Mengompol adalah hal yang wajar, apalagi bila dialami oleh anak-anak. Kebiasaan mengompol pada anak biasanya akan hilang seiring mereka dewasa dan sama sekali tidak membahayakan. Anak-anak berusia 2-4 umumnya sudah terlatih untuk ke pergi kamar mandi dan kebanyakan anak usia 5-6 tahun sudah tidak mengompol lagi. Walau begitu, ada pula anak yang masih suka mengompol di umur-umur tersebut atau bahkan yang lebih tua dari itu. [1]
Beberapa ahli tidak begitu yakin mengenai penyebab anak suka mengompol, tapi ada beberapa faktor yang memainkan peranan penting, misalnya: kandung kemih belum sepenuhnya berkembang untuk menyimpan urin, anak belum bisa menyadari bahwa kandung kemihnya sudah penuh, atau bisa jadi karena pengaruh stress saat di rumah atau di sekolah. Kebiasaan mengompol juga dikaitkan dengan masalah kesehatan, seperti konstipasi dan diabetes. [2, 3]
Walau tidak memiliki resiko kesehatan yang serius, anak yang suka mengompol terkadang bisa membuat orang-orang frustrasi, entah itu orang tua atau bahkan anak itu sendiri. Kebiasaan mengompol tentunya bukan hal yang bisa dengan mudah sang anak kontrol. Sejumlah anak ingin berhenti mengompol tapi tidak bisa. Hal ini lama-kelamaan bisa memupuk rasa bersalah dan rasa malu pada diri mereka. [2]
Anak yang masih mengompol meski sudah cukup besar terkadang mengalami kesulitan dalam pergaulan mereka. Anak-anak seperti ini biasanya akan dirundung (di-bully) oleh teman-temannya jika kebiasaan mengompol ini ketahuan. Hal ini jelas dapat mengurangi rasa kepercayaan diri mereka. [2]
Selain itu, anak-anak tersebut juga akan kehilangan momentum untuk ikut serta dalam kegiatan sosial bersama teman-temannya, seperti berkemah dan menginap besama, karena khawatir akan mengompol lagi. [2]
Mungkin sekilas terdengar ironis untuk mengatasi kebiasaan mengompol dengan cara minum. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa kita malah sebaiknya ‘mengurangi minum.’ Meski begitu, dalam sebuah studi yang meneliti tentang tindakan mengurangi minum di malam hari, ditemukan bahwa aktivitas tersebut adalah cara yang kurang efektif [4].
Mengurangi minum dinilai sebagai tindakan yang kurang sehat bagi anak-anak, apalagi bila sang anak berpartisipasi dalam olahraga atau permainan di malam hari. Selain itu, tindakan ini disebut tidak membantu anak untuk mengenali sensai penuhnya kandung kemih dan belajar meningkatkan kontrol tubuh. [4]
Sebaliknya, Anda disarankan untuk mendorong anak supaya minum yang cukup selama siang hari, sebanyak yang disarankan instansi-instansi kesehatan (8 gelas per hari). Asupan cairan yang cukup di siang hari ini akan membuat anak tidak merasa kekuarangan cairan di malam hari/saat hendak tidur sehingga akan mengurangi kemungkinan mengompol. [4]
Sejumlah orang menggunakan cara ini untuk mengatasi anak yang suka mengompol. Beberapa anak terkadang merasa butuh kencing tapi enggan untuk melakukannya karena ingin segera berhangat-hangat di kasur. Atau, kandung kemih anak mungkin telah memuat banyak urin, tapi tidak cukup banyak unuk disadari sang anak. Bila ini terus dibiarkan, peluang anak untuk mengompol akan semakin besar. Untuk itulah orang tua sebaiknya membiasakan anak kencing sebelum tidur. [5]
Sedikit berbeda dari alarm pada umumnya, alarm mengompol adalah alat khusus untuk membangunkan anak ketika mereka mengompol. Alarm ini dilengkapi dengan sensor spesial yang ditempatkan di celana sang anak. Sensor tesebut akan memicu bel untuk berdering ketika sang anak mulai mengompol. Alarm ini befungsi untuk membangunkan anak supaya langsung pergi ke kamar mandi dan menyelesaikan buang air kecil di toilet. [6, 7]
Namun, pada minggu-minggu pertama, biasanya orang tualah yang terbangun dan mengajak anak untuk pergi toilet. Bila penggunaan alarm ini terus dilanjutkan, anak akan terbiasa untuk bangun oleh alarm pada minggu keempat hingga keenam. Dan sekitar minggu ke-12, anak kemungkinan bisa bangun dan pergi ke toilet sendiri tanpa bantuan dari orang tua. Sedangkan beberapa anak akan memutuskan untuk menahan kencing sampai pagi. [6]
Anak-anak yang mudah mengompol sebaiknya mengurangi konsumsi makanan dan minuman mengandung kafein. Kafein sendiri bukan cuma kopi, tapi juga teh, soda, cokelat, minuman berenergi, jajanan mengandung kopi, dll. Kafein dapat menstimulasi kandung kemih untuk memproduksi urin sehingga anak-anak dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan tersebut pada sore atau malam hari. [8, 9]
Beberapa anak tidak mau buang air kecil di kamar mandi pada malam hari karena alasan-alasan tertentu; entah itu karena koridor yang gelap & menyeramkan, kamar mandi yang terlalu jauh, ataupun sesederhana tidak ada yang menemani. Tidak jarang mereka membatalkan niat buang air kecil gara-gara hal ini tapi malah berkahir kedapatan kasur yang basah di pagi hari. [3]
Sebagai upaya untuk mengatasi kebiasaan mengompol pada anak, cara berikut tidak ada salahnya untuk dicoba. Orang tua mungkin bisa menyediakan penerangan khusus menuju kamar mandi supaya anak tidak takut saat ingin berjalan kesana. Atau, orang tua bisa dengan bermurah hati rela dibangunkan untuk mengantarkan anak ke kamar mandi setiap mereka terbangun ingin kencing di malam hari. [3]
Jika tidak ada satupun usaha yang berhasil dan anak masih saja mengompol, orang tua mungkin bisa mempertimbangkan cara yang satu ini. Tapi tidak dianjurkan bila anak Anda berusia di bawah 7 tahun [1]. Beberapa obat mampu membantu anak supaya tidak sering mengompol. Ada dua jenis obat yang disetujuai oleh Lembaga Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), yaitu imipramine dan desmopressin [10].
1. Amita Shroff, MD. Bedwetting in Children. WebMD; 2021.
2. Anonim. Bed-wetting. Mayo Clinic; 2017.
3. Anonim. Bedwetting in children. NHS; 2020.
4. National Clinical Guideline Centre (UK). Nocturnal Enuresis: The Management of Bedwetting in Children and Young People. Royal College of Physicians (UK); 2010.
5. Anonim. How To Help Your Child Stop Wetting the Bed. Cleveland Clinic 2022.
6. Mary Anne Dunkin & Renee A. Alli, MD. Bed-wetting Alarms. WebMD; 2020.
7. Dr. Mary Harding & Dr. Hannah Grono. Bedwetting Alarms. Patients 2017.
8. Amber Charles Alexis, MSPH, RDN & Sade Meeks, MS, RD. 10 Foods and Drinks with Caffeine. Healthline; 2021.
9. Hilary Parker & Dan Brennan, MD. Dinner and Nighttime Snacks That Can Cause Wet Nights. Web MD; 2020.
10. Dan Brennan, MD. Drugs to Treat Bed-Wetting. WebMD; 2020.