulang, umumnya dialami oleh anak laki-laki.

Tipe-Tipe Enkopresis

Ada dua type utama enkopresis, yaitu enkopresis tanpa konstipasi dan e:nkopresis dengan konstipasi [4]

Enkopresis Tanpa Konstipasi

Pada Enkopresis ini anak-anak tidak menunjukkan bukti konstipasi pada pemeriksaan fisik atau berdasarkan riwayat. Kotoran biasanya cenderung dalam bentuk dan konsistensi normal.

Kondisi ini terjadi secara tidak sengaja dan biasanya terkait dengan adanya Disorder Opiantitional Disiant atau Conduct Disorder atau akibat dari masturbasi anal. 

Jenis enkopresis tanpa konstipasi lebih jarang terjadi daripada jenis encopresis dengan konstipasi.

Enkopresis dengan Konstipasi

Pada Enkopresis ini anak-anak ada bukti yang menunjukkan konstipasi pada pemeriksaan fisik atau berdasarkan riwayat frekuensi feses kurang dari tiga per minggu. 

Kotoran biasanya cenderung dalam bentuk tidak normal atau buruk dan keluar terus menerus dari usus. sebagian besar terjadi pada siang hari dan jarang muncul saat anak sedang tidur. Enkopresis ini umumnya dapat sembuh setelah anak mendapatkan perawatan. [4]

Penyebab Enkopresis

Kebanyakan Enkopresis disebabkan oleh sembelit kronis (lama). Jarang yang disebabkan oleh kelainan anatomi atau penyakit yang diderita anak sejak lahir (bawaan). Berikut penjelasannya: [5]

Sembelit

Sembelit tidak hanya berarti buang air besar yang tidak teratur tetapi juga kesulitan atau mengalami rasa sakit saat buang air besar. Sembelit terjadi sebelum enkopresis.

Enkopresis diawali ketika anak harus mengeluarkan feses yang sangat besar . Seiring waktu, anak menjadi enggan untuk buang air besar dan menahannya untuk menghindari rasa sakit.Namun kondisi demikian malah akan semakin memperparah sembelit. 

Saat semakin banyak tinja terkumpul usus besar merenggang, sistem saraf memberi sinyal untuk buang air besar. Otot rektum pun secara otomatis berkontraksi untuk mengeluarkan tinja. Refleks ini muncul di luar kendali, dan akhirnya anak tersebut membuang seluruh buang air besar ke pakaian dalamnya tanpa disengaja.

Kebiasaan menunda BAB, kurang asupan serat, serta minum yang tidak mencukupi menjadi penyebab timbulnya sembelit. Anda dapat meminta anak untuk makan makanan ber serat yang tersedia dalam buah-buahan, sayuran, dan makanan gandum. [5]

Masalah Psikis

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun juga dapat mengalami stres. Stres dapat berujung pada encopresis. Beberapa hal yang bisa membuat anak stres meliputi: [5]

  • Toilet training yang terlalu dini.
  • Adanya perubahan dalam keseharian anak, misalnya lingkungan baru, masuk sekolah, perubahan jadwal, atau perubahan pola makan.
  • Kelahiran sang adik, yang mungkin saja menyita perhatian orangtua.
  • Perceraian orangtua.

Faktor-faktor Risiko Enkopresis

Faktor-faktor risiko umum tertentu dapat meningkatkan kemungkinan anak Anda mengalami enkopresis. Faktor-faktor tersebut seperti: [1]

  • sembelit yang berulang
  • Pengubahan rutinitas toilet anak
  • pelatihan toilet yang buruk

Gejala-gejala Enkopresis

Gejala yang paling umum dari encopresis adalah celana dalam yang kotor. Sekitar lebih dari 80% anak-anak dengan encopresis pernah mengalami konstipasi atau buang air besar yang menyakitkan sebelumnya.

Sebagian besar anak-anak dengan encopresis mengatakan mereka tidak berkeinginan untuk buang air besar sebelum mereka mengotori pakaian dalam mereka. [1, 2, 5]

Berikut adalah gejala-gejala yang umum diderita anak dengan enkopresis:

  • Sembelit.
  • Feses keras dan kering akibat tinja yang tertahan lama di usus besar atau rektum.
  • Keluar feses berbentuk cair yang mengotori pakaian (cepirit). Gejala ini sering dianggap sebagai diare. Anak yang mengotori pakaian dalam mereka (Cepirit) biasanya terjadi pada siang hari.
  • Keluar feses berukuran besar.
  • Anak enggan untuk buang air besar (BAB).
  • Sakit perut.
  • Tidak nafsu makan.
  • Kerap mengompol, baik di siang hari maupun malam hari (enuresis).
  • Pada anak perempuan, dapat disertai dengan gejala infeksi saluran kemih.

Kapan harus ke dokter?

Anda sebaiknya memeriksakan anak Anda ke dokter jika muncul tanda-tanda berikut ini: [1]

  • Sembelit yang parah, persisten, atau berulang.
  • Nyeri saat buang air besar.
  • Sulit untuk buang air besar, termasuk mengejan saat menahan tinja.
  • Pakaian dalam kotor pada anak berusia di bawah 4 tahun.

Anda bisa menyiapkan daftar pertanyaan mengenai enkopresis sebelum berkonsultasi dengan dokter.[1]

Diagnosa Enkopresis

Encopresis didiagnosis berdasarkan gejala yang dialami pasien, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik ini dapat melibatkan pemeriksaan rektum. [1, 2, 5]

Untuk memastikan diagnosis enkopresis, dokter perlu mengadakan sejumlah tes yang meliputi tes tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Di bawah ini dapat Anda simak penjelasannya:

  • Tanya jawab

Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai keluhan gejala serta riwayat penyakit pada pasien. Dokter juga dapat bertanya mengenai kebiasaan makan dan minum anak.

  • Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kesehatan umum anak serta kondisi usus besar, dubur, dan anus. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam dubur. Pada awalnya Dokter dengan akan memakai sarung tangan dan membubuhkan gel pada jarinya.

Dokter kemudian memasukkan jari tersebut ke dalam dubur atau rektum anak, sambil menekan perut dengan tangan yang lain. Langkah ini untuk merasakan tinja dan memastikan lubang dubur dan rektum berukuran normal serta otot-otot dubur dalam keadaan normal. Meski mungkin terasa tidak nyaman, tetapi hal ini perlu dilakukan.

  • Pemeriksaan penunjang

Dalam beberapa kasus, pemeriksaan fisik belum cukup untuk memastikan ada tidaknya feses yang tertumpuk dalam perut, rontgen perut atau pelvis anak dapat dianjurkan oleh dokter. X-ray perut juga kadang-kadang diperlukan untuk membantu menentukan jumlah penumpukan feses, tetapi seringkali tidak diperlukan atau direkomendasikan oleh dokter.

Sementara pemeriksaan psikologis lebih lanjut mungkiin dibutuhkan bagi anak-anak yang menunjukkan gejala gangguan mental.

Pengobatan Enkopresis

Tindakan yang dokter lakukan biasanya mengeluarkan tinja dari usus besar dan rektum.Karena proses BAB mengalami gangguan, dokter akan memberi pasien produk-produk yang meliputi: [1, 2]

  • Enema, yaitu dengan mendorong cairan ke dalam rektum dan menciptakan tekanan di dalam rektum, sehingga feses dapat terdorong keluar. Enema yang banyak digunakan meliputi sediaan natrium fosfat komersial, saline, dan enema minyak mineral
  • Supositoria rektal, merupakan obat pelancar buang air besar berupa tablet tablet atau kapsul yang dimasukkan ke dalam rektum. Contoh obat yang termasuk ialah Dulcolax atau Armada Bisacodyl .
  • Obat pencahar kuat; obat pencahar bekerja dengan meningkatkan jumlah air di usus besar, sehingga feses dapat dikeluarkan.
  • Minyak mineral.

Untuk menggunakan obat ini, pertama Anda bisa mendinginkannya dulu agar lebih nikmat. Kemudian campur ke dalam cairan seperti jus jeruk. Pencahar ini umumnya tidak boleh diberikan bersama dengan makanan.

Selain pemberian obat, perubahan gaya hidup berikut juga perlu diterapkan: [1, 2, 5]

  • Mencukupi kebutuhan serat dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat meliputi stroberi, kacang polong, anggur, brokoli dan lain-lain.
  • Minum dalam jumlah cukup. Untuk anak-anak usia 4 hingga 8, disarankan minum lima gelas air setiap hari agar membantu tinja lunak sehingga mudah dikeluarkan. Jus dapat berfungsi sebagai obat pencahar yang sangat efektif. Jus mengandung berbagai gula yang tidak diserap secara efisien oleh lapisan usus, sehingga meningkatkan jumlah air di usus besar.
  • Mengajari anak agar ia tidak menunda BAB.
  • Berolahraga secara teratur.

Menciptakan Kebiasaan Buang Air Besar yang Baik

Anda dapat memotivasi anak untuk duduk di toilet selama 5 – 10 menit setelah sarapan dan mengulanginya  setelah makan malam setiap hari.. Anda dapat memberi pujian positif pada anak jika ia berhasil mencoba buang air besar. Hindari memarahi anak karena mengotori pakaian dalamnya. [1]

Konseling Psikologi

Jika anak mengalami stres atau tertekan, anak Anda mungkin perlu konseling psikologis. Seorang konselor dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan koping dan membangun kepercayaan diri. Mereka juga dapat mengajarkan teknik mengubah kebisaan yang efektif kepada orang tua. [1]

Pencegahan Enkopresis

Cara utama untuk mencegah enkopresis adalah dengan mencegah sembelit. Caranya cukup dengan memastikan anak mengonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah serta banyak minum air putih setiap harinya, jangan lupa untuk selalu berolahraga teratur. [1, 2]

Orangtua sebaiknya mempelajari teknik toilet training yang efektif Untuk mencegah stres pada anak ketika toilet training. Jangan mengajari anak sampai ia siap. Biasanya pelatihan dapat dimulai setelah mereka berusia 2 tahun.

Pencegahan masalah mental juga perlu diperhatikan oleh para orang tua ketika anak mengalami enkopresis. Bicarakan dengan dokter atau psikolog mengenai cara-cara untuk mencegah dampak sosial dan emosional akibat enkopresis. [1, 2]

1. April Kahn. 2018. healthline. Encopresis
2. Anonim. 2020. webmd. Encopresis
3. Anonim. 2020.. abnormalpsychology. Encopresis
4. Anonim. 2015. American Academy of Pediatrics. healthychildren
5. Anonim. 2020. medicinenet. Encopresis

Share