Daftar isi
Kutu air dialami oleh hampir 70% dari populasi dalam periode waktu tertentu[1].
Kutu air atau disebut juga sebagai kaki atlet, merupakan infeksi kulit yang dapat terjadi pada siapa saja, bukan hanya atlet[2].
Kutu air merupakan infeksi jamur yang mempengaruhi lapisan luar kulit, terutama pada kulit kaki yang hangat, lembab, dan terkena iritasi[3].
Kutu air disebut juga sebagai tinea pedis. Kutu air merupakan infeksi kulit yang umum pada kaki yang disebabkan oleh jamur dermatofit [2, 3, 4, 5, 6].
Infeksi kutu air bersifat menular dan dapat menyebar dari kulit ke kuku kaki dan tangan[4].
Infeksi kutu air biasanya bermula dari bagian di antara jari kaki. Umumnya terjadi pada orang yang kakinya sering berkeringat dan memakai sepatu tertutup [7].
Kutu air umum mempengaruhi para atlet sehingga dikenal umum sebagai kaki atlet[4].
Kutu air merupakan infeksi kulit yang umum terjadi, mempengaruhi hampir 70% dari populasi. Kutu air lebih umum ditemukan pada pria[1].
Kutu air biasanya berkembang pada bagian di antara jari, namun juga dapat mempengaruhi bagian kaki atau bagian tubuh lain[1].
Kutu air umumnya dipicu oleh adanya air pada bagian antar jari kaki. Infeksi kutu air dapat menular dari satu orang ke orang lain yang berbagi kamar mandi dan tempat-tempat lain yang hangat dan basah[5].
Mencuci kaki atau menggunakan sabun berlebih untuk menggosok kaki yang terinfeksi tidak dapat membersihkan kutu air[1].
Kutu air disebabkan oleh jamur dematofit, umumnya dari genus Trichophyton. Jamur tersebut menginfeksi kulit dan hidup pada lapisan kulit mati dan mencerna keratin.[8]
Sekitar 70% kasus infeksi kutu air disebabkan oeh Trichophyton rubrum. Selain itu dapat disebabkan oleh jamur Trichophyton interdigitale, Epidermophyton floccosum, dan Tricholosporum violaceum[6].
Umumnya kaki atlet pada populasi umum disebabkan oleh T. rubrum, namun mayoritas kasus kaki atlet pada atlet disebabkan oleh T. mentagrophytes [9].
Jamur dapat menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi. Jamur berkembang di tempat-tempat yang lembab dan hangat, seperti kamar mandi, ruang ganti, dan di sekitar kolam renang [4].
Faktor risiko kutu air meliputi[6]:
Orang yang memiliki kebiasaan berikut berisiko tinggi terkena kutu air[4]:
Kutu air biasanya menyebabkan ruam merah bersisik yang awalnya muncul pada ruang antar jari kaki. Sensasi gatal sering kali memburuk setelah melepas sepatu atau kaos kaki[7].
Berikut beberapa gejala umum kutu air[3, 4]:
Kutu air dapat muncul dalam salah satu dari 4 bentuk klinis berikut atau dalam kombinasinya[10]:
Tinea pedis hiperkeratotik kronis disebabkan oleh T. rubrum. Dicirikan dengan kulit telapak kaki yang bersisik dan menebal, yang sering kali melebihi permukaan telapak kaki dalam distribusi seluas sepatu sandal.
Pasien yang tidak menunjukkan respon sesuai yang diharapkan terhadap pengobatan anti jamur dapat memiliki penyebab lain yang kurang umum dari ruam telapak kaki.
Tinea pedis intertriginosa kronis memiliki ciri berupa kulit pada bagian antar jari dan subdigital yang bersisik, eritema, dan erosi. Paling umum mempengaruhi 3 jari kaki lateral.
Tinea pedis ulseratif akut paling sering disebabkan oleh T. mentagrophyte var. interdigitale.
Munculnya gejala bermula dari ruang antar jari kaki ketiga dan keempat dan melebar ke punggung lateral dan/atau lengkungan pada permukaan telapak kaki.
Permukaan jari kaki biasanya mengalami maserasi dan tepi bersisik. Komplikasi umum berupa infeksi bakteri sekunder, selulitis, dan limfangitis.
Tinea pedis vesikulobulosa dicirikan dengan berkembangnya vesikel pada telapak kaki dan bergabung menjadi bula.
Kondisi ini merupakan kondisi yang jarang terjadi akibat pertumbuhan cepat dari tinea pedis interdigital. Faktor risiko meliputi sepatu oklusif dan lingkungan yang hangat dan lembap.
Diagnosis kutu air dilakukan dengan pengamatan kondisi kulit dan gejala. Dokter dapat meminta pasien melakukan tes kulit pada infeksi yang terjadi untuk memastikan penyebabnya [3, 4].
Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pengujian lesi kulit kalium hidroksida. Dokter dapat mengambil sampel dari kulit yang terinfeksi dan menempatkan dalam 10% atau 20% larutan kalium hidroksida (KOH). [3,6]
KOH berfungsi untuk menghancurkan sel-sel manusia sehingga sel jamur dapat teramati dengan mikroskop [3, 6].
Kutu air biasanya dapat ditangani dengan obat anti jamur topikal. Pada kasus infeksi berat, dokter biasanya juga meresepkan obat oral. Selain itu, dapat disarankan melakukan perawatan konvensional untuk membantu membersihkan infeksi[3, 4].
Berikut beberapa obat topikal yang dapat digunakan untuk mengatasi kutu air [3, 4]:
Cara penggunaannya sesuai dengan petunjuk dokter.
Berikut beberapa obat oral yang dapat digunakan untuk mengatasi kutu air [3]:
Konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan obat yang tepat.
Beberapa perawatan secara konvensional yang dapat dilakukan untuk membantu membersihkan infeksi kutu air antara lain [3]:
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena infeksi kutu air[4]:
1. Mary Elizabeth Dallas. 9 Things to Know about Athlete’s Foot. HealthGrades; 2018.
2. Anonim. Myths & Facts about Athlete’s Foot. WebMD; 2020.
3. Tim Newman. Everything You Need to Know about Athlete’s Foot. Medical News Today; 2017.
4. Anonim, reviewed by Cynthia Cobb, DNP, APRN, WHNP-BC, FAANP. Athlete’s Foot (Tinea Pedis). Healthline; 2019.
5. Anonim. Athlete’s Foot. MSD Manual Consumer Version; 2018.
6. Pramod K Nigam & Dahlia Saleh. Tinea Pedis. StatPearls Publishing; 2020.
7. Anonim. Athlete’s Foot. Mayo Clinic; 2020.
8. Bell-Syer, SE; Khan, SM; Torgerson, DJ (17 October 2012). Bell-Syer, Sally EM (ed.). Oral Treatments for Fungal Infections of the Skin of the Foot (PDF). The Cochrane Database of Systematic Reviews. 10: CD003584. doi:10.1002/14651858.CD003584.pub2
9. TIougan, BE, Mancini, AJ, Mandell, JA, Cohen, DE, Sanchez, MR. Skin Conditions in Figure Skaters, Ice-Hockey Players and Speed Skaters: Part II – Cold-Induced, Infectious and Inflammatory Dermatoses. Sports Medicine. 41 (11): 967–984. doi:10.2165/11592190-000000000-00000; 2011.
10. Denise M. Aaron, MD. Tinea Pedis (Athlete’s Foot). MSD Manual Professional Version; 2020.
11. Flint, WW; Cain, JD. Nail and Skin Disorders of the Foot. The Medical Clinics of North America. 98 (2): 213–25. doi:10.1016/j.mcna.2013.11.002. 2014.