Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Kelainan genetik seperti makrodonsia memang cenderung sulit dihindari karena berkaitan dengan tumbuh kembang bayi sejak dalam kandungan. Jika sudah terjadi komunikasikan dengan dokter gigi mengenai pemeliharan
Daftar isi
Macrodontia adalah suatu jenis kondisi ketika terdapat lebih dari dua gigi di dalam mulut tumbuh dengan ukuran yang besarnya di luar normal [1,2,3,4,5].
Gigi yang tumbuh dengan ukuran lebih besar dari normalnya tersebut bersifat permanen sehingga mampu menjadi salah satu faktor yang menurunkan rasa percaya diri seseorang yang menderitanya.
Ada beberapa kasus macrodontia dengan dua gigi tumbuh bersama dengan ukuran yang begitu besar, namun pada kasus lainnya terdapat hanya satu gigi tumbuh dengan ukuran ekstra besar.
Pertumbuhan gigi abnormal ini biasanya berkaitan erat dengan kelenjar pituitari yang juga terlampau besar pada tubuh seseorang.
Orang-orang dengan macrodontia biasanya nampak membesar pada salah satu sisi wajahnya karena pembesaran kelenjar pituitari.
Terdapat tiga jenis kondisi macrodontia; rupanya, kondisi ini diklasifikasikan seperti di bawah ini [1,4,5] :
Jenis macrodontia ini menandakan bahwa seluruh gigi tumbuh secara abnormal.
Tidak terkecuali, seluruh gigi tumbuh dalam ukuran yang besarnya melebihi normal.
Generalized macrodontia memiliki kaitan erat dengan kondisi bernama gigantisme pituitari.
Macrodontia jenis ini lebih umum terjadi pada pemilik wajah dengan rahang kecil.
Gigi yang tumbuh memang lebih besar dari normalnya, namun tidak terlalu besar.
Gigi nampak besar juga dapat dikarenakan rahang yang lebih kecil.
Pada macrodontia jenis ini, gigi yang terpengaruh atau gigi yang tumbuh dalam ukuran besar abnormal adalah gigi tunggal.
Kondisi ini jauh lebih langka dan tampak sebagai kondisi pembesaran gigi yang sederhana dan ada kemungkinan keadaan besarnya gigi tunggal ini ada hubungannya dengan anomali morfologis.
Tinjauan Jenis kondisi macrodontia terdiri dari tiga, yaitu generalized macrodontia, relative-generalized macrodontia, dan isolated macrodontia.
Belum diketahui secara pasti hingga kini apa yang dapat menyebabkan macrodontia, bahkan oleh para ahli dan peneliti.
Namun, terdapat dugaan kuat mengenai beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami macrodontia, yaitu seperti berikut.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik atau keturunan menjadi faktor yang diduga paling kuat memperbesar potensi seseorang mengalami macrodontia [2,3,4,5].
Mutasi gen pengatur pertumbuhan gigi adalah faktor utama yang berkemungkinan besar menjadi penyebab tumbuhnya gigi bersamaan.
Bahkan mutasi gen ini juga berpotensi menyebabkan pertumbuhan gigi terus-menerus dan tidak berhenti di waktu yang tepat.
Gigi yang tumbuh ekstra besar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi genetik lainnya, seperti :
Kelainan genetik ketika kromosom Y lebih banyak pada pria dan menjadikan totalnya 47 kromosom di dalam tubuh [6].
Kondisi kelainan resesif autosomal yang langka ditandai dengan resistensi insulin parah dengan gejala berupa pembesaran kuku, wajah, dan kepala [7].
Gen reseptor insulin yang mengalami perubahan atau mutasi menjadi penyebab utama kelainan ini.
Kondisi macrodontia multipel, yaitu kondisi beberapa atau banyak gigi yang tumbuh dengan ukuran besar yang abnormal [8].
Karena merupakan macrodontia multipel, hal ini menandakan bahwa penderita sindrom Ekman-Westborg-Julin memiliki kondisi yang lebih serius.
Kelainan genetik ini juga tergolong langka di mana penderitanya mengalami kelainan gigi dan memiliki tubuh pendek abnormal [9].
Selain itu, sindrom KBG ditandai dengan kelainan pada pertumbuhan anggota tubuh, tulang kaki dan tangan, serta tulang belakang.
Penderita sindrom ini pun mengalami kelainan pada wajah serta kepalanya.
Penderita gangguan perkembangan langka ini mengalami pertumbuhan berlebih secara abnormal pada struktur wajahnya [10].
Bagian jaringan lunak wajah, tulang wajah, hingga bagian gigi tumbuh tidak seperti seharusnya.
Ukuran jaringan lunak, tulang wajah dan gigi jauh lebih besar daripada normalnya, namun biasanya terjadi hanya pada salah satu sisi wajah.
Istilah lain untuk menyebut sindrom otodental adalah displasia otodental di mana kelainan ini pun tergolong langka [11].
Pada penderita sindrom ini, gig geraham belakang (gigi molar) dan gigi taring tumbuh besar secara abnormal yang disebut dengan globodontia.
Sindrom ini juga dikaitkan dengan kondisi lain seperti koloboma atau lubang pada struktur mata serta hilangnya kemampuan mendengar.
Resistensi insulin sendiri merupakan keadaan ketika respon sel-sel tubuh tidak bekerja dengan baik dan seharusnya terhadap hormon insulin [12].
Resistensi insulin menjadikan penyerapan gula dalam darah oleh tubuh tidak optimal.
Diabetes dapat terjadi setelahnya karena terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang tak terserap oleh tubuh.
Padahal, insulin merupakan hormon yang berperan penting di dalam tubuh yang membantu proses pengubahan gula ke energi.
2. Gangguan Hormon
Ketidakseimbangan hormon dapat menjadi salah satu penyebab macrodontia terjadi.
Salah satu contohnya adalah pembesaran kelenjar pituitari yang juga berpengaruh pada hormon pituitari yang tidak normal [4,13].
Masalah pada hormon pituitari berkaitan erat dengan pertumbuhan gigi dengan ukuran berlebih serta bentuk yang tidak teratur.
3. Faktor Jenis Kelamin
Macrodontia dapat terjadi pada siapapun, hanya saja laki-laki berisiko lebih tinggi mengalaminya daripada perempuan [1,2,3].
4. Faktor Pola Hidup Masa Kecil
Pola hidup pada masa kanak-kanak berpengaruh cukup besar dalam meningkatkan risiko macrodontia.
Masa anak-anak yang sering terpapar radiasi dan racun, diet tidak sehat, hingga faktor lingkungan lainnya tak hanya menghambat pertumbuhan tubuh anak, tapi juga berdampak buruk pada pertumbuhan giginya tanpa disadari [2].
Tinjauan Faktor genetik dan kelainan genetik lain dapat menjadi penyebab utama macrodontia. Namun, faktor lain seperti pola hidup semasa kanak-kanak, faktor jenis kelamin, dan gangguan hormon dapat pula menjadi penyebabnya.
Gejala utama pada kasus macrodontia adalah gigi yang kelihatan sangat besar, entah satu, dua buah gigi atau lebih yang tumbuh secara berlebihan [1,2,4].
Macrodontia pun berbeda dari gigi kelinci di mana gigi kelinci kini justru menjadi salah satu tren kecantikan.
Ketika gejala mulai nampak di mana gigi tumbuh secara tidak normal dan ukuran besarnya berlebihan, segera periksakan ke dokter spesialis gigi.
Umumnya, metode-metode diagnosa ini yang dokter terapkan sebelum menentukan penanganan yang terbaik.
Salah satu cara untuk mengetahui apa penyebab macrodontia pada pasien, pemeriksaan gigi penting untuk diterapkan.
Pemeriksaan fisik gigi perlu dilakukan oleh dokter untuk melihat secara langsung kondisi gigi yang berukuran besar abnormal tersebut.
Selain pemeriksaan gigi secara langsung, dokter kemungkinan meminta pasien menempuh metode sinar-X sebagai pemeriksaan penunjang.
Dokter perlu tahu kondisi bagian dalam mulut melalui rontgen gigi.
Pemeriksaan bagian dalam mulut pasien dilakukan guna menegakkan diagnosa sehingga dokter dapat menentukan perawatan khusus sesuai kondisi gigi atau mulut pasien.
Bila dokter dapat mendeteksi penyebab macrodontia yang dialami pasien, penentuan perawatan jauh lebih mudah.
Namun jika dokter gigi tak mampu menemukan penyebab dari pembesaran abnormal gigi pasien, biasanya dokter akan merujukkan pasien ke dokter gigi kosmetik.
Karena ukuran gigi terlalu besar akan mengganggu dari sisi estetika, perawatan seringkali perlu diperoleh dari dokter gigi kosmetik atau justru orthodontist.
Berikut ini adalah beberapa metode perawatan yang pasien perlu tempuh untuk membenahi gigi yang terlalu besar.
1. Teeth Shaving / Pengasahan Gigi
Bila mendatangi dokter gigi kosmetik, kemungkinan besar dokter akan merekomendasikan teeth shaving sebagai jalan terbaik bagi pasien.
Prosedur ini juga kerap disebut dengan istilah recontouring gigi atau proses pembenahan gigi agar bentuknya dapat kembali tampak normal [14].
Sebelum dilakukannya prosedur ini, dokter harus mengecek keseluruhan kondisi kesehatan gigi pasien.
Pada pasien macrodontia yang memiliki ruang pulpa yang sangat dekat dengan permukaan gigi sekaligus mempunyai lapisan pelindung gigi tipis, perawatan ini tidak sebaiknya ditempuh.
2. Orthodontik
Gigi-gigi besar yang tidak beraturan serta membuat gigi lainnya tumpang tindih atau berjejalan dapat diatasi dengan tindakan orthodontik [3,4].
Prosedur ini tak hanya bertujuan utama membuat susunan gigi lebih rapi, namun juga menjadikan fungsi gigi sebagai pengunyah kembali bekerja dengan baik.
Melalui prosedur ini jugalah pasien dapat memperbaiki bentuk wajah yang tidak simetris sehingga penampilan fisik lebih baik.
Orthodontik juga merupakan tindakan yang dokter gigi kosmetik lakukan sebagai upaya memperluas area rahang jika memang kondisi pasien memerlukannya.
3. Pengangkatan Gigi
Bila memang perlu, dokter kemungkinan akan merekomendasikan tindakan pengangkatan gigi untuk memberi ruang bagi beberapa gigi lain agar tidak saling tumpuk [4].
Selain itu, pengangkatan satu atau beberapa gigi dapat membantu fungsi gigi dalam mengunyah makanan secara normal.
Tindakan pengangkatan gigi dapat dilakukan dengan menghilangkan gigi besar yang mengalami macrodontia atau gigi lainnya yang lebih kecil.
Jika pasien setuju dan hendak menempuh perawatan satu ini, dokter gigi akan merujukkan ke dokter bedah mulut supaya prosedur pengangkatan gigi dilakukan dengan tepat.
Bagi pasien macrodontia tidak perlu khawatir, sebab gigi yang telah diangkat akan digantikan dengan gigi palsu agar tidak memengaruhi tampilan mulut atau gigi.
Tinjauan Teeth shaving atau recontouring gigi, orthodontic, dan/atau operasi pengangkatan gigi menjadi penanganan yang umumnya perlu ditempuh oleh pasien macrodontia.
Komplikasi yang paling memungkinkan terjadi dari kondisi macrodontia ini adalah kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut anak.
Ini karena beberapa masalah kesehatan mulut dan gigi lebih rentan timbul, seperti [1,2] :
Tinjauan Gangguan estetika, rasa nyeri dan gangguan kesehatan lain pada mulut dan gigi dapat menjadi komplikasi macrodontia yang perlu dihindari.
Karena merupakan kondisi kelainan genetik, hal ini cukup sulit untuk dicegah untuk tidak terjadi sama sekali pada anak.
Namun sebagai cara mencegah agar macrodontia tidak memburuk dan berkomplikasi, deteksi dan penanganan dini pada gigi dapat dilakukan [3,4].
Segera memeriksakannya ke dokter gigi atau dokter gigi kosmetik membantu pasien mendapatkan perawatan dini.
Tinjauan Pencegahan kelainan genetik agar tidak terjadi sama sekali tidak memungkinkan, namun mencegah komplikasinya dapat dilakukan dengan deteksi dan perawatan sedini mungkin.
1. Aruna Wimalarathna & Kamal Anuradha Wettasinghe. Macrodontia: Is it a clinical challenge? Research Gate; 2020.
2. Dada Oluwaseyi Temilola, Morenike Oluwatoyin Folayan, Olawunmi Fatusi, Nneka Maureen Chukwumah, Nneka Onyejaka, Elizabeth Oziegbe, Titus Oyedele, Kikelomo Adebanke Kolawole, & Hakeem Agbaje. The prevalence, pattern and clinical presentation of developmental dental hard-tissue anomalies in children with primary and mix dentition from Ile-Ife, Nigeria. BioMed Central Oral Health; 2014.
3. Syed M. Yassin. Prevalence and distribution of selected dental anomalies among saudi children in Abha, Saudi Arabia. Journal of Clinical and Experimental Dentistry; 2016.
4. Ebru Canoglu, Harun Canoglu, Alper Aktas, & Zafer C. Cehreli. Isolated bilateral macrodontia of mandibular second premolars: A case report. European Journal of Dentistry; 2012.
5. Nigel M. King, Jennie S.J. Tsai & H.M. Wong. Morphological and Numerical Characteristics of the Southern Chinese
dentitions. Part I: Anomalies in the Permanent Dentition. The Open Anthropology Journal; 2010.
6. Anonim. XYY Syndrome. National Organization for Rare Disorders; 2020.
7. Anonim. Rabson-Mendenhall Syndrome. National Organization for Rare Disorders; 2020.
8. Gizem Çolakoğlu, Magrur Kazak, Isil Kaya Buyukbayram, & Mehmet Ali Elçin. A case of multiple dental anomalies: a variant of Ekman-Westborg–Julin trait. Research Gate; 2018.
9. Anonim. KBG Syndrome. National Organization for Rare Disorders; 2020.
10. Loutfi Salti, Michael Rasse, & Khaled Al-Ouf. Hemifacial Hyperplasia. Contemporary Clinical Dentistry; 2017.
11. Agnès Bloch-Zupan & Jane R Goodman. Otodental syndrome. Orphanet Journal of Rare Diseases; 2006.
12. J Holmes & M S Tanner. Premature eruption and macrodontia associated with insulin resistant diabetes and pineal hyperplasia. Report of two cases. British Dental Journal; 1976.
13. Steven Chussid D.D.S. Dental anomalies (PDF). Columbia University; 2020.
14. Roger E. Stevenson, Judith G. Hall, David B. Everman, & Benjamin D. Solomon. Human Malformations and Related Anomalies. Third Edition. Oxford University Press; 2016.