Daftar isi
Mata silinder juga dikenal dengan sebutan astigmatisme, merupakan gangguan penglihatan yang termasuk umum selain mata minus atau rabun jauh.
Kesalahan bentuk kornea menjadi penyebab utama dari gangguan penglihatan ini di mana lengkungan pada lensa atau kornea (permukaan depan mata) tidak teratur.
Karena hal tersebut, cara pembiasan cahaya ke retina berubah dan mengakibatkan penglihatan terganggu dan memburam.
Bila normalnya lengkungan menyerupai bola yang bundar, permukaannya saat mengalami astigmatisme justru berbentuk telur sehingga penglihatan ke seluruh jarak buram.
Dengan kata lain, mata silinder adalah kombinasi dari dua kelainan refraksi, yakni mata minus dan mata plus (rabun jauh dan rabun dekat).
Berikut ini adalah jenis-jenis astigmatisme selain astigmatisme kornea yang umum terjadi :
Terdapat dua struktur pada mata dengan permukaan yang melengkung sehingga cahaya terbiaskan ke retina. Dua struktur yang dimaksud adalah kornea dan lensa.
Kornea adalah bagian mata yang permukaannya bening yang melapisi atau menutupi pupil serta iris mata. Namun, pada kornea tidak ada pembuluh darah.
Lensa adalah struktur bening mata yang fungsinya membuat cahaya ke retina lebih fokus. Letak lensa adalah di belakang pupil mata.
Banyak orang dengan masalah astigmatisme terlahir dengan kondisi ini, atau dengan kata lain, astigmatisme menjadi kondisi bawaan atau karena faktor keturunan.
Hanya saja, banyak ilmuwan yang belum memahami alasan dibalik kondisi tersebut. Bahkan astigmatisme pun dapat terjadi usai menempuh operasi mata, terkena penyakit mata atau cedera mata.
Astigmatisme terkadang dalam kasus yang jarang dapat pula disebabkan oleh keratoconus. Kondisi keratoconus ini menjadikan kornea yang tadinya jernih dan normal berbentuk kercut dan juga lebih tipis.
Astigmatisme sendiri dapat terjadi pada siapa saja, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Risiko astigmatisme dapat meningkat karena beberapa faktor di bawah ini :
Astigmatisme tak hanya dapat terjadi pada anak-anak, remaja atau orang dewasa. Ada banyak bayi yang lahir dengan kondisi astigmatisme.
Hanya saja, pada banyak kasus bayi lahir dengan astigmatisme, kondisi kelainan pada mata ini akan hilang sebelum usia bayi menginjak 1 tahun.
Karena masih bayi, penting untuk orangtua memeriksakan kondisi mata anaknya saat sudah berusia 6 bulan ke dokter secara rutin.
Terlebih jika orangtua bayi, salah satu atau keduanya memiliki kelainan refraksi, penting untuk periksakan kondisi mata bayi sejak dini.
Pemeriksaan dini bertujuan supaya anak tidak mengalami kesulitan dalam melihat saat ia tumbuh lebih besar nantinya, khususnya jika sudah memasuki usia sekolah.
Astigmatisme dapat menimbulkan beberapa gejala yang dapat dikenali sekaligus diwaspadai agar bisa segera mendapat penanganan yang benar.
Bila kondisi-kondisi seperti inilah yangmuncul lalu segala aktivitas yang dilakukan jadi terhambat, segera periksakan kondisi mata ke dokter spesialis mata.
Tidak selalu gejala-gejala tersebut mengarah pada astigmatisme, sebab ada kemungkinan gejala muncul disebabkan oleh masalah penglihatan lainnya.
Ketika menemui dokter mata, beberapa pemeriksaan inilah yang pasien akan tempuh :
Dokter akan meminta pasien untuk membaca huruf pada grafik yang tersedia dengan jarak yang sudah ditentukan.
Tujuannya adalah supaya dokter dapat melihat seberapa baik penglihatan pasien saat membaca huruf-huruf tersebut.
Pemeriksaan ini bertujuan mengukur kelengkungan kornea menggunakan alat yang disebut dengan keratometer saat mengecek bagian mata pasien.
Tes ini dilakukan dengan pasien mencoba melihat lewat serangkaian lensa. Tujuannya adalah agar pasien dapat menemukan lensa paling cocok dan baik untuk memberikan penglihatan lebih jernih.
Dokter menggunakan refraktor optik, yakni sebuah mesin yang dilengkapi sejumlah lensa kaca korektif dengan tingkat kekuatan berbeda.
Ada sebuah grafik yang perlu dibaca oleh pasien dalam prosedur pemeriksaan ini. Pasien akan membacanya melalui lensa, barulah dokter bisa menentukan lensa korektif yang tepat bagi pasien.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan itulah, dokter baru dapat menentukan perawatan yang sesuai untuk menangani astigmatisme pasien.
Melalui tes refraksi jugalah dokter dapat menentukan resep lensa korektif, baik itu kacamata atau lensa kontak yang tepat untuk membantu meningkatkan penglihatan pasien.
Saat meresepkan lensa korektif untuk astigmatisme, setiap dokter mata kemungkinan memiliki pengukuran berbeda satu dengan yang lain.
Meski begitu, toko optik tempat pembuatan kacamata atau lensa kontak tidak masalah dengan pengukuran berbeda tersebut. Tugas mereka adalah membuat lensa korektif sesuai resep.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat diperhatikan terkait hasil pengukuran astigmatisme :
Seperti pada kondisi mata minus, astigmatisme dapat ditangani dengan penggunaan lensa korektif, seperti kacamata atau lensa kontak.
Pembuatan kacamata dilengkapi dengan lensa yang berfungsi sebagai pengimbang bentuk mata yang terkena gangguan.
Dengan bantuan lensa kacamata, cahaya yang masuk ke mata akan terbiaskan dengan benar. Tak hanya astigmatisme, kondisi rabun jauh dan dekat pun memerlukan bantuan kacamata.
Lensa kontak adalah alternatif dari kacamata yang fungsinya pun sama, yakni memperbaiki sebagian besar astigmatisme.
Untuk penampilan yang lebih modis, orang-orang memilih untuk mengenakan lensa kontak daripada kacamata. Terutama karena lensa kontak datang dalam berbagai gaya, desain dan jenis.
Dalam prosedur ortokeratologi, lensa kontak pun digunakan. Jadi, pasien bisa menggunakan lensa kontak ini pada saat tidur malam hari.
Penggunaan setiap malam bertujuan untuk meredakan kelengkungan mata. Bila pasien berhenti menggunakan lensa kontak ini, mata akan langsung kembali pada bentuk awal.
Tidak sepenuhnya bermanfaat tinggi, pemakaian lensa kontak dalam jangka panjang mampu memperbesar potensi mata terkena infeksi.
Itulah mengapa, penting untuk mengonsultasikan dengan dokter mengenai kelebihan dan efek samping lensa kontak.
Kacamata untuk astigmatisme tersedia dalam berbagai tipe dan gaya sesuai kebutuhan pasien. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dipertimbangkan ketika memilih kacamata.
Menangani astigmatisme tanpa penggunaan kacamata umumnya menandakan bahwa kondisi mata memerlukan bedah refraktif.
Operasi atau bedah refraktif adalah prosedur tindakan medis yang bertujuan meningkatkan penglihatan, namun juga mampu mengurangi kebutuhkan pemakaian lensa korektif.
Dengan dioperasi, maka sebenarnya ini adalah cara agar pasien astigmatisme tak perlu mengenakan kacamata atau lensa kontak seumur hidup.
Sebelum menentukan jenis operasi yang dibutuhkan pasien, dokter biasanya akan lakukan evaluasi apakah pasien memang kandidat untuk operasi tersebut.
Untuk menangani astigmatisme tanpa lensa korektif, jenis-jenis bedah refraktif inilah yang kiranya dapat ditempuh :
Pada prosedur LASEK, dokter bedah akan menggunakan alkohol khusus dalam upaya melonggarkan penutup lapisan tipis kornea atau yang disebut dengan epithelium.
Dokter juga dalam prosedur ini akan mengubah kelengkungan kornea dengan laser excimer. Kemudian barulah dilanjutkan dengan mengatur ulang posisi epitel yang telah longgar.
Prosedur bedah ini menyerupai LASEK, yakni sama-sama mempergunakan laser, namun dalam hal ini dokter bedah akan mengangkat epitel.
Walau epitel diangkat, nantinya bagian ini akan tumbuh lagi secara alami menyesuaikan bentuk baru kornea mata.
Pada prosedur bedah laser ini, dokter bedah akan melakukan pembentukan flap di lapisan kornea mata pasien.
Dokter menghilangkan sejumlah jaringan di bawah flap yang telah diangkat lebih dulu. Tujuannya agar dokter bisa memperbaiki bentuk kornea.
Perbaikan bentuk kornea ini dilakukan dengan menggunakan laser excimer. Sementara itu, laser untuk membentuk flap disebut juga dengan femtosecond.
Jika bentuk kornea sudah betul dan mata dianggap telah baik serta fokus lebih baik, flap diatur ulang pada lapisan mata dan nantinya akan melekat secara alami lagi.
Epi-LASIK merupakan prosedur bedah refraktif yang masih termasuk dalam golongan LASIK. Namun bukan alkohol yang digunakan, melainkan dokter memanfaatkan pisau tumpul.
Guna pisau tumpul mekanis khusus adalah sebagai alat pemisah lembaran epitel yang tipis. Barulah kemudian dokter menggunakan laser excimer.
Laser excimer di sini berguna sebagai alat pembentuk kornea kembali. Dokter juga memakai laser ini sebagai pengatur ulang posisi epitel.
Operasi menggunakan laser ini bertujuan untuk membentuk kembali kornea. Dokter mempergunakan laser untuk membentuk jaringan kecil berbentuk lensa di bawah permukaan kornea.
Dokter harus membuat sayatan kecil untuk dapat mengangkat lensa tadi. Meski diyakini sebagai penanganan astigmatisme, prosedur ini sekarang lebih banyak untuk menangani rabun jauh.
Selain dari bedah refraktif yang telah disebutkan, terdapat pula prosedur penanaman lensa kontak serta ekstraksi lensa bening.
Apapun langkah tindakan bedah refraktif yang ditempuh pasien astigmatisme. Belum ada penanganan yang dianggap paling baik dalam mengatasi gangguan penglihatan ini.
Walau nampaknya aman, operasi laser pada mata dapat menimbulkan beberapa efek samping hingga komplikasi yang perlu diwaspadai, yaitu :
Saat mata silinder terjadi, terutama bila kombinasi dengan kelainan refraksi lainnya, kondisi ini perlu segera diatasi.
Ketika mata silinder tak diatasi dengan cepat, beberapa bahaya komplikasi inilah yang berisiko terjadi :
Untuk kelainan refraksi mata, baik itu rabun jauh, rabun dekat, hingga mata silinder sekalipun, sulit untuk mencegahnya.
Penglihatan yang buruk apalagi karena faktor keturunan, perlu untuk dicegah perkembangannya dengan memeriksakan kesehatan mata secara rutin.
Bila dalam keluarga terlebih ada riwayat mata silinder, pemeriksaan mata harus dilakukan sejak usia dini supaya tak berkembang makin serius.
Anonim. Med Broadcast com. Astigmatism.
Whitney Seltman. 2019. WebMD. Astigmatism.
Celia Vimont, David Turbert & Jane C Edmond MD. 2018. American Academy of Ophthalmology. What Do Astigmatism Measurements Mean?
Mayo Clinic Staff. 2019. Mayo Clinic org. Astigmatism.
Rose Kivi, Elizabeth Boskey, PhD., & Deborah Weatherspoon, PhD, RN, CRNA. 2017. Healthline. Astigmatism.
Yvette Brazier & Ann Marie Griff, O.D. 2017. Medical News Today. What is astigmatism and how is it treated?
Dr. Alan Greene, Dr. Khanh-Van Le-Bucklin & Dr. Liat Simkhay Snyder. 2019. Dr Greene com. Astigmatism: A-to-Z Guide from Diagnosis to Treatment to Prevention.