Daftar isi
Esofagus Barret merupakan suatu kondisi di mana terjadi gangguan jaringan yang mirip dengan lapisan usus menggantikan jaringan yang melapisi kerongkongan. Kondisi ini dapat membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan kanker langka, adenokarsinoma esofagus (kanker dengan morbiditas dan mortalitas tinggi) [1, 2].
Esofagus Barret dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi pra-ganas, di mana aka nada konversi epitel skuamosa esofagus normal menjadi epitel kolumnar metaplastic. Esofagus Barret ini identik juga dengan gastroesophageal reflux (GERD) yang berlangsung lama [2].
Esofagus Barret umumnya tidak menunjukkan gejala yang khusus, bahkan nyaris tanpa gejala apa pun. Namun, karena Esofagus Barret ini identik dengan GERD maka gejala berupa sakit maag mungkin saja terjadi [3].
Penyebab dari Esofagus Barret ini hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Namun, Esofagus Barret ini paling sering muncul pada orang-orang yang mengalami GERD. Oleh karena itu, penyebab Esofagus Barret mungkin berkaitan dengan GERD [3].
Ketika seseorang menderita GERD, umumnya otot-otot di bagian bawah kerongkongan tidak bekerja dengan baik bahkan cenderung melemah [3].
Jika hal ini terjadi maka otot-otot tersebut tidak akan cukup kuat untuk mencegah makanan dan asam yang naik kembali ke kerongkongan [3].
Asam lambung yang naik kembali ke kerongkongan ini diketahui dapat membuat sel-sel di kerongkongan menjadi tidak normal, khususnya jika paparan berlangsung dalam waktu lama [3].
Hingga kini, ada dua fakta yang perlu diketahui tentang Esofagus Barret dan GERD. Pertama, Esofagus Barret bisa berkembang pada orang yang tidak memiliki GERD sebelumnya [3].
Sedangkan fakta kedua, orang-orang dengan GERD memiliki risiko 3-5 kali lebih tinggi mengembangkan Esofagus Barret dibandingkan yang tidak mengalami GERD [3].
Menurut data, 5-10% orang yang menderita GERD mengembangkan Esofagus Barret. Khususnya pada laki-laki dengan usia yang lebih tua dari 55 tahun [3].
Ketika Esofagus Barret terjadi, sel-sel lapisan kerongkongan akan berkembang menjadi sel pra-kanker, di mana akan menjadi sel kanker seiring dengan berjalannya waktu [3].
Meskipun demikian, seseorang yang menderita Esofagus Barret belum tentu akan mengembangkan kanker. Menurut ada setidaknya 0,5 persen saja orang dengan Esofagus Barret yang pada akhirnya mengembangkan kanker [3].
Faktor-faktor berikut ini mungkin akan meningkatkan risiko seseorang mengembangkan Esofagus Barret [4]:
Jika seseorang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Esofagus Barret maupun kanker kerongkonan maka risiko mengembangkan Esofagus Barret akan lebih meningkat.
Esofagus Barret lebih berisiko untuk orang yang memiliki jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Ras orang berkulit putih mungkin akan membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan Esofagus Barret, dibandingkan dengan ras lainnya.
Esofagus Barret mungkin dapat terjadi pada orang dengan rentang usia yang beragam, mulai dari mudah hingga usia tua. Namun, Esofagus Barret ini cenderung lebih berisiko pada orang yang memiliki usia di atas 50 tahun.
Kondisi medis yang berhubungan dengan naiknya Asam kembali ke kerongkongan seperti sakit maag kronis maupun refluk asam diketahui dapat meningkatkan risiko mengembangkan Esofagus Barret.
Jika seseorang memiliki GERD yang tidak membaik bahkan setelah mengonsumsi obat penghambat pompa proton maka risiko Esofagus Barret lebih tinggi terjadi.
Jika seseorang memiliki GERD dan membutuhkan pengobatan teratur, maka risiko Esofagus Barret juga akan meningkat.
Kebiasaan merokok tidak hanya buruk bagi kesehatan paru-paru melainkan juga kerongkongan. Kebiasaan merokok di masa kini maupun masa lalu diketahui dapat meningkatkan risiko Esofagus Barret.
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko Esofagus Barret karena lemak tubuh di sekitar perut terlalu banyak.
Komplikasi yang paling mungkin ditimbulkan oleh Esofagus Barret yaitu kanker kerongkongan. Meskipun demikian, Esofagus Barret yang berkembang menjadi kanker kerongkongan hanya sedikit saja terjadi, artinya risikonya bisa dikatakan sangat kecil [4].
Segera perisakan diri kedokter jika gejala berikut ini terjadi [4]:
Untuk mendiagnosis Esofagus Barret, Dokter mungkin akan melakukan beberapa hal termasuk [6]:
Umumnya, orang-orang yang mengalami gejala refluk asam akan direkomendasikan oleh Dokter untuk menjalani pemeriksaan endoskopi.
Hal ini tidak lain untuk mengetahui perubahan spesifik pada lapisan kerongkongan. Mengingat, lapisan kerongkongan ini akan berbeda setelah Esofagus Barret terjadi.
Endokskopi umumnya juga akan digunakan sebagai metode untuk memantau orang yang tidak memiliki perubahan jaringan setelah satu tahun endoskopi pertama, diikuti oleh satu setiap 3 tahun.
Selain itu, pantauan menggunakan endoskopi ini juga akan dilakukan 6 bulan dan 1 tahun setelah seseorang didiagnosis dengan perubahan jaringan ringan.
Dokter mungkin juga akan melakukan biopsi dengan mengambil sampel jaringan, di bawah sedasi ringan. Namun, untuk pengambilan sampel yang mewakili seluruh jaringan dapat dikatakan sulit.
Mengingat, tidak semua jaringan kerongkongan mengalami Esofagus Barret. Olek karena itu, pengambilan sampel jaringan diperbanyak yaitu setidaknya delapan sampel selama prosedur.
Umumnya, jaringan Esofagus Barret akan berbeda dengan jaringan kerongkongan normal tanpa Esofagus Barret. Jika jaringan kerongkongan normal akan berwarna pucat dan mengkilap, jaringan Esofagus Barret justru akan berwarna merah seperti beludru.
Pengobatan untuk Esofagus Barret ini beragam, di mana tujuan utamanya akan berfokus pada jaringan tidak normal yang terbentuk. Adapun metode pengobatan Esofagus Barret tersebut mungkin akan mencakup [5, 6]:
RFA merupakan suatu metode di mana memanfaatkan gelombang radio melalui endoskop untuk menghancurkan sel-sel tidak normal. Gelombang radio ini dinilai dapat menyebabkan panas, hingga menghancurkan sel-sel tidak normal. Selain itu, RFA ini dapat juga melindungi sel-sel sehat di sekitarnya.
Terapi fotodinamik dapat digunakan untuk membunuh sel-sel tidak normal di lapisan jaringan kerongkongan tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Terapi fotodinamik ini memanfaatkan laser melalui endoskopi. Untuk membuat sel peka terhadap cahaya, maka pasien umumnya akan diminta mengonsumsi obat Photofrin.
Cryotherapy semprot endoskopi merupakan suatu metode baru di mana nitrogen dingin maupun gas karbon dioksida di terapkan melalui endoskopi. Metode ini bertujuan untuk membekukan sel-sel tidak normal pada jaringan yang terkena Esofagus Barret.
Metode reseksi mukosa endoskopi merupakan suatu metode di mana tujuannya adalah untuk mengangkat lapisan jaringan tidak norma. Sebelum lapisan dapat diangkat, lapisan tersebut terlebih dahulu dipotong dinding kerongkongan melalui endoskopi.
Dengan demikian, sel-sel pra-kanker maupun kanker dalam lapisan jaringan kerongkongan dapat dihilangkan.
Pada kasus-kasus tertentu operasi pembedahan untuk mengangkat sebagian besar kerongkongan pra-kanker parah atau kanker mungkin dilakukan.
Jika prak-kanker maupun kanker parah telah terjadi, maka lebih cepat melakukan operadi pembedahan akan lebih meningkatkan peluang penyembuhan.
Operasi pembedahan ini mungkin juga disebut dengan Esofagektomi, di mana ahli bedah mengangkat seluruh bagian kerongkongan dan membangun kembali bagian tersebut menggunakan bagian lambung atau usus kecil.
Pencegahan perkembangan Esofagus Barret mungkin akan dapat difokuskan pada pengedalian refluk asam yang mungkin mendasari. Beberapa hal berikut ini tidak hanya dapat membantu mengobati Esofagus Barret namun juga dapat mencegah dan memperlambat perkembangan Esofagus Barret itu sendiri [5]:
Perubahan pola makan menjadi lebih sehat dan meninggalkan makanan yang memperburuk refluk asam berikut ini akan sangat membantu [5]:
Menghindari alkohol dan produk tembakau akan memberikan efek yang baik dalam membantu mencegah perkembangan Esofagus Barret.
Kelebihan berat badan diketahui dapat meningkatkan risiko refluks asam. Oleh karena itu, menurunkan berat badan akan dapat mencegah atau setidaknya mengurangi risiko refluk asam.
Posisi tidur dengan kepala yang lebih tinggi dapat mencegah asam di perut naik kembali ke kerongkongan.
Obat-obatan berikut ini mungkin akan diresepkan untuk membantu mengendalikan refluk asam [5]:
Perubahan gaya hidup lain berikut ini juga akan sangat membantu mencegah perkembangan Esofagus Barret [5]:
1. Anonim. Definition & Facts for Barrett's Esophagus. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2022.
2. Michelle Khieu & Sandeep Mukherjee. Barrett Esophagus. National Center for Biotechnology Information, Natiional Institutes of Health; 2021.
3. Carmella Wint & Graham Rogers, M.D. Barrett's Esophagus. Healthline; 2018.
4. Tim Mayo Clinic. Barrett's esophagus. Mayo Clinic; 2022.
5. Joseph Saling & Nayana Ambardekar, MD. Barrett's Esophagus: Symptoms, Causes, and Treatments. WebMD; 2021.
6. Lori Smith, MSN, BSN, WHNP-BC & Cynthia Taylor Chavoustie, MPAS, PA-C. What's to know about Barrett's esophagus?. Medical News Today; 2018.