Katarak Kongenital: Gejala – Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Katarak Kongenital?

Katarak merupakan opacity dari lensa kristal atau kekeruhan lensa mata yang dikaitkan dengan kerusakan pada mikroarsitektur lensa termasuk pembentukan vakuola dan kekacauan sel lensa [1, 2].

Hal ini kemudian menyebabkan fluktuasi besar dalam kepadatan yang dihasilkan dihambaruan cahaya [2].

Katarak sendiri dapar digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain kongenital, infantile, juvenile, presenile dan senile [1].

Katarak kongenital merupakan salah satu gangguan mata atau penglihatan yang sering terjadi pada anak anak akibat adanya metabolism abnormal dari transparansi lensa dan dapat menyabkan penyakit kebutaan parah [1].

Katarak kongenital ini merupakan jenis katarak yang bersifat genetik, di mana beberapa orang terlahir dengan katarak dan mengembangkannya selama masa kanak kanak [3].

Fakta Mengenai Katarak Kongenital

Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan katarak kongenital [3, 7] :

  • Katarak kongenital diketahui 35 % terdeteksi pada pemeriksaan bayi baru lahir
  • 12% katarak kongenital terdeteksi pada pemeriksaan setelah bayi lahir yaitu pada minggu ke enam hingga delapan
  • Katarak kongenital ini juga diketahui sebagai gangguan mata yang tidak selalu mempengaruhi penglihatan
  • Katarak kongenital dapat dihilangkan segera setelah terdeteksi
  • Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir dapat menjadi susah ketika kondisi mata bayi menutup atau sulit terbuka

Gejala Katarak Kongenital

Gejala dari katarak kongenital ini umumnya paling terlihat berbeda dari jenis katarak lainnya [4].

Adapun gejala gejala katarak kongenital antara lain [4, 5] :

  • Terdapat bercak bercak kekeruhan berwarna abu abu atau putih pada pupil yang biasanya berwarna hitam
  • Cahaya “red eye” pada pupil hilang ketika difoto atau berbeda diantara kedua mata
  • Penglihatan seperti berawan
  • Penglihatan kabur
  • Penglihatan menjadi ganda (muncul bayang bayang)
  • Penglihatan cahaya tampak terlalu terang
  • Ketika melihat warna menjadi tampak pudar
  • Bayi tidak bisa melihat langsung ke wajah atau benda besar dalam pandangannya
  • Bayi akan cenderung menyipitkan mata ketika terkena sinar matahari
  • Mata bayi tidak terlihat sejajar
  • Gerakan mata bayi tampak berulang ulang

Penyebab Katarak Kongenital

Katarak kongenital diketahui berbeda dengan katarak yang terjadi akibat penuaan, di mana katarak kongenital ini terjadi sebagai bentuk cacat lahir [4].

Umumnya, katarak kongenital ini jarang terjadi dan penyebabnya pun tidak dapat ditemukan pada kebanyakan orang [4].

Namun, penyebab katarak kongenital dapat dibedakan menjadi lima yaitu[5, 6] :

  • Intrauterine

Katarak kongenital dapat terjadi akibat infeksi (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes, varicella, sifilis), radiasi pengion (sinar-X), gangguan metabolisme (diabetes ibu) [6].

Selain itu, beberapa antibiotik yang digunakan oleh ibu hamil untuk mengobatai infeksi (seperti campak, rubella, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus Epstein-Barr, sifilis, atau toksoplasmosis) dapat menyebabkan katarak kongenital pada bayi baru lahir [5].

  • Trauma (Benturan Keras pada Mata)

Katararak kongenital pada bayi umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir saja dan selama bayi berada pada tahun pertama kehidupan [5].

Trauma pada mata yang terjadi pada masa tersebut, seperti benturan keras pada mata, diketahui dapat menyebabkan terjadinya katarak kongenital [5].

Selain itu, dampak dari benturan tersebut terkadang juga dapat menyebabkan katarak kongenital ini pada saat anak berusia lebih besar [5].

  • Herediter

Katarak kongenital dapat disebabkan secara herediter atau terisolasi tanpa gangguan mata atau sistemik yang terkait (pewarisan dominan autosomal) [6].

Selain itu, katarak kongenital juga dapat disebabkan oleh sindrom mata atau multisystem yang berhubungan dengan kompleks (disgenesis segmen anterior, aniridia, sindrom Stickler, distrofi miotonik, penyakit Norrie, sindrom Lowe, sindrom Alport, Nance-Horan, inkontinensia pigmenti, iktiosis kongenital [6].

Patogenesis katarak kongenital ini sendiri tergolong kompleks yaitu dengan 1 / 4-1 / 3 keturunan keluarga [1].

  • Kromosom

Katarak kongenital dapat disebabkan oleh kromosom yaitu berupa sindrom down, trisomy 21 dan sindrom turner [6].

  • Penyebab Ekstrinsik

Penyebab ekstrinsik yang dapat menimbulkan terjadinya katarak kongenital yaitu malnutrisi, dan penyakit dehidrasi akut [6].

  • Penyakit Metabolik

Katarak kongenital juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit metabolik seperti galaktosemia dan hipokalsemia [6].

Katarak kongenital sering terjadi pada anak-anak karena metabolisme abnormal dari transparansi lensa embrionik yang dapat mengakibatkan penyakit kebutaan yang parah [1].

Kapan Harus Kedokter ?

Anak anak khususnya bayi umumnya masih belum bisa mengatakan keluhan terhadap kondisi tubuhnya.

Oleh karena itu, dalam hal ini orang tua harus benar benar lebih memperhatikan setiap gerak gerik anak sehingga gejala terhadap penyakit tertentu dapat segera terdeteksi.

Jika beberapa faktor ini terjadi atau terlihat pada anak maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan kedokter [4] :

  • Pupil pada salah satu atau kedua mata anak terlihat putih atau keruh
  • Anak terlihat seperti mengabaikan sebagian penglihatannya

Rujukan telepon pada hari yang sama ke dokter mata anak diperlukan jika pemeriksaan pada dokter umum menunjukkan[7] :

  • Adanya kekeruhan pada refleks
  • Tidak adanya refleks apapun
  • Refleks pupil putih (leukocoria)

Sedangkan rujukan tertulis yang mendesak ke dokter mata dianjurkan jika pemeriksaan menunjukkan [7]:

  • Ketidaksamaan warna, intensitas, atau kejelasan pantulan
  • Tidak ada kelainan yang terdeteksi tetapi orang tua atau pengamat menggambarkan riwayat yang mencurigakan seperti leukocoria yang ditemukan atau terlihat pada pengamatan atau dalam sebuah foto

Jenis-Jenis Katarak Kongenital

Jenis katarak kongenital diketahui dapat dikelasifikasikan berdasarkan onset, morfologi, etiologi dan laterality[8].

Berdasarkan laterality, katarak kongenital dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu unilateral dan bilateral dengan perbedaan sebagai berikut [8] :

UnilateralBilateral
IdiophaticIdiophatic
Anomali Okular (PFV, anterior segment, dysgenesis, posterior lenticonus, posterior pole, tumors)Katarak hereditary
TraumaPenyakit genetik dan metabolism (down syndrome, lowe syndrome, galaktosemia, marfans syndrome, trisomy 13-15, alport syndrome, myotonic dystrophy, fabry disease, hypoparathyroidism)
Rubella (jarang)Infeksi maternal (rubella, cytomegalovirus, varicella, syphilis, toxoplasmosis)
Katarak bilateral asimetrikAnomali ocular (aniridia, anterior segment dysgenesis syndrome
 Corticosteroid
Perbedaan Katarak Kongenital Uniteral dan Bilateral Berdasarkan Penyebab

Kemungkinan Komplikasi Katarak Kongenital

Berikut ini merupakan beberapa kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi selama dan setelah melakukan operasi katarak dengan risiko yang sangat kecil [4] :

  • Berdarah
  • Infeksi
  • Peradangan
  • Bayi yang menjalani operasi untuk katarak kongenital cenderung mengembangkan jenis katarak lain, yang mungkin memerlukan pembedahan lebih lanjut atau perawatan laser

Diagnosa Penyakit Katarak Kongenital

Umumnya, katarak kongenital dapat terdeteksi pada pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir sebelum meninggalkan rumah sakit [5].

Namun, ada juga yang baru terdeteksi setelah orang tua melihat ada yang tidak normal dari penglihatan anaknya [5].

Setelah mengetahui kemungkinan adanya masalah, dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh pada anak tersebut, termasuk pemeriksaan slit lamp kedua mata dan pemeriksaan tekanan intraokular [5].

Dokter akan dapat mendiagnosis katarak pada satu atau kedua mata tergantung pada hasil tes klinis [5].

Selama proses pemeriksaan, kondisi ruangan harus tenang, sunyi dan sangat gelap [7].

Bayi diposisikan dengan nyaman pada pangkuan ibunya, dan jika bayi tertidur maka kelopak matanya dapat dibuka dengan tangan yang bersih serta secara lembut [7].

Hal ini dilakukan untuk memperoleh reflek merah, namun jika pada satu atau kedua mata reflek merah tidak ditemukan maka dapat diperiksa dengan membandingkan dengan indiviual [7].

Cara Mengatasi dan Mencegah Katarak Kongenital

Cara Mengatasi

Katarak kongenital umumnya dapat terjadi akibat beberapa hal selama masa kehamilan termasuk kondisi ibu.

Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi katarak kongenital maka diperlukan pengumpulan informasi terkait penyakit atau obat obatan apa yang dikonsumsi oleh ibu ketika masa kehamilan [6].

Selain itu, perlu diketahui juga sejarah keluarga, apakah ada yang memiliki riwayat penyakit katarak kongenital sebelumnya [6].

Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit katarak kongenital menurut tingkat keparahannya [4] :

  • Katarak Kongenital Ringan

Katarak kongenital ringan yang tidak mempengaruhi penglihatan dan terjadi pada kedua mata mungkin tidak perlu diobati [4].

  • Katarak Kongenital Sedang hingga Berat

Katarak kongenital dengan tingkat keparahan sedang sampai berat diketahui dapat mempengaruhi penglihatan dan umumnya terjadi hanya pada satu mata saja [4].

Oleh karena itu, katarak kongenital sedang hingga berat tersebut harus diatasi salah satu caranya dengan operasi pengangkatan katarak [4].

Operasi pengangkatan katarak pada umumnya menggunakan lensa introkular buatan (IOL) yang dimasukkan dalam mata [4].

Implantasi IOL pada bayi berusia delapan minggu dapat dilakukan dengan catatan tidak ada kontradiksi mata lain seperti microphthalmia (mata kecil secara patologis), panjang aksial pendej, anomaly segmen anterior atau posterior [6].

Operasi katarak pada anak usia kurang dari sama dengan dua tahun, 100 persen dokter menggunakan IOL akrilik hidrofobik dengan 90% diantaranya menggunakan model acrysof [6].

Namun, hingga kini penggunakan IOL pada mata bayi masih kontroversial sehingga tanpa IOL bayi perlu menggunakan lensa kontak [4].

Mengingat, pada aphakia bedah dapat menggunakan salah satu dari tiga cara berikut ini [6] :

  1. Implantasi lensa intrakular (IOL), merupakan lensa buatan yang dapat ditanamkan sebagai pengganti lensa alami pada anak kecil. Anak-anak tidak akan bisa merasakan lensa di dalam mata [5].
  2. Lensa kontak, pada anak usia dibawah dua tahun digunakan setelah operasi karena mata dan daya fokus berubah dengan cepat selama tahun-tahun pertama kehidupan. Lensa kontak juga dapat digunakan pada anak yang lebih besar jika diperlukan [5].
  3. Kacamata, digunakan pada anak-anak yang kedua matanya terkena katarak karena pemulihan fokus perlu dikelola dengan hati-hati untuk penglihatan masa depan anak [5].

Selain itu, penambalan dilakukan untuk memaksa bayi menggunakan mata yang lemah agar ambliopia tidak terjadi [4].

Terapi ampliopia ini harus dimulai pada tindak lanjut pertama dan refraksi harus diperiksa setiap empat bulan hingga usis anak dua tahun dan setiap tahun setelahnya [6].

Untuk bayi yang menderita katarak kongenital karena penyakit bawaan, diperlukan perawatan lebih lanjut [4].

Cara Mencegah

Pencegahan katarak kongenital merupakan salah satu hal yang akan menjadi bukti nyata kemajuan klinis [6].

Berikut ini merupakan beberapa cara pencegahan katarak kongenital yang dapat dilakukan [6] :

  • Skrining yang lebih efektif dan rujukan lebih awal kedokter mata melalui pelatihan terfokus yang diberikan oleh petugas kesehatan yang relevan sehingga visual prognosis dapat meningkat
  • Penelitian terkait dengan penyebab genetik katarak kongenital sehingga konseling kepada keluarga lebih akurat

Mengingat, pencegahan paling utama yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui riwayat kelainan bawaan keluarga yang dapat menyebabkan katarak kongenital [4].

Lebih cepat mencari konseling genetic adalah hal yang patut untuk dipertimbangkan dalam upaya pencegahan penyakit seperti katarak kongenital [4].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment