Penyakit & Kelainan

Hipermagnesemia: Penyebab – Gejala dan Cara Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Hipermagnesemia?

Hipermagnesemia adalah penyakit langka berupa tingginya kadar magnesium dalam darah, yaitu sekitar 2,6 mg/dL atau lebih. Kadar magnesium yang beredar di dalam darah seharusnya antara 1,7 hingga 2,3 miligram per desiliter (mg/dL). [1]

Jumlah magnesium dalam darah diatur oleh sistem pencernaan untuk penyerapan dan sistem ekskresi untuk pembuangan melalui urin.[1]

Fakta Hipermagnesemia

Berikut adalah fakta-fakta terkait hipermagnesemia: [2]

  • Hipermagnesemia diderita oleh 10 hingga 15% dari penderita gagal ginjal, 3% diantaranya diderita oleh laki-laki.
  • Hipermagnesemia masih sulit untuk didiagnosis karena gejalanya yang umum.
  • Hipermagnesemia disebabkan gagal ginjal, gangguan neurologis, dan gangguan jantung.
  • Hipermagnesemia merupakan komplikasi dari gagal ginjal, kekurangan hormon tiroid, cuci darah, dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
  • Hipermagnesemia dapat mengakibatkan sembelit.

Penyebab Hipermagnesemia

Kadar magnesium yang tinggi dapat terjadi sebab proses yang menjaga kadar magnesium dalam tubuh pada tingkat normal tidak dapat bekerja dengan normal dan baik pada penderita disfungsi ginjal dan penyakit hati stadium akhir.[1]

Saat ginjal sudah tidak bisa bekerja dengan baik, banyaknya magnesium tidak dapat dikeluarkan sehingga mengendap di dalam darah, kondisi ini juga membuat seseorang penderita disfungsi ginjal lebih rawan akan penimbunan mineral yang ada di dalam darah. [1]

Beberapa pengobatan untuk penyakit ginjal kronis, termasuk penghambat pompa proton, dapat menambah risiko hipermagnesemia. Konsumsi alkohol dan gizi yang buruk merupakan faktor risiko tambahan pada orang dengan penyakit ginjal kronis.[1]

Hipermagnesemia biasanya diderita oleh orang yang memiliki gangguan di ginjalnya. Jika seseorang dengan fungsi ginjal yang sehat mengalami hipermagnesemia, gejalanya biasanya ringan.[1]

Penyebab lain dari hipermagnesemia meliputi:[1]

Kondisi ini juga bisa berkembang pada seseorang yang telah dirawat karena overdosis obat dengan katarsis yang mengandung magnesium.[1]

Wanita yang mengonsumsi magnesium sebagai pengobatan untuk preeklamsia mungkin juga berisiko terkena hipermagnesemia jika dosisnya terlalu tinggi.[1]

Gejala Hipermagnesemia

Gejala hipermagnesemia meliputi:[1]

  • Mual.
  • Muntah.
  • Gangguan saraf.
  • Hipotensi.
  • Kulit menjadi merah dan panas.
  • Sakit kepala.

Kadar magnesium yang sangat tinggi dalam darah dapat memicu masalah pada jantung, kesulitan bernapas, dan syok. Untuk kasus yang parah, bahkan dapat menyebabkan penderitanya koma.[1]

Kadar normal magnesium dalam darah adalah antara 1,7 dan 2,3 mg/dL. Apa pun di atas ini dan hingga sekitar 7 mg/dL dapat menyebabkan gejala ringan, termasuk kemerahan, mual, dan sakit kepala.[1]

Kadar magnesium antara 7 dan 12 mg/dL dapat memengaruhi jantung dan paru-paru, dan kadar di ujung atas kisaran ini dapat menyebabkan kelelahan ekstrem dan tekanan darah rendah.[1]

Kadar magnesium di atas 12 mg/dL dapat menyebabkan kelumpuhan otot dan hiperventilasi. Jika kadarnya di atas 15,6 mg/dL, kondisi ini dapat menyebabkan koma.[1]

Hipermagnesemia jika didagnosis lebih awal biasanya dapat diobati. Jika fungsi ginjal berjalan dengan baik maka ginjal dapat mengeluarkan kelebihan magnesium dengan cepat setelah sumbernya diidentifikasi dan dihentikan. [1]

Pada kasus yang parah, terutama jika terlambat didiagnosis, bisa lebih sulit diobati pada mereka yang ginjalnya rusak. Dialisis dan kalsium intravena dapat menghentikan gejala dengan cepat.[1]

Orang tua dengan disfungsi ginjal memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi parah. Orang sakit kritis yang sudah dirawat di rumah sakit memiliki angka kematian yang lebih tinggi jika didiagnosis dengan hipermagnesemia.[1]

Diagnosis Hipermagnesemia

Hypermagnesemia didiagnosis dengan tes darah. Tingkat magnesium yang ditemukan dalam darah menunjukkan tingkat keparahan kondisi tersebut.[1]

Evaluasi pasien yang diduga mengalami hipermagnesemia meliputi:[2]

  • Kadar magnesium.
  • Proses sirkulasi pada ginjal, seperti laju filtrasi glomerulus (GFR), kadar nitrogen urea dalam darah, kreatin, glukosa, dan berat jenis urin.
  • Kandungan gas dalam arteri.
  • Tes urin.
  • Kandungan mineral dalam urin seperti kalium, fosfat, dan kalsium (plasma dan urinalisis).
  • EKG.

Selama terapi magnesium dosis tinggi untuk eklamsia, kadar magnesium serum perlu diukur secara berkala untuk mencegah hipermagnesemia.

Beberapa kesulitan saat diagnosis hipermagnesemia:[2]

  • Gejala tidak spesifik.
  • Hipermagnesemia masih tidak familiar karena penyakit ini jarang ditemui.
  • Pengecekan magnesium yang tidak rutin.

Pengobatan Hipermagnesemia

Langkah pertama dalam mengobati hipermagnesemia adalah mengidentifikasi dan menghentikan sumber magnesium ekstra.[1]

Pasokan kalsium intravena (IV) kemudian digunakan untuk mengurangi gejala seperti gangguan pernapasan, detak jantung tidak teratur, dan hipotensi, serta dampak neurologis.[1]

Kalsium intravena, diuretik, atau pil air juga dapat digunakan untuk membantu tubuh membuang kelebihan magnesium.[1]

Orang dengan disfungsi ginjal atau yang mengalami overdosis magnesium yang parah mungkin memerlukan dialisis atau cuci darah jika mengalami gagal ginjal, atau jika kadar magnesium masih meningkat setelah pengobatan.[1]

Pencegahan Hipermagnesemia

Orang dengan masalah ginjal memiliki risiko mengalami hipermagnesemia karena ginjal mereka tidak dapat mengeluarkan cukup magnesium.[1]

Menghindari obat yang mengandung magnesium dapat membantu mencegah komplikasi. Termasuk beberapa antasida dan obat pencahar yang dijual bebas.[1]

Dokter disarankan untuk menguji hipermagnesemia pada siapa pun dengan ginjal yang berkinerja buruk yang mengalami gejala terkait.[1]

1. Amanda Barrell. What is Hypermagnesemia? Medical News Today; 2021.
2. Marco Cascella. Hypermagnesia. The National Center for Biotechnology; 2020.
3. Anonim. Hypermagnesemia (High Magnesium). Chemocare; 2021.

Share