Daftar isi
Gambas merupakan salah satu sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sayuran ini juga disebut dengan istilah oyong dalam bahasa Indonesia.
Nama lain dari gambas adalah Luffa acutangula . Tanaman ini berasal dari famili Cucurbitaceae . Tanaman dengan famili Cucurbitaceae memiliki 975 jenis varian [1].
Gambas selain dikenal sebagai sayuran yang enak juga digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Pengobatan penyakit menggunakan tanaman herbal merupakan salah satu upaya pencegahan yang menjadi perhatian utama para ahli dari seluruh dunia. Hal ini disebabkan tanaman dinilai memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai obat [1,3].
Tanaman gambas merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat dari seluruh dunia. Gambas juga dimanfaatkan sebagai obat melalui berbagai percobaan oleh para ahli.
Tumbuhan gambas memiliki nama yang beragam dari seluruh belahan dunia. Berikut adalah nama lain dari tanaman gambas [1]:
Tumbuhan ini dapat ditemukan di berbagai pelosok negara di dunia. Gambas banyak ditemukan pada India, China, Asia Tenggara, Mesir, Jepang, beberapa bagian di Afrika dan tentu saja di Indonesia. Namun berdasarkan data tanaman ini berasal dari daerah India [1,5].
Gambas merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh dengan cara merambat. Akar dari tumbuhan ini berwarna kuning kecoklatan dan memiliki bentuk tabung dengan panjang 8-12 cm dan ketebalan 0,7 cm.
Buah dari gambas memiliki panjang sekitar 4019 cm dan lebar 2-4 cm. Dari segi daun, tumbuhan ini memiliki daun yang panjang dengan kisaran 15-20 cm dengan warna hijau [1,5].
Rasa dari gambas agak pahit, sehingga untuk dikonsumsi sehari-hari tumbuhan ini memerlukan beberapa proses memasak terlebih dahulu.
Cita rasa yang unik dari gambas membuat banyak orang tertarik untuk mencoba memasukkan gambas ke dalam menu diet sehari-hari [4].
Gambas berasal dari India dan kini telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Gambas merupakan salah satu tumbuhan yang unik dengan panjang maksimal mencapai 12 cm.
Saat mengonsumsi gambas, tubuh kita akan mendapatkan berbagai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah kandungan gizi dari gambas menurut para ahli dalam setiap 100 gramnya [3]:
Name | Amount | Unit |
Lemak | 0,1 | g |
Energi | 18,18 | Kcal |
Protein | 0.46 | g |
Karbohidrat | 3.86 | g |
Serat | 42.94 | g |
Vit A | 0,0001 | mg |
Vitamin B1 | 0.7692 | mg |
Vitamin B2 | 0.2061 | mg |
Vitamin B3 | 3.1282 | mg |
Vit.C | 0.083 | mg |
Kalsium | 99.78 | mg |
Magnesium | 27.38 | mg |
Dari tabel kandungan nutrisi tersebut dapat diketahui bahwa kalsium yang terkandung pada gambas sangat tinggi, yaitu 99.78 mg. Tidak ada Kadar kolesterol pada gambas.
Kadar kalsium yang tinggi pada gambas membuat gambas berguna untuk memperbaiki kerusakan tulang yang dapat dialami oleh tubuh, seiring dengan bertambahnya usia [3].
Tingginya kadar protein yang dimiliki gambas juga mendapat perhatian dari para ahli. Gambas dijadikan ramuan obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti anti kanker dan menjaga kekebalan tubuh [5].
Gambas memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan dapat meningkatkan kesehatan tulang.
Selama bertahun-tahun, masyarakat Suku Madhya Pradesh Barat dari daerah India menggunakan tanaman gambas sebagai obat untuk penyakit kuning. Pada daerah ini gambas disebut dengan Kadwi Turai.
Cara membuat obat ini yaitu dengan menggunakan 2-3 helai daun gambas dan buah gambas yang masih muda.
Daun dan buah gambas ini kemudian dibuat menjadi jus tanpa menambahkan air. Kemudian ramuan ini diletakkan ke dalam lubang hidung penderita penyakit kuning [1].
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan, bahwa suku India juga menggunakan gambas untuk mengobati pasien dengan penyakit diabetes. Ekstrak dari tanaman gambas memberikan manfaat kepada diabetes tipe 2.
Senyawa yang dihasilkan gambas dapat menghambat perkembangan dari hiperglikemia postprandial pada penderita diabetes tipe 2.
Hiperglikemia postprandial merupakan kondisi tubuh di mana kadar gula dara berada di atas normal pada kondisi pasien selesai makan [1].
Daerah Rajasthan, India juga memanfaatkan biji dari gambas untuk pengobatan penyakit kencing manis. Pengobatan dilakukan dengan menumbuk biji dari gambas, kemudian bubuk ini diminum dengan menggunakan air.
Pasien dengan penyakit kencing batu disarankan untuk mengonsumsi obat ini selama 3 hingga 4 hari [1]
Sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak dari gambas terhadap kerusakan otak sebagai akibat dari penyakit stroke. Penelitian ini dilakukan pada tikus percobaan dalam laboratorium penelitian.
Ekstrak dari gambas menghasilkan senyawa yang menghambat kerusakan otak yang disebabkan oleh serangan stroke pada tubuh [1].
Ekstrak dari buah gambas ditemukan dapat mencegah pertumbuhan beberapa bakteri. Bakteri tersebut antara lain B. Subtilis, S. Aureus, P. aeruginosa and E. coli, akan tetapi tidak dapat mencegah perkembangan dari bakteri jenis E. Aerogenes dan S. Thypi.
Seperti yang kita ketahui, bakteri ini dapat menyerang sistem pencernaan kita. Sehingga dengan mengonsumsi ekstrak buah gambas kita akan terhindar dari bakteri ini [1].
Komponen antioksidan yang dimiliki oleh gambas berguna bagi tubuh untuk berlindung dari molekul yang tidak stabil yang sering disebut radikal bebas.
Aktifitas antioksidan yang dihasilkan dalam tubuh membuat tubuh tidak mudah diserang oleh bibit penyakit. Sehingga dapat dikatakan dengan mengonsumsi gambas sistem imun tubuh menjadi meningkat [1,3,5].
Senyawa betakarotin dan flavonoid dalam gambas merupakan salah satu antioksidan terbesar yang berguna bagi tubuh.
Kadar antioksidan yang lebih tinggi ditemukan pada bubuk kulit gambas daripada bubuk yang berasal dari bulir gambas. Hal ini disebabkan oleh kandungan fenolic dan flavonoid yang ada pada kulit gambas [1,3,5].
Kadar flavonoid yang ditemukan dalam gambas sangat tinggi. Jenis flavonoid yang ditemukan dalam gambas adalah apigenin dan luteolin.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Department of Pharmacology, School of Pharmacy and Technology Management kadar flavonoid paling tinggi juga ditemukan pada daun gambas [5].
Gambas sudah dikenal luas sebagai tanaman yang dapat mencegah penyakit kanker. Gambas telah diuji secara klinis dapat mencegah penyakit kanker paru-paru.
Ekstrak dari gambas meningkatkan aktivitas tubuh dalam melawan pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. Peningkatan ini terjadi seiring dengan penambahan dosis dari etanol sebagai obat untuk mencegah pertumbuhan sel kanker[1,5].
Penelitian menggunakan tikus albino telah dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan oleh gambas sebagai upaya penghilangan rasa sakit.
Kandungan dalam gambas dipercaya memiliki senyawa yang dapat mengatur pusat rasa sakit pada tubuh, sehingga rasa sakit dalam tubuh dapat berkurang apabila mengkonsumsi gambas [1]
Menurut para ahli, gambas bermanfaat sebagai obat anti-ulcer. Obat jenis ini membantu memperbaiki kerusakan alat pencernaan seperti usus dua belas jari ataupun usus besar.
Lebih lanjut kandungan dari gambas dapat mengobati penderita asam lambung dan meringankan kerja usus akibat penyakit tersebut. Kandungan Metanol pada gambas membantu mengobati luka usus yang terjadi akibat peningkatan asam lambung dalam tubuh [1,4].
Penelitian klinis yang dilakukan oleh peneliti dari Modern Institute of Pharmaceutical Sciences, Indore dilakukan untuk menemukan manfaat gambas terhadap peradangan yang terjadi pada tubuh. Uji klinis ini dilakukan pada tikus albino.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa 72,83% dari tikus percobaan mengalami sembuh dari edema atau pembengkakan pada kaki.
Hal ini disebabkan oleh kandungan gambas yang diberikan pada objek penelitian sebesar 500 mg / kg. Pada masyarakat Afrika, gambas digunakan untuk menyembuhkan luka akibat gigitan cacing guinea[2,4].
Sejauh ini tidak ada efek racun atau efek toksik yang ditimbulkan oleh konsumsi gambas. Para ahli menggunakan ekstrak gambas sebagai obat, maka efek samping dari penggunaannya juga diuji agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat [5].
Namun kita perlu berhati-hati dalam mengonsumsi gambas. Salah satu risiko yang dapat kita miliki ketika mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan adalah kadar pestisida dalam tumbuhan tersebut .
Pestisida yang terkandung dalam sayuran dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pernapasan dan gangguan pada pencernaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Swiss, ditemukan bahwa tanaman yang terkontaminasi pestisida meningkatkan risiko keracunan yang jauh lebih besar dan berbahaya dibandingkan keracunan yang ditimbulkan oleh air minum dan udara [7].
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pestisida pada gambas adalah dengan melakukan pencucian terhadap gambas sampai bersih dengan air mengalir. Kadar pestisida juga dapat dihilangkan dengan mengolah gambas dengan baik sebelum dikonsumsi [7].
Kadar pestisida dalam gambas dapat merugikan kesehatan kita. Sehingga untuk mencegahnya kita dapat membersihkan gambas sebelum dikonsumsi.
Secara umum, ahli gizi pada International Journal of Food Properties mengatakan bahwa cara paling tepat dalam mengolah gambas adalah dengan cara merebus gambas selama 7 menit pada air mendidih [6].
Gambas yang masih muda sering digunakan sebagai sayur oleh masyarakat [4]. Terkadang, daun dari gambas juga digunakan sebagai lalapan. Dalam berbagai tradisi buah gambas yang kecil dikonsumsi sebagai acar.
Buah gambas memiliki rasa manis sehingga menjadi pilihan yang tepat sebagai bahan makanan pada acara-acara tertentu [4].
Cara terbaik untuk menyimpan gambas adalah dengan cara menyimpan ekstrak dari gambas untuk dikonsumsi.
Untuk mendapatkan ekstrak gambas dapat dilakukan dengan menyaring jus gambas untuk diambil sari buahnya. Karena sebagai yang telah diketahui ekstrak gambas berguna untuk mengobati berbagai macam penyakit [2,4].
Gambas juga dapat disimpan pada suhu ruangan dengan dibersihkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama, gambas dapat disimpan pada kulkas.
Gambas memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan sebaiknya rutin dikonsumsi setiap hari. Gambas dapat dikonsumsi dengan cara ditumis, dibuat menjadi acara atau dijadikan jus gambas.
1). Pingale Shirish S, Punde Vikas M, Deokar, Dinesh E. Dr. Arvind Chavhan. 2018. Res. Journal of Science & Engineering, January, Special Issue A3: 1-8. Pharmacological Review of “Luffa acutangula (L) Roxb, Int.
2). Prajapati Palash, Dwivedi Sangeeta, Vyas Narendra, Malviya Kirti, Malviya Sapna, Kharia Anil. 2017. World Journal of Pharmaceutical Research Volume 6, Issue 16, 519-529. Anti-Inflammatory Activity Of Ethanolic Extract Of Luffa Acutangula.
3). Jadhav Santosh Jaysingrao, Dr. (Prof.) Chavan Chavan Niranjana Sunil. 2012. International Journal of Science and Research (IJSR) (2012): 3.358. Nutritional Assessment of Fruits of Luffa acutangula var. Amara.
4). Ali Esmail Al-Snafi. 2019. Journal Of Pharmacy Volume 9, Issue 9 Series. I (September 2019), PP. 56-67. A review on Luffa acutangula: A potential medicinal plant.
5). Parshuram Nivrutti Shendge, Sateesh Belemkar. 2018. Frontiers in Pharmacology.October 2018 Volume 9 Article 1177. Therapeutic Potential of Luffa acutangula: A Review on Its Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology and Toxicological Aspects.
6). Roshanlal Yadav,Baljeet S. Yadav &Ritika B. Yadav. 2017. International Journal of Food Properties. Volume 20, 2017 - Issue 9. Phenolic profile and antioxidant activity of thermally processed sponge gourd (Luffa cylindrica) as studied by using high performance thin layer chromatography (HPTLC).
7). M Margni, D Rossier, P Crettaz, O Jolliet. 2002. Agriculture, Ecosystems and Environment 93 (2002) 379–392. Life cycle impact assessment of pesticides on human health and ecosystems