Daftar isi
Katarak merupakan opacity dari lensa kristal atau kekeruhan lensa mata yang dikaitkan dengan kerusakan pada mikroarsitektur lensa termasuk pembentukan vakuola dan kekacauan sel lensa [1, 2].
Hal ini kemudian menyebabkan fluktuasi besar dalam kepadatan yang dihasilkan dihambaruan cahaya [2].
Katarak sendiri dapar digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain kongenital, infantile, juvenile, presenile dan senile [1].
Katarak kongenital merupakan salah satu gangguan mata atau penglihatan yang sering terjadi pada anak anak akibat adanya metabolism abnormal dari transparansi lensa dan dapat menyabkan penyakit kebutaan parah [1].
Katarak kongenital ini merupakan jenis katarak yang bersifat genetik, di mana beberapa orang terlahir dengan katarak dan mengembangkannya selama masa kanak kanak [3].
Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan katarak kongenital [3, 7] :
Gejala dari katarak kongenital ini umumnya paling terlihat berbeda dari jenis katarak lainnya [4].
Adapun gejala gejala katarak kongenital antara lain [4, 5] :
Katarak kongenital diketahui berbeda dengan katarak yang terjadi akibat penuaan, di mana katarak kongenital ini terjadi sebagai bentuk cacat lahir [4].
Umumnya, katarak kongenital ini jarang terjadi dan penyebabnya pun tidak dapat ditemukan pada kebanyakan orang [4].
Namun, penyebab katarak kongenital dapat dibedakan menjadi lima yaitu[5, 6] :
Katarak kongenital dapat terjadi akibat infeksi (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes, varicella, sifilis), radiasi pengion (sinar-X), gangguan metabolisme (diabetes ibu) [6].
Selain itu, beberapa antibiotik yang digunakan oleh ibu hamil untuk mengobatai infeksi (seperti campak, rubella, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus Epstein-Barr, sifilis, atau toksoplasmosis) dapat menyebabkan katarak kongenital pada bayi baru lahir [5].
Katararak kongenital pada bayi umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir saja dan selama bayi berada pada tahun pertama kehidupan [5].
Trauma pada mata yang terjadi pada masa tersebut, seperti benturan keras pada mata, diketahui dapat menyebabkan terjadinya katarak kongenital [5].
Selain itu, dampak dari benturan tersebut terkadang juga dapat menyebabkan katarak kongenital ini pada saat anak berusia lebih besar [5].
Katarak kongenital dapat disebabkan secara herediter atau terisolasi tanpa gangguan mata atau sistemik yang terkait (pewarisan dominan autosomal) [6].
Selain itu, katarak kongenital juga dapat disebabkan oleh sindrom mata atau multisystem yang berhubungan dengan kompleks (disgenesis segmen anterior, aniridia, sindrom Stickler, distrofi miotonik, penyakit Norrie, sindrom Lowe, sindrom Alport, Nance-Horan, inkontinensia pigmenti, iktiosis kongenital [6].
Patogenesis katarak kongenital ini sendiri tergolong kompleks yaitu dengan 1 / 4-1 / 3 keturunan keluarga [1].
Katarak kongenital dapat disebabkan oleh kromosom yaitu berupa sindrom down, trisomy 21 dan sindrom turner [6].
Penyebab ekstrinsik yang dapat menimbulkan terjadinya katarak kongenital yaitu malnutrisi, dan penyakit dehidrasi akut [6].
Katarak kongenital juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit metabolik seperti galaktosemia dan hipokalsemia [6].
Katarak kongenital sering terjadi pada anak-anak karena metabolisme abnormal dari transparansi lensa embrionik yang dapat mengakibatkan penyakit kebutaan yang parah [1].
Anak anak khususnya bayi umumnya masih belum bisa mengatakan keluhan terhadap kondisi tubuhnya.
Oleh karena itu, dalam hal ini orang tua harus benar benar lebih memperhatikan setiap gerak gerik anak sehingga gejala terhadap penyakit tertentu dapat segera terdeteksi.
Jika beberapa faktor ini terjadi atau terlihat pada anak maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan kedokter [4] :
Rujukan telepon pada hari yang sama ke dokter mata anak diperlukan jika pemeriksaan pada dokter umum menunjukkan[7] :
Sedangkan rujukan tertulis yang mendesak ke dokter mata dianjurkan jika pemeriksaan menunjukkan [7]:
Jenis katarak kongenital diketahui dapat dikelasifikasikan berdasarkan onset, morfologi, etiologi dan laterality[8].
Berdasarkan laterality, katarak kongenital dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu unilateral dan bilateral dengan perbedaan sebagai berikut [8] :
Unilateral | Bilateral |
Idiophatic | Idiophatic |
Anomali Okular (PFV, anterior segment, dysgenesis, posterior lenticonus, posterior pole, tumors) | Katarak hereditary |
Trauma | Penyakit genetik dan metabolism (down syndrome, lowe syndrome, galaktosemia, marfans syndrome, trisomy 13-15, alport syndrome, myotonic dystrophy, fabry disease, hypoparathyroidism) |
Rubella (jarang) | Infeksi maternal (rubella, cytomegalovirus, varicella, syphilis, toxoplasmosis) |
Katarak bilateral asimetrik | Anomali ocular (aniridia, anterior segment dysgenesis syndrome |
Corticosteroid |
Berikut ini merupakan beberapa kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi selama dan setelah melakukan operasi katarak dengan risiko yang sangat kecil [4] :
Umumnya, katarak kongenital dapat terdeteksi pada pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir sebelum meninggalkan rumah sakit [5].
Namun, ada juga yang baru terdeteksi setelah orang tua melihat ada yang tidak normal dari penglihatan anaknya [5].
Setelah mengetahui kemungkinan adanya masalah, dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh pada anak tersebut, termasuk pemeriksaan slit lamp kedua mata dan pemeriksaan tekanan intraokular [5].
Dokter akan dapat mendiagnosis katarak pada satu atau kedua mata tergantung pada hasil tes klinis [5].
Selama proses pemeriksaan, kondisi ruangan harus tenang, sunyi dan sangat gelap [7].
Bayi diposisikan dengan nyaman pada pangkuan ibunya, dan jika bayi tertidur maka kelopak matanya dapat dibuka dengan tangan yang bersih serta secara lembut [7].
Hal ini dilakukan untuk memperoleh reflek merah, namun jika pada satu atau kedua mata reflek merah tidak ditemukan maka dapat diperiksa dengan membandingkan dengan indiviual [7].
Katarak kongenital umumnya dapat terjadi akibat beberapa hal selama masa kehamilan termasuk kondisi ibu.
Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi katarak kongenital maka diperlukan pengumpulan informasi terkait penyakit atau obat obatan apa yang dikonsumsi oleh ibu ketika masa kehamilan [6].
Selain itu, perlu diketahui juga sejarah keluarga, apakah ada yang memiliki riwayat penyakit katarak kongenital sebelumnya [6].
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit katarak kongenital menurut tingkat keparahannya [4] :
Katarak kongenital ringan yang tidak mempengaruhi penglihatan dan terjadi pada kedua mata mungkin tidak perlu diobati [4].
Katarak kongenital dengan tingkat keparahan sedang sampai berat diketahui dapat mempengaruhi penglihatan dan umumnya terjadi hanya pada satu mata saja [4].
Oleh karena itu, katarak kongenital sedang hingga berat tersebut harus diatasi salah satu caranya dengan operasi pengangkatan katarak [4].
Operasi pengangkatan katarak pada umumnya menggunakan lensa introkular buatan (IOL) yang dimasukkan dalam mata [4].
Implantasi IOL pada bayi berusia delapan minggu dapat dilakukan dengan catatan tidak ada kontradiksi mata lain seperti microphthalmia (mata kecil secara patologis), panjang aksial pendej, anomaly segmen anterior atau posterior [6].
Operasi katarak pada anak usia kurang dari sama dengan dua tahun, 100 persen dokter menggunakan IOL akrilik hidrofobik dengan 90% diantaranya menggunakan model acrysof [6].
Namun, hingga kini penggunakan IOL pada mata bayi masih kontroversial sehingga tanpa IOL bayi perlu menggunakan lensa kontak [4].
Mengingat, pada aphakia bedah dapat menggunakan salah satu dari tiga cara berikut ini [6] :
Selain itu, penambalan dilakukan untuk memaksa bayi menggunakan mata yang lemah agar ambliopia tidak terjadi [4].
Terapi ampliopia ini harus dimulai pada tindak lanjut pertama dan refraksi harus diperiksa setiap empat bulan hingga usis anak dua tahun dan setiap tahun setelahnya [6].
Untuk bayi yang menderita katarak kongenital karena penyakit bawaan, diperlukan perawatan lebih lanjut [4].
Pencegahan katarak kongenital merupakan salah satu hal yang akan menjadi bukti nyata kemajuan klinis [6].
Berikut ini merupakan beberapa cara pencegahan katarak kongenital yang dapat dilakukan [6] :
Mengingat, pencegahan paling utama yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui riwayat kelainan bawaan keluarga yang dapat menyebabkan katarak kongenital [4].
Lebih cepat mencari konseling genetic adalah hal yang patut untuk dipertimbangkan dalam upaya pencegahan penyakit seperti katarak kongenital [4].
1. Jun Yi, Jun Yun, Zhi-Kui Li, Chang-Tai Xu & Bo-Rong Pan. Epidemiology and molecular genetics of congenital cataracts. International Journal of Ophthalmology; 2011.
2. Hejtmancik, J. F. Congenital cataracts and their molecular genetics. Seminars in Cell & Developmental Biology; 2008.
3. Anonim. Cataracts. Mayo clinic; 2020.
4. Anonim. Congenital cataract. Medilineplus; 2020.
5. Troy Bedinghaus & Joel Forman. Congenital Cataracts in Babies and Children. Verywellhelath; 2020.
6. Churchill, A., & Graw, J. Clinical and experimental advances in congenital and paediatric cataracts. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences; 2011.
7. Russell, H. C., McDougall, V., & Dutton, G. N. Congenital cataract. BMJ; 2011.
8. Sudarshan Kumar Khokhar, Ganesh Pillay, Chirakshi Dhull, Esha Agarwal, Manish Mahabir, & Pulak Aggarwal. Pediatric cataract. Indian J Ophthalmol; 2017.