Agoraphobia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Agrophobia?

Agoraphobia
Agoraphobia ( img : Medical News Today )

Agoraphobia atau agorafobia merupakan sebuah kondisi ketika seseorang merasakan kecemasan atau ketakutan secara berlebihan saat berada dalam suatu situasi atau tempat tertentu (khususnya bila ramai, sempit atau tertutup) [1,3].

Situasi atau tempat tertentu ini mampu membuat penderita merasa terjebak, malu, panik, hingga merasa tidak dapat melakukan apapun.

Seseorang yang sudah pernah mengalami serangan panik sekali atau bahkan lebih jauh lebih berpotensi besar mengalami agoraphobia.

Karena sebelumnya sudah pernah mengalami serangan panik, seseorang cenderung merasa panik atau takut serangan panik ini kembali datang di tempat atau situasi yang sama.

Ini menjadi alasan pula mengapa seseorang yang memiliki agoraphobia selalu merasa tidak aman ketika berada di kerumunan atau tempat umum.

Meski begitu, setiap penderita agoraphobia memiliki situasi atau tempat tertentu pemicu serangan panik yang berbeda-beda.

Tinjauan
Agoraphobia merupakan kondisi ketakutan dan kecemasan berlebih terhadap tempat atau situasi tertentu, khususnya tempat yang sempit, tertutup atau ramai dan penuh dengan kerumunan orang.

Fakta Tentang Agoraphobia

  1. Prevalensi agoraphobia pada populasi global menurut DSM-5 adalah sekitar 1,7% [1].
  2. Dari 1,7% kasus agoraphobia di seluruh dunia, diketahui bahwa agoraphobia diderita oleh orang-orang yang usianya di bawah 35 tahun [1].
  3. Sementara itu, prevalensi agoraphobia seumur hidup menurut The National Institute of Mental Health diperkirakan 1,3% dengan 0,9% kasus per tahunnya [1].
  4. Prevalensi agoraphobia per tahun hampir sama pada wanita dan pria, namun angka kasus pada wanita lebih tinggi sedikit dengan persentase 0,9% dan pria 0,8% [2].
  5. Di Indonesia, belum diketahui pasti prevalensi agoraphobia namun menurut hasil penelitian di Indonesia diketahui bahwa terdapat 6,3% kasus phobia sekolah pada anak-anak usia 3,5 tahun [2].
  6. Tidak hanya itu, menurut hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 9% kasus phobia spesifik per tahunnya di Indonesia [2].

Penyebab Agoraphobia

Penyebab agoraphobia hingga kini belum diketahui secara jelas, namun faktor genetik dan kondisi kesehatan turut memengaruhi besar kecilnya risiko agoraphobia pada seseorang [1].

Sifat temperamen, pengalaman seseorang dalam belajar, hingga tekanan lingkungan di sekitarnya mampu meningkatkan risiko agoraphobia [4].

Agoraphobia merupakan jenis phobia yang umumnya dimulai pada usia anak-anak.

Hanya saja, gejala yang dirasakan dialami pada usia remaja awal hingga usia sekitar 35 tahun atau sebelum itu [1].

Meski begitu, orang-orang dewasa yang jauh lebih tua pun berpotensi mengalami agoraphobia.

Selain itu, risiko mengalami agoraphobia nyatanya jauh lebih kecil pada pria daripada wanita.

Faktor Risiko Agoraphobia

Beberapa faktor berikut ini pun dapat menjadi peningkat risiko bagi seseorang dalam mengalami agoraphobia [1,5] :

  • Memiliki anggota keluarga yang mengidap agoraphobia (khususnya keluarga kandung paling dekat).
  • Memiliki sifat gampang gugup dan cemas.
  • Bagian otak yang berperan sebagai pengendali rasa takut mengalami gangguan.
  • Memiliki riwayat anoreksia nervosa, bulimia, atau depresi.
  • Memiliki pengalaman buruk seperti mengalami penyerangan, penyiksaan, atau kehilangan anggota keluarga.
  • Mengidap jenis fobia lain atau serangan panik.
  • Memiliki rasa ketakutan berlebih terhadap penyakit tertentu (takut tertular), kecelakaan, hingga tindakan kriminal.
Tinjauan
Penyebab pasti agoraphobia sampai kini belum diketahui pasti, namun sifat bawaan, faktor kesehatan individu dan lingkungan menjadi faktor yang mampu meningkatkan risiko agoraphobia.

Gejala Agoraphobia

Gejala utama yang menandakan bahwa seseorang mengalami agoraphobia antara lain adalah [1,3,4] :

  • Ketika berada di kerumunan atau di tengah-tengah banyak orang, termasuk saat mengantre.
  • Ketika menggunakan transportasi umum, seperti saat naik kereta, pesawat atau bus.
  • Ketika berada di tempat terbuka, termasuk mall, jembatan atau bahkan di tempat parkir.
  • Ketika harus keluar rumah sendirian tanpa ada yang menemani.
  • Ketika berada di tempat tertutup, seperti saat di lift atau bioskop. Beberapa orang mengalami serangan panik ketika berada di toko kecil.

Situasi dan beberapa contoh lokasi tertentu tersebut mampu memicu kecemasan dan kepanikan berlebih pada penderita agoraphobia.

Hal ini disebabkan penderita merasa tidak berdaya atau merasa tidak mampu melarikan diri bila berada di tempat atau pada situasi tersebut.

Seseorang dengan serangan panik umumnya akan mengalami beberapa gejala pada tubuhnya, seperti [1,3] :

  • Berkeringat berlebih.
  • Tubuh gemetaran.
  • Terasa kesemutan atau kebas di beberapa bagian tubuh.
  • Terasa adanya tekanan pada dada yang dapat juga disertai dengan rasa nyeri.
  • Kesulitan bernafas hingga sensasi seperti tercekik.
  • Jantung berdetak sangat cepat.
  • Merasa hilang kendali terhadap diri dan tubuhnya.
  • Tubuh menggigil.
  • Kepala terasa ringan atau pusing.
  • Tidak enak badan, seperti ingin pingsan.
  • Sakit perut (dapat diikuti dengan diare).
  • Ketika berada di situasi atau tempat pemicu serangan panik, seringkali perasaan malu dan perasaan terlihat bodoh turut timbul, terutama karena penderita tidak dapat berpikir jernih.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Ketika gejala-gejala yang dirasakan sampai menghambat aktivitas sehari-hari, sudah waktunya penderita memeriksakan diri.

Bila gejala dibiarkan lebih lama tanpa penanganan, hal ini akan memperburuk gejala dan juga kelangsungan hidup penderita.

Tinjauan
Gejala utama agoraphobia adalah penderita merasa cemas dan panik ketika harus ke luar rumah sendiri, berada di tempat tertutup, berada di kerumunan atau antrean, berada di tempat umum, dan berada di transportasi umum. Sementara itu, gejala fisik dapat berupa keringat berlebih, detak jantung lebih cepat, tubuh gemetaran, pusing, nyeri dada, hingga pingsan.

Pemeriksaan Agoraphobia

Ketika gejala-gejala diperiksakan, biasanya dokter perlu menggunakan beberapa pertimbangan ini dalam mendiagnosa pasien [1] :

  • Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan ini diperlukan agar dokter dapat mengeliminasi berbagai kemungkinan kondisi lain yang mampu menyebabkan gejala agoraphobia.
  • Pengajuan pertanyaan : Dokter atau ahli kesehatan mental akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait gejala serta riwayat medis pasien dan keluarga pasien.
  • Pengecekan gejala fisik, kognitif dan perilaku pasien.

Terdapat kriteria yang menjadi pertimbangan bagi para ahli medis untuk menentukan apakah pasien mengalami agoraphobia.

Kriteria serangan panik dan agoraphobia pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) oleh American Psychiatric Association merupakan panduan bagi dokter dalam melakukan diagnosa [1,3].

Jenis Gangguan MentalKriteria DSM-5
Serangan Panik– Terjadi rasa takut yang melonjak dan juga bersifat intens pada pasien.
– Pasien mengalami ketidaknyamanan yang sangat mengganggu karena mengalami lebih dari empat gejala dalam hitungan menit. Puncak gejala dirasakan oleh pasien dalam waktu 10 menit.
– Pasien mengalami tubuh menggigil atau sensasi panas.
– Pasien mengalami rasa takut kehilangan kendali atas tubuhnya.
– Pasien mengalami pusing, mati rasa, kesemutan, sensasi seperti tercekik, mual, nyeri dada, gemetaran, berkeringat berlebih, palpitasi, hingga kehilangan kesadaran.  
Agoraphobia– Takut bepergian menggunakan transportasi umum.Takut berada di ruangan terbuka maupun tertutup (toko kecil, lift, atau bioskop).
– Takut berada di luar rumah tanpa teman.
– Takut berada di kerumunan atau antrean.
– Rasa takut atau cemas lebih besar dari bahaya situasi pada kenyataannya.
– Situasi atau tempat pemicu kepanikan hampir selalu memicu rasa cemas dan takut berlebih.
– Rasa takut, cemas dan ingin menghindar dari berbagai situasi/tempat pemicu justru menjadi penyebab signifikan pasien mengalami tekanan dan gangguan terus-menerus.
– Kecemasan, ketakutan dan penghindaran dari tempat/situasi pemicu dapat terjadi selama 6 bulan atau lebih sehingga bersifat persisten.
Serangan Panik dengan Agoraphobia– Mengalami kekhawatiran terhadap serangan panik berikutnya ketika sebelumnya sudah pernah terjadi.
– Kekhawatiran terhadap konsekuensi dari serangan panik berikutnya yang mampu mengubah perilaku.
– Serangan panik bulan karena efek fisiologis dari kondisi medis tertentu, pemakaian obat terlarang, maupun obat untuk penyakit tertentu.
Agoraphobia Tanpa Riwayat Serangan PanikRasa takut, cemas dan panik terjadi karena khawatir saat berada di tempat atau situasi tertentu tidak memungkinkan baginya untuk melarikan diri atau tidak mendapat bantuan sehingga menjadi tidak berdaya
Tinjauan
Metode diagnosa yang digunakan untuk memastikan kondisi agoraphobia adalah dengan pemeriksaan fisik, ajuan pertanyaan mengenai riwayat gejala dan medis, serta pemeriksaan gejala kognitif dan perilaku. Kriteria DSM-5 menjadi acuan dokter dalam menentukan apakah pasien menderita agoraphobia.

Pengobatan Agoraphobia

Penanganan agoraphobia dilakukan untuk mengurangi rasa panik serta takut.

Tak hanya itu, beberapa metode pengobatan di bawah ini pun digunakan oleh terapis profesional untuk membantu pasien dalam hal pengendalian diri.

Dengan pengendalian diri yang lebih baik, berhadapan dengan situasi yang semula membuat panik atau tidak nyaman tidak lagi semenakutkan dulu.

Berikut ini merupakan metode-metode perawatan yang umumnya diperlukan oleh para penderita agoraphobia :

1. Psikoterapi

Psikoterapi perlu ditempuh pasien agoraphobia untuk meredakan berbagai gejala terkait kecemasan dan ketakutan berlebih [1].

Akan ada terapis profesional yang khusus mendampingi dan membimbing pasien agar dapat mengatasi segala kondisi ini.

Pada psikoterapi, pasien akan mempelajari beberapa hal sebagai berikut :

  • Faktor-faktor yang mampu menjadi pemicu gejala serangan panik dan faktor-faktor yang dapat memperburuk gejala tersebut.
  • Cara menolerir dan juga mengatasi gejala serangan panik, kecemasan dan ketakutan berlebih.
  • Cara-cara melawan ketakutan dan kecemasan berlebih secara langsung.
  • Kecemasan dapat berkurang secara bertahap asalkan terus berani mencoba menangani dan mengendalikan gejala yang timbul saat berada pada tempat atau situasi yang tak diinginkan.
  • Cara mengubah perilaku tak sehat karena phobia melalui terapi pemaparan (desensitisasi).

Beberapa jenis psikoterapi yang umumnya diterapkan untuk pasien agoraphobia antara lain adalah :

  • Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini akan membantu pasien berpikir secara lebih positif khususnya terhadap tempat maupun situasi yang memicu kepanikan [1,6].

Terapis juga akan membantu pasien agar lebih berani pada situasi-situasi yang semula ditakuti dan membuat pasien jauh lebih percaya diri.

  • Terapi Relaksasi

Terapi ini bertujuan untuk meredakan ketegangan pada tubuh pasien ketika harus dihadapkan pada tempat maupun situasi yang memicu kepanikan [6].

Terapi relaksasi juga akan didampingi oleh terapis yang akan membuat otot pasien meregang dengan baik.

  • Desensitisasi

Desensitisasi atau terapi pemaparan adalah jenis terapi yang akan membuat cara pandang pasien terhadap tempat maupun situasi pemicu kepanikan berubah lebih positif [7].

Melalui terapi ini, pasien akan dapat memandang sesuatu yang semula sangat menakutkan menjadi hal yang biasa saja.

2. Obat-obatan

Selain beberapa terapi yang telah disebutkan, jenis obat tertentu akan diresepkan oleh dokter.

Tujuan pemberian obat adalah untuk meredakan kecemasan dan depresi pasien, di mana obat yang diberikan adalah:

  • Benzodiapine : Obat anti-cemas ini hanya mengurangi gejala kecemasan dalam waktu singkat dan diperuntukkan bagi penderita kecemasan akut jangka pendek. Penggunaan obat tak dianjurkan bagi penderita agoraphobia dengan kondisi kecemasan jangka panjang maupun pengguna narkotika maupun alkohol [1].
  • Sertraline dan Fluoxetine : Obat golongan antidepresan ini akan diresepkan untuk meredakan gejala panik dan depresi. Biasanya usai mengonsumsi obat ini, suasana hati pasien juga menjadi lebih baik [8].

Pada beberapa kasus, dokter kemungkinan mengombinasikan obat resep agar dapat bekerja secara lebih efektif dalam meredakan gejala.

Konsultasikan berbagai risiko efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan obat-obatan tersebut.

3. Perubahan Gaya Hidup

Gaya hidup penderita agoraphobia juga perlu dibenahi dan dalam hal ini, terdapat program khusus bagi pasien.

Ada terapis atau ahli profesional yang akan membantu pasien dalam program ini sehingga respon terhadap pemicu stres dan kepanikan dapat lebih terkontrol [9,10].

  • Mengonsumsi makanan bergizi.
  • Menghindari konsumsi makanan maupun minuman beralkohol dan berkafein.
  • Tidur cukup setiap hari.
  • Diam di tempat ketika serangan panik terjadi dan tidak berusaha melarikan diri, supaya pola pikir pasien ikut berubah menjadi lebih positif terhadap situasi yang menakutkan baginya.
  • Pengalihan pikiran dari situasi maupun tempat pemicu panik dengan membayangkan hal-hal menyenangkan atau mengubah perhatian ke arah gerak jarum jam. Pengalihan dilakukan sampai rasa panik dan takut pasien hilang.
  • Melakukan teknik pernafasan agar setiap saat dapat dipraktekkan oleh pasien, terutama tiap berhadapan dengan sumber pemicu kepanikan dan kecemasan. Hal ini akan membantu pasien dalam sehari-hari pun menjadi lebih rileks.
  • Bergabung dalam sebuah komunitas di mana komunitas ini terdiri dari sesama penderita agoraphobia supaya mampu saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan berbagai cara menangani kepanikan.
Tinjauan
Psikoterapi, pemberian obat anticemas dan antidepresan, serta perubahan gaya hidup merupakan cara mengobati atau setidaknya meringankan gejala agoraphobia pada pasien.

Komplikasi Agoraphobia

Penderita agoraphobia berpotensi lebih besar meningkatkan risiko depresi dan gangguan mental lainnya [1].

Penderita juga berisiko mengalami ketergantungan terhadap alkohol maupun obat terlarang apabila kondisi gejala agoraphobia tak segera ditangani.

Komplikasi paling perlu diwaspadai adalah kualitas hidup yang menurun karena aktivitas harian yang semakin terbatas karena rasa takut dan cemas berlebihan.

Tanpa penanganan, gejala akan makin parah, seperti misalnya penderita enggan meninggalkan rumah.

Sebagai akibatnya, hubungan sosial dengan teman maupun keluarga, performa sekolah atau pekerjaan, hingga rutinitas menjadi lebih buruk.

Tinjauan
Agoraphobia mampu mengakibatkan kelangsungan dan kualitas hidup penderitanya menurun karena gejala yang terus memburuk tanpa memperoleh penanganan yang tepat.

Pencegahan Agoraphobia

Agoraphobia tak dapat dicegah untuk tidak terjadi sama sekali, namun semakin menghindari situasi atau tempat pemicunya, kecemasan akan semakin memburuk.

Memraktekkan secara mandiri melawan rasa takut (terutama yang masih tahap ringan) dengan pergi ke tempat itu atau berhadapan dengan situasi yang sama sebelum rasa takut menjadi jauh lebih besar.

Dalam menghadapi rasa takut dan panik ringan tersebut, meminta bantuan profesional, teman atau keluarga sangat dianjurkan jika tak dapat melakukannya sendiri.

Bila serangan panik dan kecemasan langsung timbul ketika mengunjungi tempat-tempat tertentu atau ketika pada situasi tertentu, segera tangani.

Tinjauan
Tidak terdapat cara mencegah agoraphobia untuk tidak terjadi sama sekali. Namun dalam mencegah komplikasinya, penanganan dini oleh tenaga profesional di bidang kesehatan mental akan sangat membantu.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment