Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Abalone merupakan salah satu jenis kerang yang hidup di perairan dingin. Karena jumlahnya yang sedikit dan cukup langka, hewan ini harganya cukup mahal dan termasuk makanan yang mewah. Abalon memiliki
Abalone atau disebut juga sebagai gastropoda laut merupakan moluska bercangkang tunggal yang hidup dan tersebar luas di terumbu karan seluruh perairan pantai beriklim sedang serta tropis [1].
Abalone ini merupakan moluska yang tergolong herbivora dan memiliki kurang lebih 100 spesies yang terdistribusi secara ekologis, di mana spesies yang besar umumnya hidup di perairan beriklim sedang sedangkan spesies yang lebih lebih memiliki habitat perairan tropis [1].
Meskipun demikian, abalone yang diidentifikasi secara komersial hanya kurang lebih 20 an spesies saja dari 100 spesies yang ada [1].
Abalone ini bernilai secara ekonomi karena dinilai memiliki manfaat khususnya bagi kesehatan manusia, termasuk potensi terapeutiknya. Mengingat, abalone sendiri diketahui mengandung berbagai kandungan gizi seperti protein, lipid, lemak esensial dan asam amino yang baik [1].
Adapun manfaat dari abalone yang telah diketahui sejauh ini antara lain [1, 2]:
Daftar isi
Konsumsi daging abalone diketahui dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Mengingat abalone mengandung nutrisi yang penting dan mudah diserap oleh tubuh seperti mineral penting, vitamin, asam lemak Omega-3, karbohidrat dan protein.
Abalone diketahui juga memberikan manfaat bagi fungsi metabolisme dalam tubuh. Mengingat, kandungan dalam abalone yang dikonsumsi dapat meningkatkan kapasitas detoksifikasi hati hingga mendukung fungsi metabolisme.
Oleh karena itu, abalone banyak disarankan sebagai salah satu bahan dalam menu diet detoks.
Abalone diketahui mengandung atau kaya akan kandungan asam lemak Omega-3 maupun Omega-9. Kandungan asam lemak berupa Omega-3 dan Omega-9 ini telah lama dikenal mampu memberikan efek anti inflamasi yang kuat dan berkaitan dengan pereda nyeri pada artritis.
Selain itu, kandungan asam lemak dalam abalone tersebut diketahui juga dapat meningkatkan sirkulasi jantung sehingga dapat menjaga kondisi jantung agar tetap sehat dalam menjalankan fungsinya.
Kandungan asam lemak Omega-3 dan Omega-9 dalam abalone diketahui tidak hanya berfungsi memberikan efek anti inflamasi melainkan juga antioksidan yang kuat.
Selain itu, abalone diketahui juga mengandung beberapa zat antioksidan lain seperti Vitamin A, Vitamin E dan Selenium. Kandungan ini dinilai mampu menetralisir efek negatif dari konsumsi makanan olahan tidak segar seperti kerusakan oksidatif.
Lebih lanjut, efek antioksidan dari konsumsi abalone dinilai juga dapat mencegah disfungsi hati akibat konsumsi alkohol yang berlebihan.
Daging abalone diketahui mengandung glikosaminoglikan (GAG) yang dapat bermanfaat untuk persendian dan jaringan ikat. Selain itu, pencegahan radang sendi juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi daging abalone.
Konsumsi abalone diketahui juga memberikan manfaat sebagai afrodisiak yang pada zaman dahulu banyak digunakan untuk meningkatkan energi dan vitalitas seksual.
Konsumsi abalone dinilai dapat memberikan manfaat pada sistem kekebalan tubuh (imun). Di mana, konsumsi abalone dapat memberi dorongan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Abalone yang kaya akan kandungan vitamin A diketahui dapat memberikan manfaat kesehatan visual. Dalam hal ini, vitamin A dalam abalone dapat meningkatkan kualitas penglihatan.
Kitosan yang terkandung dalam abalone dinilai memiliki fungsi anti bakteri yang diturunkan secara alami terhadap organisme yang resisten terhadap penisilin. Selain itu, kitosan ini juga dapat berfungsi sebagai anti koagulan yang efektif.
Polisakarida atau turunannya, protein, dan peptida yang terkandung secara melimpah dalam daging abalone diketahui dapat memberikan manfaat untuk berbagai fungsi seluler seperti transduksi sinyal, jalur metabolisme, dan pembunuhan sel tumor.
Adapun peptida yang banyak terkandung dalam abalone antara lain histidin, prolin, alanin, valin, metionin, dan leusin yang menunjukkan kapasitas anti-oksidan yang kuat.
Selain itu, konjugat polisakarida tersulfat yang diisolasi dari abalone juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang melawan radikal hidroksil.
Namun, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk menentukan molekul yang bertanggung jawab atas aktivitas antitumor abalone.
Abalone diketahui juga mengandung karotenoid (alfa dan beta-karoten, lutein, fucoxanthin, neofucoxanthin, dan karotenoid lainnya) yang merupakan kelompok fitokimia efektif dalam melawan kanker, stres oksidatif, dan penyakit kardiovaskular.
Selain itu, fucoxanthin diketahui juga mampu menghambat aktivitas lipase usus sehingga obesitas dapat disembuhkan.
Kandungan kolagen, konroitin sulfat, asam amino dan mineral dalam abalone diketahui dapat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit, khususnya untuk regenerasi kulit.
Abalone dapat dikonsumsi dengan beberapa metode seperti [3]:
Abalone kukus dapat dibuat dengan langkah sebagai berikut:
Di Jepang, daging abalone dimasak dengan cara dipanggang di atas kompor arang dan disajikan bersama dengan saus kedelai.
Di Jepang, abalone juga dapat diolah menjadi sashimi dan sushi sehingga rasa manis, segar dan renyahnya dapat dinikmati bersama dengan sedikit kecap dan wasabi.
Di Korea Selatan, daging abalone diolah menjadi bubur abalone atau disebut juga sebagi “jun bok jook”. Adapun cara mengolah bubur abalone ini adalah sebagai berikut :
Abalone hotpot merupakan abalone yang disajikan dengan sup atau makanan tertentu. Di China, abalone diiris tipis tipis dan disajikan bersama dengan sup kental yang kaya akan bebek, ayam, dan melon musim dingin.
Di Sydney, abalone hidup dalam hotpot hanya direbus dalam kaldu sup khusus untuk menonjolkan cita rasanya.
1. Suleria, H. A .R; Masci, P. P.; Gobe, G. C.; Osborne, S. A. Therapeutic Potential of Abalone and Status of Bioactive Molecules: A Comprehensive Review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition; 2015.
2. Anonim. ABALONE – THE EMPEROR OF THE SEASHELLS. Nutrinz; 2020.
3. Lionel. 5 Delicious Ways to Cook and Eat Live Abalone. Weekendnotes; 2012.