Daftar isi
Moluskum kontagiosum adalah jenis penyakit kulit di mana bintil-bintil muncul pada permukaan kulit yang disebabkan oleh infeksi virus [1,2,6,7].
Bintil yang muncul hanya akan menimbulkan rasa gatal dan bukan nyeri sehingga beberapa kasus tertentu penderitanya tidak memerlukan penanganan khusus.
Walaupun memerlukan waktu cukup lama untuk hilang dari permukaan kulit, yaitu sekitar 6-12 bulan, bintil berpotensi sembuh atau hilang dengan sendirinya asalkan penderitanya memiliki sistem daya tahan tubuh yang kuat [2].
Jika bintil semakin lama tak kunjung hilang, ini menandakan bahwa tubuh penderita memiliki sistem daya tahan tubuh rendah sehingga moluskum kontangiosum perlu ditangani secara medis.
Tinjauan Moluskum kontagiosum adalah jenis penyakit menular pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bintil-bintil pada permukaan kulit.
Virus Molluscum contagiosum adalah penyebab utama penyakit kulit moluskum kontagiosum [1,2,6].
Jenis penyakit ini bersifat menular di mana penularan dapat terjadi saat seseorang yang daya tahan tubuhnya sedang lemah kontak (bersentuhan kulit) dengan penderita moluskum kontagiosum.
Penularan tidak hanya mudah terjadi melalui sentuhan kulit antar orang sehat dengan orang yang telah terinfeksi, sebab hubungan intim serta berbagi penggunaan barang pribadi dapat juga menjadi penyebab penularan.
Memakai barang pribadi seperti handuk atau pakaian penderita moluskum kontagiosum otomatis meningkatkan risiko terinfeksi penyakit yang sama.
Bila virus awalnya menginfeksi salah satu bagian tubuh, lalu tangan digunakan menggaruknya setelah itu menyentuh bagian tubuh lain yang tidak terinfeksi, maka pada bagian tubuh lain tersebut dapat timbul bintil baru.
Maka misalpun bintil terasa sangat gatal, gunakan tangan untuk menggaruknya namun kemudian cucilah tangan sampai bersih sebelum menyentuh area tubuh lain.
Pada dasarnya, infeksi virus dapat terjadi lebih mudah pada orang-orang yang tingkat kekebalan tubuhnya sedang turun atau lemah [1,2,6,9].
Namun, perlu diketahui bahwa terdapat beberapa faktor berikut mampu meningkatkan pula risiko terserang virus Molluscum contagiosum.
Tinjauan Virus Molluscum contagiosum adalah penyebab utama penyakit kulit moluskum kontagiosum ketika seseorang memiliki kondisi penyakit tertentu dan berdaya tahan tubuh lemah.
Virus penyebab moluskum kontagiosum hanya menyerang keratinosit dengan 2 minggu hingga 6 bulan menjadi masa inkubasinya tanpa penyebaran yang sistematik karena bagian epidermis saja yang ditumbuhi bintil [1].
Masa inkubasi berkisar dari dua minggu hingga enam bulan. Virus moluskum kontagiosum hanya menginfeksi keratinosit, dan lesi kulit terbatas pada epidermis dan tidak memiliki penyebaran sistemik.
Bintil yang muncul pada permukaan kulit adalah gejala utama moluskum kontagiosum, namun beberapa kondisi lain yang perlu dikenali sebagai gejala adalah [1,2,7] :
Pada beberapa kasus, bintil memang dapat hilang dengan sendirinya meski dalam waktu yang sangat lama.
Namun, potensi bintil untuk mengalami radang, pecah hingga cairan di dalamnya (cairan putih kekuningan) keluar juga cukup besar, apalagi jika sering menggaruknya.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Dalam waktu setengah tahun hingga setahun, bintil moluskum kontagiosum hilang tanpa penanganan khusus jika daya tahan tubuh penderita lebih kuat.
Namun bila penderita moluskum kontagiosum menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan imun tubuh, segera ke dokter saat bintil-bintil muncul.
Selain itu, segera periksakan diri ke dokter ketika bintil yang timbul sangat banyak dan terdapat di berbagai area tubuh maupun saat bintil meradang serta pecah hingga mengeluarkan cairan.
Penanganan dini akan menghindarkan penderita dari bahaya infeksi bakteri yang terjadi setelah bintil pecah.
Tinjauan Bintil-bintil yang timbul secara berkumpul pada satu area tubuh atau berada di lebih dari satu area tubuh adalah tanda utama moluskum kontagiosum. Ukuran bintil biasanya sangat kecil dan umumnya terdapat 20-30 bintil atau bisa lebih banyak bila kekebalan tubuh melemah.
Dokter biasanya mengawali pemeriksaan dengan melihat kondisi fisik pasien dari kulit yang ditumbuhi bintil.
Namun selain melihat fisik pasien secara langsung, beberapa metode diagnosa lainnya kemungkinan diterapkan oleh dokter.
Biopsi atau pengambilan sampel jaringan adalah metode yang dokter akan lakukan untuk mengonfirmasi diagnosa bila diperlukan [2,7].
Biopsi kulit artinya dokter harus mengambil sampel jaringan kulit yang kemudian dianalisa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan infeksi dan jenis virus.
Biopsi juga menjadi metode yang akan membantu dokter dalam membedakan gejala moluskum kontagiosum dengan kondisi lain seperti cacar, kanker kulit, atau kutil.
Setelah hasil diagnosa benar-benar pasti, dokter dapat menentukan jenis perawatan terbaik sesuai kondisi pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan biopsi menjadi metode pemeriksaan utama yang digunakan dokter untuk menegakkan hasil diagnosa dan mengeliminasi berbagai kemungkinan penyakit selain moluskum kontagiosum.
Pengobatan khusus atau secara medis biasanya lebih direkomendasikan oleh dokter ketika bintil muncul pada area kelamin.
Terapi akan dokter berikan sebagai pencegah penularan, bila bintil cukup mengganggu bagi pasien, atau pasien memiliki penyakit atopik.
1. Obat Oles
Obat topikal/obat luar/obat oles biasanya terpercaya dalam mengobati bintil pada kasus moluskum kontagiosum.
Obat berupa krim seperti podophyllotoxin dapat digunakan selama pengobatan bintil di rumah [1].
Terapi obat ini diperuntukkan bagi pria dan tidak dianjurkan penggunaan bagi wanita hamil karena dapat membahayakan janin.
Setiap bintil harus diolesi masing-masing dengan krim bersifat terapeutik ini.
Selain podophyllotoxin, terapi lainnya yang dapat mengatasi gejala moluskum kontagiosum adalah cantharidin, tretinoin, yodium dan asam salisilat, imiquimod, dan potasium hidroksida asalkan penggunaan sesuai resep [1,3,6].
Namun untuk imiquimod, efektivitas obat ini belum sepenuhnya terbukti sehingga tidak dianjurkan untuk mengatasi moluskum kontagiosum pada anak [3].
2. Obat Minum
Selain obat oles, dokter biasanya meresepkan obat oral atau obat minum bagi pasien [3].
Terapi oral ini bertujuan menghilangkan lesi atau bintil secara berangsur.
Metode pengobatan moluskum kontagiosum satu ini paling sesuai diberikan kepada pasien anak karena dapat menjadi perawatan yang sederhana bagi anak-anak.
3. Terapi Antiretroviral
Jenis terapi ini memiliki efektivitas tinggi pada penderita moluskum kontagiosum yang juga merupakan penderita HIV/AIDS [1,4].
Guna terapi ini utamanya adalah sebagai penambah kekebalan tubuh sehingga virus penyebab penyakit kulit dapat dilawan.
Terapi ini mengombinasikan obat-obatan HIV yang perlu digunakan setiap hari oleh pasien.
Terdapat tujuh kelompok obat yang kombinasinya akan ditentukan oleh dokter sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh pasien [4].
Tujuh kelompok obat yang dimaksud adalah :
Meski ditentukan oleh dokter, pasien tetap dianjurkan berkonsultasi lebih dulu mengenai terapi ini.
Kenali apa saja kemungkinan efek samping dan dampaknya bagi tubuh.
4. Krioterapi
Krioterapi adalah jenis terapi yang juga banyak digunakan sebagai metode perawatan kasus moluskum kontagiosum [1,2,3,6].
Terapi ini bermanfaat dalam menghilangkan bintil melalui prosedur pembekuan lesi menggunakan cairan nitrogen.
Krioterapi sudah sangat umum digunakan oleh para dokter spesialis kulit dalam mengatasi sel-sel kulit abnormal.
5. Kuret atau Scraping
Kuret atau scraping adalah metode lain yang bertujuan menghilangkan bintil dengan cara mengikisnya [2,3,6].
Alat khusus akan digunakan untuk prosedur pengikisan bintil pada kulit pasien setelah memberikan anestesi atau obat bius lokal.
Namun, setelah proses kuret pasien perlu waspada terhadap efeknya, yaitu iritasi, nyeri, hingga bekas luka.
6. Terapi Laser
Terapi laser adalah metode lainnya yang juga sangat ampuh dalam menghilangkan bintil dengan memanfaatkan sinar laser [1,2,3,6].
Namun, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai keuntungan dan efek samping terapi laser sebelum memutuskan menempuhnya.
Tinjauan Penanganan moluskum kontagiosum umumnya adalah pemberian obat oles dan obat oral. Namun jika memang diperlukan, beberapa terapi seperti kuret, antiretroviral, terapi laser, dan krioterapi akan direkomendasikan oleh dokter.
Moluskum kontagiosum bukan jenis penyakit menular yang berat dan bila daya tahan tubuh pasien kuat, kesembuhan mudah didapat.
Hanya saja, bagi penderita gangguan imun serta masalah kesehatan lainnya, risiko kompliasi moluskim kontagiosum seperti berikut cukup tinggi [1,8].
Upaya mencegah agar tidak terkena penyakit moluskum kontagiosum sekaligus agar tidak menularkannya pada orang lain yakni dengan beberapa langkah berikut [5] :
Tinjauan Pencegahan dapat dilakukan dengan dua tujuan, agar tidak menularkan kepada orang lain dan agar diri sendiri tidak tertular. Menjaga kebersihan diri, menghindari sentuhan dengan penderita,
1. Talel Badri & Grishma R. Gandhi. Molluscum Contagiosum. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Rodrigo Meza-Romero, Cristián Navarrete-Dechent, & Camila Downey. Molluscum contagiosum: an update and review of new perspectives in etiology, diagnosis, and treatment. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology; 2019.
3. Anonim. Molluscum Contagiosum Treatment Options. Centers for Disease Control and Prevention; 2017.
4. Anonim. HIV Treatment: The Basics. U.S. Department of Health and Human Services AIDS Info; 2020.
5. Anonim. Molluscum Contagiosum Prevention. Centers for Disease Control and Prevention; 2015.
6. Anonim. Molluscum Contagiosum: Overview. American Academy of Dermatology Association; 2020.
7. Neeta Kumar, Patricia Okiro, & Ronald Wasike. Cytological diagnosis of molluscum contagiosum with an unusual clinical presentation at an unusual site. Journal of Dermatological Case Reports; 2010.
8. Anonim. Molluscum Contagiosum Long-Term Effects. Centers for Disease Control and Prevention; 2015.
9. Anonim. Molluscum Contagiosum Risk Factors. Centers for Disease Control and Prevention; 2015.