Kehamilan & Parenting

9 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Demam

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Suhu tubuh buah hati yang naik saat ia mengalami demam dapat membuat orang tua khawatir dan melakukan berbagai upaya untuk meringankan gejala. Tapi demam sebenarnya menguntungkan bagi tubuh anak, sebab berfungsi meningkatkan kerja sistem imun untuk melawan penyebab penyakit[1, 2].

Demam yang ringan biasanya akan turun dengan sendirinya tanpa perlu penanganan atau pengobatan, sehingga orang tua tidak perlu terlalu khawatir. Jika demam anak cukup tinggi, anak sebaiknya diminta beristirahat dan diberikan obat penurun panas khusus anak[1].

Umumnya demam dapat membaik dengan obat penurun panas dan kompres. Untuk melakukan penanganan demam anak, orang tua sebaiknya tetap tenang dan menghindari melakukan hal-hal yang dapat berakibat memperburuk kondisi anak.

Berikut beberapa hal yanag tidak boleh dilakukan saat anak demam:

1. Memakaikan Baju Tipis atau Melepas Baju

Anak yang sedang demam dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang menjaga tubuhnya tetap hangat. Hindari memakaikan baju yang terlalu tipis atau membiarkan anak lepas baju dan telanjang[1].

Mengenakan baju secara berlapis atau menutupi anak dengan selimut yang terlalu tebal juga sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini dapat mencegah panas tubuh untuk dilepaskan ke lingkungan sehingga suhu tubuh anak makin bertambah panas[1].

2. Membiarkan Anak Kekurangan Minum dan Makan

Saat anak demam, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak minum dan makan dengan cukup[1].

Demam dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan keringat dan berisiko menimbulkan dehidrasi. Oleh karena itu, penting untuk anak yang demam untuk mendapat cukup minum, terutama jika demam disertai gejala seperti muntah atau diare[1].

Anak biasanya menjadi malas makan atau tidak merasa lapar saat sedang demam, sehingga menyebabkan anak makan lebih sedikit daripada biasanya. Padahal peningkatan suhu akibat demam menyebabkan metabolisme tubuh berlangsung lebih cepat sehingga tubuh memerlukan suplai kalori dari makanan yang lebih banyak[1, 3].

Orang tua sebaiknya tidak membiarkan dan menuruti selera anak yang turun. Minta anak untuk tetap makan dan berikan menu yang sehat dan seimbang[1].

Tapi orang tua juga sebaiknya tidak terlalu memaksa anak untuk makan jika anak terus menolak atau kondisi tidak memungkinkan. Tawarkan makanan dengan lebih sering dan porsi yang lebih kecil, sehingga anak tetap mendapat suplai kalori meski sedikit demi sedikit[1, 2].

Untuk meningkatkan selera makan anak, dapat diberikan makanan kesukaannya. Memberikan kaldu atau sup ayam dapat menjadi pilihan yang baik karena selain mensuplai nutrisi juga menjaga hidrasi tubuh[3].

3. Memberikan Obat Aspirin

Jika demam anak cukup tinggi dan menyebabkan anak menjadi rewel, orang tua dapat memberikan obat penurun panas khusus anak. Obat penurun panas umum yang dapat diberikan untuk anak meliputi paracetamol dan ibuprofen[4].

Obat aspirin tidak boleh diberikan pada anak kecil atau anak usia remaja, sebab pemberian aspirin pada anak-anak dapat memicu kondisi langka yang dapat berakibat fatal yang disebut sindrom Reye[4].

Sindrom Reye merupakan gangguan langka yang menyebabkan kerusakan otak dan hati. Kondisi ini paling sering ditemukan pada anak-anak, meski dapat terjadi pada semua usia[3].

4. Menggandakan Dosis Obat

Obat penurun panas seperti paracetamol umumnya efektif untuk mengatasi demam. Meski pada kasus tertentu demam menyebabkan suhu tubuh sangat tinggi, bukan berarti bahwa dosis obat yang digunakan juga harus digandakan[3].

Obat seperti paracetamol dan ibuprofen memerlukan waktu sekitar 30 hingga 60 menit untuk bekerja menurunkan suhu tubuh. Jika menggunakan kedua obat, sebaiknya digunakan secara bergantian. Misalnya jika salah satu tidak efektif menurunkan panas setelah 1 jam, gunakan obat yang lain[2].

Menggunakan obat melebihi dosis yang dianjurkan dapat mengarah pada kerusakan hati berat dan bahkan kematian. Dosis maksimal paracetamol untuk anak-anak bergantung pada usia anak[3, 5]:

  • Usia 4-11 bulan: 1 ml
  • Usia 1-2 tahun: 1,5 ml
  • Usia 2-3 tahun: 5 ml (1 sendok teh)
  • Usia 4-5 tahun: 7,5 ml (1,5 sendok teh)
  • Usia 6-8 tahun: 10 ml (2 sendok teh)

Dosis tunggal dapat diulang setiap 4-6 jam, sesuai kebutuhan atau sesuai petunjuk dokter. Jangan memberikan lebih dari 5 dosis per hari[5].

5. Memaksa Anak Melakukan Aktivitas Normal

Demam biasanya mengindikasikan suatu penyakit atau infeksi. Untuk melawan penyakit, tubuh akan menggunakan energi dalam jumlah besar.

Memaksa anak melakukan aktivitas normal dapat berdampak memperlama demam karena penggunaan energi untuk beraktivitas menyebabkan kerja sistem imun menjadi kurang efektif. Anak yang sedang demam sebaiknya dibiarkan untuk beristirahat dan tetap di rumah hingga demam turun[2, 3].

6. Mengkompres dengan Es atau Memandikan dengan Air Dingin

Meski es dan air dingin dapat dengan cepat menurunkan suhu tubuh, penggunaannya sebagai kompres atau untuk mandi dapat mengarah pada menggigil[2, 3].

Saat tubuh kedinginan, otot akan menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh ke titik baru yang diatur oleh hipotalamus. Mandi dan kompres dingin berpotensi menyebabkan otot tubuh menggigil dan kram[3].

Mandi dengan air dingin dapat memicu suhu tubuh anak kembali naik. Demikian juga dengan penggunaan alkohol untuk mengelap punggung anak juga dapat menyebabkan suhu naik[6].

Sebaiknya anak yang demam mandi menggunakan air hangat. Suhu tubuh anak akan turun dengan sendirinya saat air menguap[3].

7. Memberikan Kombinasi Obat Pilek atau Flu

Obat pilek dan flu tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak di bawah usia 4 tahun. Efektivitas penggunaan obat flu pada anak di atas usia 4 tahun juga belum diketahui[6].

Jika anak hendak diberikan obat pilek dan flu, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan usia anak cukup besar untuk jenis obat tersebut[6].

Menurut Food and Drugs Administration, anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh diberikan produk batuk atau flu jenis apa pun yang mengandung dekongestan atau antihistamin, dan penggunaan untuk anak di atas usia 2 tahun harus dilakukan dengan penuh hati-hati[6].

Selain itu, anak di bawah usia 4 tahun sebaiknya tidak diberikan obat kombinasi batuk dan pilek. Efek samping potensial dari obat dapat berakibat serius dan bahkan membahayakan nyawa[6].

8. Memberikan Makanan Olahan dan Bertekstur Keras

Makanan olahan mengandung nutrisi dalam jumlah yang sangat rendah dan tinggi kandungan lemak jenuh dan gula. Makanan olahan tidak dapat membantu mensuplai kebutuhan nutrisi yang diperlukan selama sistem imun tubuh melawan penyakit yang menimbulkan demam[7].

Sementara, konsumsi makanan bertekstur keras berpotensi menyebabkan iritasi pada kerongkongan anak yang mana dapat memperburuk gejala yang dialami. Hindari memberikan makanan seperti keripik, kraker, dan roti bertekstur keras[7].

9. Memberikan Minuman Bersoda atau Berkafein

Minuman yang mengandung soda atau kafein dapat membuat tubuh lebih mudah mengalami dehidrasi karena soda dan kafein termasuk diuretik. Dehidrasi dapat membuat tubuh lebih kesulitan melawan penyakit sehingga dapat memperlama turunnya demam atau memperburuk kondisi[7].

Hindari memberikan minuman seperti teh, kopi, atau produk minuman bersoda selama anak demam[7].

1. Kate Bayless and Nicole Harris. The Dos and Don'ts of Fighting a Fever. Parents; 2019.
2. Anonim. The Do's and Don'ts of Treating Fevers in Children. UH Hospital; 2015.
3. Emilia Paluszek. 11 Things You Should Never Do When You Have a Fever. Eat This, Not That!; 2021.
4. Vincent Iannelli, MD, reviewed by Jonathan B. Jassey, DO. What to Do if Your Child Has a Fever. Very Well Health; 2020.
5. Anonim. Acetaminophen Dosage for Infants and Children. Tylenol; 2021.
6. By R. Morgan Griffin, reviewed by Renee A. Alli, MD. What to Do When Your Kid Has a Fever. WebMD; 2021.
7. Nalika Unantenne. 6 Best Food to Feed a Child with Fever and the Ones to Avoid. The Asian Parents; 2021.

Share