Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Berpuasa telah lama menjadi bagian dari tradisi agama. Namun diketahui juga bahwa ternyata berpuasa dapat memberikan manfaat kesehatan. Saat berpuasa tubuh akan menggunakan lemak dan otot sebagai sumber
Berpuasa berarti tidak makan selama waktu tertentu dalam 24 jam. Kondisi ini bisa membantu meningkatkan kadar ketone dalam tubuh. Ketone adalah senyawa yang dihasilkan oleh hati yang digunakan oleh tubuh sebagai energi.
Bukan hanya itu, berpuasa juga bisa memberikan manfaat bagi kesehatan mental yang mungkin belum Anda ketahui sebelumnya.
Daftar isi
Saat berpuasa, jumlah racun yang ada dalam darah dan sistem limpa akan menurun. Kondisi ini akan membuat otak bisa berpikir lebih jernih. Saat puasa, energi yang biasanya digunakan untuk mencerna makanan akan dialihkan untuk digunakan oleh otak. [1, 3 4, 5]
Perubahan ini mungkin belum terasa di hari-hari pertama puasa, karena tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Bila tubuh sedang dalam proses detoksifikasi, mungkin akan timbul sakit kepala atau nyeri di beberapa bagian tubuh.
Tetapi, setelah tubuh mulai bersih dari racun, otak akan mulai memperoleh akses ke aliran darah yang lebih bersih sehingga bisa bekerja dengan lebih baik, mengingat dengan lebih mudah, dan indera-indera lainnya akan berfungsi dengan lebih tajam.
Menjalankan puasa membutuhkan kekuatan mental dan kemampuan untuk menolak kenikmatan yang sifatnya jangka pendek untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang.
Hal ini terutama bisa dirasakan oleh mereka yang baru mulai belajar puasa, misalnya anak-anak. Ketika berhasil berpuasa penuh hingga matahari terbenam, anak-anak akan merasa berhasil kemudian kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri akan meningkat.
Gratifikasi pribadi ini bisa meningkatkan semangat untuk kembali berpuasa dengan baik keesokan harinya dan secara umum akan membuat kondisi mental menjadi lebih sehat.
Para ahli menemukan bahwa berpuasa seringkali berkaitan dengan meningkatnya kewaspadaan serta perbaikan mood pelakunya. Pada sebuah penelitian tentang puasa yang bersifat terapi, ditemukan bahwa efek dari kegiatan ini serupa dengan efek yang dihasilkan oleh obat anti-inflamasi yang digunakan untuk gangguan psikologis. [2]
Penderita gangguan mood yang sering mengalami pasang surut suasana hati merasa mood-nya lebih stabil setelah menjalankan puasa. Tentu, dengan catatan, pasien dengan gangguan mental harus menjalankan puasa dibawah pengawasan dokter.
Pasien dengan gangguan kecemasan dan depresi yang rutin mengonsumsi obat perlu berkonsultasi lebih dulu dengan dokter sebelum mulai berpuasa agar dosis dan waktu minum obatnya bisa disesuaikan.
Sementara bagi orang yang sehat, puasa bisa menstabilkan mood karena kerja tubuh lebih teratur, yang artinya hormon-hormon yang dihasilkan berbagai organ juga berada pada kadar yang seharusnya dan kondisi ini terjaga selama sebulan penuh saat berpuasa Ramadan. [1, 4, 5]
Seperti yang disebutkan pada poin pertama diatas, puasa bisa memberikan efek yang sangat kuat bagi kesehatan otak. Sebuah studi menunjukkan bahwa puasa bisa memperbaiki fungsi dan struktur otak bila dilakukan secara rutin.
Puasa juga bisa melindungi kesehatan otak serta meningkatkan perbaikan sel-sel syaraf untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif.
Karena berpuasa juga bisa membantu meredakan peradangan atau inflamasi, maka bisa juga mencegah terjadinya gangguan syaraf akibat penuaan atau pertambahan usia. Riset menunjukkan bahwa berpuasa bisa melindungi otak dari beberapa kondisi seperti Alzheimer dan Parkinson. [1, 2, 4]
Berpuasa memiliki efek langsung atas redanya stres. Ini karena, saat orang berpuasa, jadwal makan akan menjadi lebih teratur. Konsumsi makanan yang lebih terjaga bisa mempengaruhi cara berpikir sehingga menjadi lebih terorganisasi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa berkurangnya jumlah asupan makanan, termasuk karbohidrat, lemak, dan lainnya dalam beberapa minggu saat berpuasa bisa memperbaiki kemampuan berpikir.
Hal ini berhubungan dengan stres, karena stres berawal dari pikiran yang kacau. Jika otak bisa berpikir lebih jernih, pikiran akan terurai, emosi lebih terkontrol, akhirnya stres akan berkurang.
Selain itu, jadwal makan yang lebih teratur saat puasa bisa menjaga produksi hormon kortisol yang berkaitan dengan respon tubuh terhadap stres. Berpuasa bisa menstabilkan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal, yang artinya stress bisa dicegah. [1]
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa berpuasa bisa memperbaiki sensitivitas insulin, yang artinya bisa mencegah naiknya gula darah dan terjadinya diabetes tipe 2.
Kadar gula darah yang tinggi berhubungan dengan hippocampus yang ukurannya lebih kecil. Hippocampus adalah struktur berbentuk kuda laut yang berada di otak dan berkaitan dengan mood, kemampuan belajar, serta memori.
Orang dengan diabetes tipe 2 memilki kemungkinan mengalami depresi dan kecemasan sebanyak dua hingga tiga kali lipat dibanding orang pada umumnya. Jadi bisa disimpulkan, puasa bisa mempengaruhi ukuran hippocampus yang artinya membantu mencegah terjadinya kecemasan dan depresi. [2, 4, 5]
Berpuasa bisa membantu membakar lebih banyak lemak, dan hal ini baik untuk otak. Kelebihan lemak dalam tubuh yang bahkan sampai pada batas obesitas bisa merusak fungsi otak.
Obesitas diketahui berkaitan dengan meningkatnya risiko seseorang mengalami depresi, gangguan bipolar, gangguan panic, agoraphobia (takut untuk keluar rumah), serta berbagai bentuk kecanduan. [1, 3, 5]
Tentu tujuan utama berpuasa bukanlah menurunkan berat badan, namun ini adalah salah satu manfaat yang tidak bisa diabaikan efeknya baik untuk kesehatan tubuh secara umum maupun kesehatan mental secara khusus.
1. Web MD Team. Psychological Benefits of Fasting. Web MD; 2020.
2. Guillaume Fond, Alexandra Macgregor, Marion Leboyer, Andreas Michalsen. Fasting in mood disorders : neurobiology and effectiveness. A review
of the literature. FondaMental Fondation.
3. Rachael Link, MS, RD. 8 Health Benefits of Fasting, Backed by Science. Healthline; 2018.
4. Natasa Adelayanti. Discovering the Advantages of Fasting for Mental Health. Universitas Gadjah Mada News Report; 2020.
5. Amen Clinic Staff. 7 Incredible Things Intermittent Fasting Does for Your Brain. Amen Clinic; 2020.