Daftar isi
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). [1, 2, 3]
HIV adalah virus yang hidup dalam cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan vagina dan rektal, serta ASI. [1, 2]
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh Anda kesulitan dalam melawan infeksi dan penyakit. [2, 3]
Ada dua jenis utama human immunodeficiency virus (HIV) yaitu HIV -1 dan HIV-2. Keduanya dapat menyebabkan AIDS, namun keduanya sangat berbeda satu sama lain. [1, 6]
Adalah jenis HIV yang paling umum dan terjadi di seluruh dunia. Ada sekitar 95 persen orang yang hidup dengan HIV menderita HIV-1.
Adalah jenis HIV yang terjadi pada sejumlah kecil orang, kebanyakan di Afrika Barat.
HIV-1 dan HIV-2 adalah retrovirus yang dapat memiliki efek serupa pada tubuh manusia, tetapi keduanya berbeda secara genetik. HIV-2 lebih sulit ditularkan dan butuh waktu lebih lama agar infeksi berubah menjadi AIDS dibanding HIV-1. [1, 6]
Berikut ini adalah fakta-fakta seputar HIV dan AIDS yang penting untuk Anda ketahui: [1, 2, 5]
Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Seseorang untuk Memiliki HIV dan AIDS?
Faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko Anda terkena HIV dan AIDS: [3]
Gunakan kondom lateks atau poliuretan baru setiap kali Anda berhubungan seks. Seks anal lebih berisiko daripada seks vaginal. Risiko HIV Anda meningkat jika Anda memiliki banyak pasangan seksual.
Banyak penderita IMS (infeksi menular seksual) meninggalkan luka terbuka pada alat kelamin. Luka ini dapat menjadi jalan masuk HIV untuk memasuki tubuh Anda.
Orang yang menggunakan obat injeksi sering berbagi jarum suntik. Hal ini membuat mereka terkena tetesan darah orang lain.
HIV dapat ditularkan ketika cairan tubuh yang mengandung virus kontak langsung dengan penghalang permeabel di tubuh atau ada kerusakan kecil di jaringan lembab di area seperti alat kelamin. [5]
Secara spesifik, HIV dapat ditularkan melalui: [5]
Virus tidak dapat menular melalui air liur, sehingga seseorang tidak dapat tertular HIV melalui ciuman.
Gejala HIV/AIDS ada bermacam-macam, tergantung pada penderitanya dan tahap infeksi apa yang mereka alami. Tidak semua orang mengalami gejala yang sama dan beberapa bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. [1, 2, 4]
Di bawah ini adalah tiga tahap HIV dan beberapa gejala yang mungkin Anda alami: [3]
1. Tahap 1: Infeksi Primer (HIV Akut)
Beberapa orang yang terinfeksi HIV mengalami gejala yang mirip flu selama dua hingga empat minggu setelah virus masuk ke tubuh. Tanda dan gejala pada tahap ini meliputi: [3]
Gejala – gejala tersebut bisa sangat ringan sehingga penderita seringkali tidak menyadari bahwa HIV menyebabkan gejala tersebut. Namun, jumlah virus dalam aliran darah penderita (viral load) cukup tinggi pada tahap ini. Akibatnya, infeksi menyebar lebih mudah selama tahap infeksi primer dibandingkan tahap berikutnya. [3]
2. Tahap 2: Infeksi Laten Klinis (HIV kronis)
Pada tahap ini, virus HIV masih ada di dalam tubuh dan di sel darah putih. Namun, sebagian orang tidak mengalami gejala apapun saat tahap ini. [3]
Jika Anda tidak melakukan terapi antiretroviral (ARV) tahap ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun. Beberapa orang mengalami kondisi yang lebih parah dan lebih cepat. [3]
3. Tahap 3: Infeksi HIV Bergejala
Ketika virus terus berkembang biak dan merusak sistem kekebalan, maka sel-sel tubuh yang membantu melawan kuman akan mengalami infeksi ringan atau tanda dan gejala kronis seperti: [3]
Komplikasi HIV/AIDS di antaranya yaitu: [3]
HIV dan AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, seringkali hal tersebut disertai dengan diare dan demam.
HIV dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, mudah lupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV dapat berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan.
Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal Anda yang membuang kelebihan cairan dan limbah dari darah Anda dan menyebar ke urin Anda. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang kulit hitam atau Hispanik.
Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV, terutama pada orang yang juga menderita hepatitis B atau hepatitis C.
HIV dapat didiagnosis melalui tes darah atau air liur. Berikut ini beberapa tes yang tersedia: [3, 5]
Tes ini biasanya melibatkan pengambilan darah dari vena. Antigen adalah zat pada virus HIV itu sendiri dan biasanya dapat dideteksi di dalam darah dalam beberapa minggu setelah terpapar HIV.
Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan Anda saat terpapar HIV. Butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan agar antibodi dapat terdeteksi. Tes antigen / antibodi kombinasi dapat memakan waktu dua hingga enam minggu setelah terpapar.
Tes ini mencari antibodi terhadap HIV dalam darah atau air liur. Kebanyakan tes HIV cepat, termasuk tes mandiri yang dilakukan di rumah, adalah tes antibodi. Tes antibodi dapat memakan waktu tiga hingga 12 minggu setelah Anda terpapar.
Tes ini mendeteksi infeksi HIV sejak 10 hari setelah terpapar. Tes ini ebrfungsi untuk deteksi adanya virus dalam darah penderitanya.
Konsultasikan dengan dokter Anda tentang tes HIV mana yang tepat untuk Anda. Jika salah satu dari tes menunjukkan hasil negatif, Anda mungkin masih memerlukan tes tindak lanjut berminggu-minggu hingga berbulan-bulan kemudian untuk memastikan hasilnya.
Saat ini, belum ada obat yang tersedia untuk mengobati HIV dan AIDS. Namun, ada banyak obat yang dapat mengendalikan HIV dan mencegah komplikasi. Obat-obatan ini dikenal dengan pengobatan antiretroviral (ARV). Setiap orang yang didiagnosis dengan HIV harus mulai ARV, terlepas dari stadium infeksi atau komplikasinya. [3]
ARV biasanya merupakan kombinasi dari tiga atau lebih obat dari beberapa kelas obat yang berbeda. Obat ART bertujuan untuk mengobati HIV. Obat ini dapat mencegah HIV mereproduksi dan menghancurkan sel CD4, yang membantu sistem kekebalan melawan infeksi. [3]
Obat antiretroviral ini dikelompokkan menjadi enam kelas: [2]
Hingga saat ini tidak ada vaksin yang tersedia untuk mencegah penularan HIV. Namun, beberapa langkah berikut bisa membantu Anda mencegah penularan HIV. [3]
Gunakan kondom setiap kali Ada berhubungan seksual dapat secara drastis mengurangi kemungkinan tertular HIV dan IMS lainnya. Profilaksis pasca pajanan (PrEP) atau kombinasi tenofovir disoproxil fumarate dan emtricitabine, dapat mengurangi risiko penularan HIV secara seksual pada orang yang berisiko sangat tinggi.
Anda dapat tertular HIV jika menggunakan kembali jarum suntik, alat suntik, atau peralatan lain yang digunakan oleh orang HIV-positif untuk menyuntikkan narkoba. Untuk itu, pastikan jarum yang Anda gunakan steril.
Jika Anda positif HIV, Anda dapat menularkan infeksi ke bayi Anda. Tetapi jika Anda menerima perawatan selama kehamilan, Anda dapat mengurangi risiko bayi Anda terinfeksi.
Penting untuk memberi tahu pasangan seksual Anda jika Anda pernah positif terinfeksi HIV.
1. Jonathan E. Kaplan, MD. Do I Have HIV?. WebMD; 2019.
2. Joseph Vinetz, MD dan Ann Pietrangelo. What is HIV?. Healthline; 2020.
3. Anonim. HIV / AIDS. Mayo Clinic; 2020.
4. Anonim. HIV / AIDS. HIV.gov; 2020.
5. Michael Virata, MD dan Adam Felman. Explaining HIV and AIDS. Medical news today; 2020.
6. Deborah Weatherspoon, Ph.D., R.N., CRNA dan Lana Burgess. Differences between HIV-1 and HIV-2. Medical news today; 2018.