Pada umumnya proses persalinan berlangsung dengan lancar tanpa terjadi komplikasi. Namun pada beberapa wanita hamil yang akan melahirkan, ada di antaranya yang mengalami komplikasi saat persalinan yang bisa membahayakan kesehatannya dan bayinya. Proses kehamilan dan persalinan tiap wanita hamil memang berbeda-beda dan komplikasi bisa saja terjadi tanpa terelakkan. [1,5]
Kadang kondisi atau penyakit bawaan dari sang ibu dari sebelum ia mengandung, dapat berdampak pada terjadinya komplikasi di masa kehamilan. Kadang komplikasi terjadi saat proses persalinan. [1]
Meski komplikasi sudah terdeteksi sejak dini, penanganan cepat dan tanggap di masa prenatal dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan ke dokter dapat mengantisipasi komplikasi serius terjadi. Selain itu bisa memperbesar kemungkinan bayi lahir dengan sehat melalui proses persalinan yang lancar dan aman. [1,3]
Berikut 10 komplikasi yang mungkin terjadi saat persalinan dan harus diwaspadai
Daftar isi
Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan detak jantung janin. Gawat janin menandakan bayi berada dalam status mengkhawatirkan jika detak jantungnya melambat atau tidak kembali normal. [2]
Selain masalah pada detak jantung bayi yang tidak beraturan, gawat janin juga dikaitkan dengan masalah lain, seperti: [6]
Gawat janin bisa terjadi karena disebabkan oleh: [3,6]
Pada banyak kasus, bayi dilahirkan dengan posisi normal. Sangat jarang terjadi bayi lahir dengan posisi sungsang dimana kaki bayi berada di bawah. Jadi pada kondisi ini, kaki bayi akan keluar terlebih dahulu. [1,2,4]
Belum diketahui apa yang menyebabkan bayi berada dalam posisi sungsang. Namun jika kondisi ini terjadi, dokter akan melakukan tindakan berikut: [1,6]
Komplikasi lain yang terjadi saat persalinan adalah apabila proses pembukaan dan kontraksi berlangsung terlalu lama. Kondisi ini tentu saja akan membuat sang ibu merasa kelelahan luar biasa. Maka dari itu dibutuhkan penanganan medis yang cepat. [3,6]
Penyebab terjadinya masa kontraksi dan pembukaan terlalu lama, yaitu: [5,6]
Jika kondisi ini terjadi pada ibu menjelang masa persalinan, maka dokter akan memberikan induksi untuk meningkatkan kontraksi dan mempercepat kontraksi. Opsi terakhir yang akan disarankan dokter adalah dengan melakukan persalinan caesar. [5]
Pada kondisi ini plasenta menutupi seluruh pembukaan serviks. Jika komplikasi ini terdeteksi terjadi pada ibu melahirkan, maka dokter akan bertindak cepat dengan melakukan operasi caesar. [1,3,4]
Plasenta previa akan sangat beresiko terjadi pada ibu hamil dengan kondisi berikut: [6]
Pendarahan menjadi komplikasi serius karena dapat menyebabkan kematian pada sang ibu. Kondisi ini terjadi jika persalinan menyebabkan robekan pada rahim atau saat rahim tidak mampu berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. [4,5]
Pendarahan berat sangat beresiko terjadi pada sang ibu dengan kondisi berikut: [3,6]
Komplikasi terjadi ketika janin tidak mendapatkan cukup oksigen saat masih di dalam rahim ataupun saat persalinan atau bahkan setelah persalinan yang menyebabkan bayi tidak bisa bernapas. [5]
Jika terdeteksi komplikasi ini terjadi saat persalinan, biasanya dokter akan memberikan bantuan oksigen tambahan pada sang ibu hingga saran untuk segera melakukan persalinan caesar. Bayi yang mengalami asfiksia perinatal setelah persalinan akan sangat membutuhkan alat bantu pernapasan. [6]
Komplikasi yang cukup langka terjadi ketika kepala bayi telah keluar dari vagina, tetapi salah satu pundaknya masih tersangkut di dalam. Kondisi ini akan dialami pada sang ibu yang baru pertama kali melahirkan. [1,6]
Untuk mengatasi terjadinya distosia bahu, dokter akan melakukan tindakan seperti berikut ini: [6]
Kondisi ini terjadi jika ukuran kepala bayi sangat besar hingga sulit untuk keluar dari panggul sang ibu. [2]
Disproporsi Cephalopelvis beresiko terjadi jika: [6]
Dokter akan segera melakukan operasi caesar jika mendeteksi kondisi ini terjadi.
Komplikasi yang rawan terjadi saat proses persalinan ketika tali pusar melilit di leher bayi. Kondisi ini bisa saja terjadi karena bayi bergerak di dalam kandungan dan posisi janin akan berganti menjelang persalinan. [2,4]
Sebelum persalinan tiba, komplikasi tali pusar dapat terdeteksi melalui USG, tetapi tidak diperlukan tindakan apapun. Dokter hanya akan terus memantau hingga masa persalinan tiba. [3]
Menjelang proses persalinan tiba, selaput yang mengelilingi janin saat masih di dalam rahim akan pecah dan mengeluarkan cairan yang dikenal dengan air ketuban. Persalinan pada umumnya dimulai dengan sendirinya dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah. [5]
Komplikasi terjadi apabila ketuban pecah lebih awal dan persalinan tidak dimulai dengan sendirinya. Ketuban pecah lebih awal menandakan selaput telah pecah terlalu dini pada masa kehamilan. Yang artinya sudah terjadi sebelum awal persalinan. Tentu saja kondisi ini sangat beresiko tinggi pada bayi terkena infeksi air ketuban. [4]
Apabila saat ini Anda sedang mengandung, jangan pernah ragu untuk segera menghubungi dokter kandungan jika mengalami pertanda terjadinya komplikasi. Berikut kondisi-kondisi yang harus segera dilakukan penanganan dokter: [1]
Selain itu, Anda juga harus segera mendatangi dokter jika gerakan bayi menjadi lebih jarang dari biasanya di trimester ketiga kehamilan. [1]
Walau tidak semua komplikasi persalinan dapat dicegah, adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan agar proses kehamilan bisa dilalui dengan sehat dan normal sehingga mencegah terjadinya komplikasi menjelang persalinan: [1,6]
1. Devan McGuinness and Jacquelyn Cafasso. Complications During Pregnancy and Delivery. Healthline; 2016.
2. Gail Greiner. 6 Common Labor Complications, Explained. Parents Network; 2018.
3. Julie S. Moldenhauer, MD. Introduction to Complications of Labor and Delivery. MSD Manuals; 2020.
4. Nivin Todd, MD. Understanding Labor and Delivery Complications. WebMD; 2019.
5. Office of Communication of NICHD. What are some common complications during labor and delivery?. National Institute of Health; 2017.
6. Valinda Riggins Nwadike, MD, MPH and Lori Smith, BSN, MSN, CRNP. Ten Common Labor Complications. Medical News Today; 2018.