Nasturtium (Tropaeolaceae Majus/Tropaeolum majus) berasal dari genus Tropaeolaceae. Genus ini adalah tanaman asli Amerika Selatan dan Tengah.
Meski dikenal dengan keindahan warna bunganya, namun di negara asalnya Nasturtium biasa diolah menjadi masakan seperti salad [1].
Daftar isi
Nasturtium relatif tumbuh dengan cepat. Batangnya dapat tumbuh hingga 0,91–1,83 m. Daun Nasturtium berbentuk lingkaran yang sedikit lebar dengan diameter 3 sampai 15 cm.
Daun Nasturtium berwarna hijau keabu-abuan di atas namun pucat di bawah. Tanaman ini memiliki bulu halus dengan tangkai daun sepanjang 5–30 cm di dekat bagian tengah daun. Beberapa urat daun menjalar ke tepi yang membulat dan sedikit melengkung.
Bunga Nasturtium memiliki diameter 2,5-6 cm dengan lima kelopak, delapan benang sari, dan ‘benang’ nektar panjang 2,5-3 cm di bagian belakang. Warna bunga Nasturtium bervariasi dari kuning, oranye, dan merah.
Bunganya sering kali menjuntai dan banyak yang lebih gelap di pangkal kelopak. Nasturtium juga memiliki buah. Buah Nasturtium memiliki luas 2 cm dan setiap segmen buah memiliki biji tunggal besar dengan panjang 1-1,5 cm [2],[3].
Berikut adalah kandungan gizi pada 100 gram Nasturtium [4],[1].
Nama kandungan | Kuantitas (mg) | Prosentase (%) |
Vitamin C | 130 | 76 |
Lutein | 45 | 22 |
Lidokain | 16.4 | 6 |
Karbamazepin | 15.7 | 6.3 |
Diphenhydramine | 15.0 | 6.6 |
Antibiotik | 14.6 | 6.8 |
Berdasarkan tabel gizi diatas, diketahui kandungan utama Nasturtium adalah Vitamin C yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh, dan memelihara kestabilan berat badan.
1. Sebagai zat pencegahan dan pengobatan obesitas
Hasil penelitian membuktikan ekstrak Nasturtium yang berkonsentrasi sekitar 20 µg/mL hingga 500 µg/mL menyebabkan penurunan ekspresi regulator diferensiasi adiposit, reseptor aktif proliferator peroksisom gamma, protein pengikat elemen CCAAT alfa, dan pengikatan elemen regulasi sterol faktor transkripsi.
Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak Nasturtium mampu menghambat akumulasi lipid dan mengurangi ekspresi PPARG, CEBPA, dan SREBF1, yang mengatur adiposit.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak Nasturtium memiliki kemungkinan untuk menjadi pengobatan baru yang potensial untuk pencegahan dan pengobatan obesitas [5].
2. Sebagai desinfektan alami
Nasturtium memiliki zat yang dapat digunakan sebagai desinfektan alami. Penggunaan zat ini umum dilakukan untuk mencuci luka untuk menghindari infeksi [5].
3. Sebagai antioksidan
Nasturtium adalah bunga yang dapat dimakan. Sebagaimana kandungan pada bunga yang dapat dimakan, peneliti menemukan kandungan berbagai senyawa fenolik, seperti flavonoid dan antosianin yang lebih tinggi dari pada bagian tanaman yang lain.
Kandungan-kandungan tersebut berguna untuk memproduksi zat antioksidan lebih tinggi [6].
4. Sebagai anti kanker
Kandungan bunga yang dapat dimakan memiliki pemicu kadar antioksidan yang lebih tinggi seperti flavonoid dan antosianin. Antioksidan yang tinggi dapat membantu melawan sel-sel kanker [7].
5. Sebagai anti inflamasi
Senyawa flavonoid dan antosianin dalam Nasturtium juga memiliki fungsi antiinflamasi yang mampu meredakan gatal-gatal dan sensasi panas akibat peradangan yang biasa muncul pada inflamasi (peradangan) [8].
6. Sebagai anti mutagenik
Nasturtium memiliki zat yang berfungsi sebagai anti mutagenik. Mutagenik adalah sifat zat yang dapat merusak kromosom dan dapat mengakibatkan perubahan gen. Tentunya kerusakan ini berbahaya bagi tubuh manusia [9].
7. Sebagai zat diuretik
Meski tanaman herbal lain memiliki kemampuan diuretik yang sama, Nasturtium memiliki kemampuan diuretik yang lebih besar.
Diuretik adalah kemampuan pengikisan garam yang larut dalam urine sehingga kandungan garam dalam tubuh dapat seimbang.
Penelitian pada puluhan tikus membuktikan efek diuretik pada Nasturtium bahkan bertahan dalam jangka waktu lama bahkan ketika perlakuan (pemberian ekstrak Nasturtium) berhenti dilakukan.
Hal ini membuka peluang penggunaan medis Nasturtium pada pengobatan ginjal. Bagian Nasturtium yang memiliki sifat diuretik paling tinggi adalah daunnya [11].
8. Sebagai zat ekspektoran
Kandungan anti bakteri pada Naturtium memiliki sifat ekspektoran. Sifat zat ini membantu untuk melarutkan dan mengeluarkan dahak [6].
9. Sebagai zat mengurangi risiko katarak
Lutein adalah kandungan ke dua terbanyak setelah Vitamin C pada Nasturtium. Menurut penelitian, zat ini memiliki kandungan untuk memerangi katarak [17],[18],[19].
10. Sebagai zat kekebalan tubuh terhadap penyakit
Kandungan utama Nasturtim adalah Vitamin C. Vitamin C mudah didistribusikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam sel kekebalan, memiliki aktivitas antimikroba dan sel pembunuh alami, serta mendorong proliferasi limfosit.
Apabila dikonsumsi dengan cepat selama infeksi, efeknya menunjukkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan. Bahkan The Food Safety Authority Eropa menemukan hubungan sebab dan akibat yang ada diantara asupan vitamin C. Makanan atau minuman yang mengandung vitamin C berfungsi pada sistem kekebalan tubuh yang normal pada orang dewasa dan pada anak di bawah usia tiga tahun [23],[24].
11. Sebagai zat penenang
Sebuah penelitian menyelidiki tindakan farmakologis sentral dari pengobatan jangka panjang dengan ekstrak hidroetanol dari Nasturtium
pada tikus Wistar jantan dalam model perilaku pada permainan mode labirin serta model papan lubang.
Hasilnya, ekstrak Nasturtium memberikan efek penenang (seperti anxiolytic) bagi tikus-tikus yang dipercobakan. Catatan ekskresi seperi urine, buang air besar, dan perilaku menunjukkan perilaku yang tenang [26].
1. Menyebabkan keguguran janin
Penelitian dilakukan pada tikus hamil yang diberikan ekstrak Nasturtium selama 7 hari secara oral. Diketahui, kadar DHEA dan estradiol meningkat
dan kerugian praimplantasi yang signifikan terjadi pada semua dosis yang digunakan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa Nasturtium dapat menaikkan level
DHEA dan estradiol yang menyebabkan kesulitan dalam implantasi embrio pada tahap awal kehamilan, sehingga embrio tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya [10].
2. Memiliki efek toksik
Efek toksik Nasturtium sangat kentara pada reproduksi laki-laki. Penelitian dilakukan pada testis kelompok tikus jantan. Penelitian itu menunjukkan kadar testosteron dan kadar testis menurun 750 mg/kg.
Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak Nasturtium memiliki efek toksik pada jaringan testis tikus dalam dosis tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya meningkatkan kehati-hatian dalam konsumsinya khususnya pada pasien dengan masalah reproduksi [11].
3. Keracunan Vitamin C
Seperti yang diketahui berdasarkan tabel gizi diatas, kandungan utama Nasturtium adalah Vitamin C. Jika terlalu banyak mengkonsumsi Vitamin C akan menimbulkan banyak permasalahan perut seperti mual, diare, dan kram perut.
Gangguan tersebut akan lebih cepat dan bertambah parah jika mengonsumsi Vitamin C dalam kondisi perut kosong [14]. Hal ini terjadi karena efek osmotik dari vitamin C yang tidak terserap yang melewati usus [15].
Ada kepercayaan lama di kalangan komunitas medis pada aliran utama bahwa vitamin C meningkatkan risiko batu ginjal [16].
4. Menyebabkan karotenosis
Karotenosis adalah kondisi medis yang jinak dan dapat pulih kembali di mana kelebihan karotenoid makanan menyebabkan perubahan warna oranye pada lapisan kulit terluar.
Perubahan warna ini paling mudah diamati pada orang berkulit terang dan mungkin disalahartikan sebagai penyakit kuning [20],[21],[22].
Lutein adalah kandungan terbanyak ke dua setelah Vitamin C pada Nasturtium. Kandungan ini adalah kandungan warna yang biasa ditemukan pada bunga berwarna kuning, merah, dan oranye.
Jika tertelan terlalu banyak akan merubah pigmen kulit yang disebut karotenosis. Meski tak berbahaya dan dapat kembali pada keadaan semula, namun kondisi ini mengganggu estetika kulit.
1. Diekstraksi
Banyak hasil penelitian yang membuktikan beragam manfaat Nasturtium menggunakan metode ekstraksi. Meski demikian, tidak disarankan untuk melakukan ekstraksi sendiri di rumah.
Hal ini berkaitan dengan limbah dan bahan kimia, bahan, sterilitas, dan tahap-tahap yang perlu diawasi oleh ahli.
2. Diolah menjadi masakan
Seperti yang disebutkan diatas bahwa di Amerika, Nasturtium biasa diolah menjadi makanan seperti salad. Segala bagian tumbuhan dari Nasturtium mulai dari bunga, daun, dan akar dapat dimakan, namun yang paling banyak dikonsumsi adalah bunganya [13].
Nasturtium memiliki rasa sedikit pedas dan biasa disajikan sebagai hidangan tumisan. Biji Nasturtium yang masih mentah dapat dipanen dan dituangkan ke dalam cuka berbumbu untuk menghasilkan rasa dan hiasan.
3. Pasta
Guna memudahkan merawat dan sterilisasi luka dengan Nasturtium, mengoleskan Nasturtium akan sangat membantu.
Ambil beberapa helai daun Nasturtium, cuci bersih dengan air mengalir lalu tiriskan. Ketika daun masih sedikit basah, haluskan lalu aplikasikan atau tempelkan pada luka.
4. Dijus
Mengolah Nasturtium menjadi jus akan memudahkan untuk mengonsumsinya. Bagian Nasturtium yang biasa dijus adalah daunnya.
Ambil beberapa lembar daun Nasturtium, cuci bersih dengan air mengalir lalu beri sedikit air kemudian haluskan. Tambahkan madu atau brown sugar atau bisa juga dengan gula aren untuk menambahkan rasa manis.
Penelitian membuktikan bahwa mengolah Nasturtium menjadi jus tidak merubah kandungan baik di dalamnya, namun sebaiknya setelah jusnya siap agar langsung diminum.
Perlu diperhatikan pula untuk tidak meletakkan jus Nasturtium di ruangan yang terpapar matahari langsung sebab sinar UV akan menghilangkan kandungan fenol dalam Nasturtium, yang berarti pula mengurangi kandungan baiknya [25].
1. Menanam langsung di rumah
Guna memudahkan dan mendapatkan bunga atau daun Nasturtium yang segar, menanamnya sendiri di rumah akan sangat membantu.
Setelah kajian-kajian ilmiah muncul membahas banyak manfaat Nasturtium bagi kesehatan tubuh manusia, banyak tempat-tempat yang kemudian membudidayakan Nasturtium untuk kepentingan biologi.
Nasturtium dapat tumbuh di tanah yang lembab dan berada di bawah sinar matahari langsung. Benih Nasturtium berbentuk cukup besar sehingga mudah ditanam secara individual (1 pot=1 benih).
Karena Nasturtium tidak tahan terhadap embun pada pagi hari atau cuaca dingin, tanaman tersebut paling baik ditanam di dalam rumah kaca dengan suhu panas yang seimbang, atau dapat juga ditanam setelah musim dingin berlalu.
Terkait dengan ini, penelitian membuktikan bahwa semakin banyak sinar UV yang diterima Nasturtium maka semakin tinggi pula kandungan-kandungan baik bagi kesehatan yang ada di dalamnya. Dan, sumber utama sinar UV yang paling mudah didapatkan adalah matahari [12].
Sebagai alternatif, karena Nasturtium tumbuh cepat maka dapat ditanam di tempat pada bulan Mei atau Juni.
2. Membeli produk hasil olahan
Karena menyimpan Nasturtium pada salah satu bagian tanamannya akan merugikan sebab berpotensi untuk membusuk. Maka dari itu membeli hasil olahan Nasturtium bisa dijadikan alternatif untuk mendapatkan penggunaan yang sedikit lebih panjang, dibandingkan menyimpan salah satu bagian tanamannya.
Mengonsumsi nasturtium dengan dosis yang disesuaikan akan memberikan asupan vitamin C yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah berbagai penyakit.
1. Anonym. ALARC Highlights Winter/Spring 2013: Nasturtium. Agricultural Research Service US Department Agriculture; 2020.
2. Elizabeth McClintock. T. majus L. The University and Jepson Herbaria University of California; 1993.
3. Anonym. Tropaeolum majus. HEAR Pasific Island Ecosystem at Risk; 2020.
4. Duke J. A., Ayensu E. S. 1200 Medical plants of China and brief details for uses. Medical plats of china reference publication; 1985.
5. Gi-Chang Kim, Jin-Sook Kim, Gyoung-Mi Kim and Song-Yi Choi. Anti-adipogenic effects of Tropaeolum majus (nasturtium) ethanol extract on 3T3-L1 cells. Food & Nutrition Research; 2017.
6. Youwei Z, Jinlian Z, Yonghong P. A comparative study on the free radical scavenging activities of some fresh flowers in southern China. LWT - Food Science and Technology; 2008.
7. Ukiya M, Akihisa T, Tokuda H, et al. Constituents of Compositae plants III. Anti-tumor promoting effects and cytotoxic activity against human cancer cell lines of triterpene diols and triols from edible chrysanthemum flowers. Cancer Letters; 2002.
8. Ukiya M, Akihisa T, Yasukawa K, et al. anti-tumorpromoting, and cytotoxic activities of constituents of marigold (Calendula officinalis) flowers. Journal of Natural Products; 2006.
9. Wongwattanasathien O, Kangsadalampai K, Tongyonk L. Antimutagenicity of some flowers grown in Thailand. Food Chemical Toxicol; 2010.
10. Emerson Luiz Botelho Lourenço, Juliane Centeno Muller, Ana Claudia Boareto, Caroline Gomes, Ana Carolina Lourenço, Rhanany Alan Calloi Palozi, Thiago Bruno Lima Prando, Arquimedes Gasparotto Junior, Paulo Roberto Dalsenter. Effects of Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor Derived from Tropaeolum majus L. in Rat Preimplantation Embryos: Evidence for the Dehydroepiandrosterone and Estradiol Role. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine; 2014.
11. Layasadat Khorsandi, Ali Akbar Oroojan. Toxic effect of Tropaeolum majus L. leaves on spermatogenesis in mice. JBRA Assisted Reproduction; 2018.
12. Schreiner, M., Krumbein, A., Mewis, I., Ulrichs, C., & Huyskens-Keil, S. Short-term and moderate UV-B radiation effects on secondary plant metabolism in different organs of nasturtium (Tropaeolum majus L.). Innovative Food Science & Emerging Technologies; 2009.
13. Nyerges, Christopher. Foraging wild edible plants of north america; more than 150 delicious recipes using nature's edibles. Rowman & littlefield; 2016.
14. Pauling L. Vitamin C, the Common Cold, and the Flu. W.H. Freeman and Company; 1976.
15. Anonym. Dietary Reference Intakes for Vitamin C, Vitamin E, Selenium, and Carotenoids. Washington, DC: The National Academies Press; 2000.
16. Goodwin J. S., Tangum M. R. Battling quackery: attitudes about micronutrient supplements in american academy medicine. Archives of international medicine; 1998.
17. Anonym. Karotenoid. Micronutrient Information Center, Linus Puling Institute. Oregon State University; 2016.
18. SanGiovanni JP, Chew EY, Clemons TE, Ferris FL, Gensler G, Lindblad AS, Milton RC, Seddon JM, Sperduto RD. The relationship of dietary carotenoid and vitamin A, E, and C intake with age-related molecular degeneration in a case-control study. Archives of Ophthalmology; 2007.
19. Moeller SM, Voland R, Tinker L, Blodi BA, Klein ML, Gehrs KM, Johnson EJ, Snodderly DM, Wallace RB, Chappell RJ, Parekh N, Ritenbaugh C, Mares JA. Associations between age-related nuclear cataract and lutein and zeaxanthin in the diet and serum in the carotenoids in the age-related eye disease study. Archives of Ophthalmology; 2008.
20. Haught JM, Patel S, English JC. Xanthoderma: a clinical review. Academy Dermatol; 2007.
21. James, William D ., Berger, Timothy G. Andrews' Diseases of the Skin: clinical Dermatology. Saunders Elsevier; 2006.
22. Rapini, Ronald P ., Bolognia, Jean L .; Jorizzo, Joseph L. Dermatology: 2-Volume Set; 2007.
23. Vorilhon P, Arpajou B, Vaillant Roussel H, Merlin É, Pereira B, Cabaillot A. Efficacy of vitamin C for the prevention and treatment of upper respiratory tract infection. A meta-analysis in children". European Journal of Clinical Pharmacology; 2019.
24. EFSA Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies. Vitamin C and contribution to the normal function of the immune system: evaluation of a health claim pursuant to Article 14 of Regulation. EFSA Journal; 2015.
25. Bazylko, A., Parzonko, A., Jeż, W., Osińska, E., & Kiss, A. K. Inhibition of ROS production, photoprotection, and total phenolic, flavonoids and ascorbic acid content of fresh herb juice and extracts from the leaves and flowers of Tropaeolum majus. Industrial Crops and Products; 2014.
26. Melo, A. C., Costa, S. C. A., Castro, A. F., Souza, A. N. V., Sato, S. W., Lívero, F. A. R., Lovato, E. C. W. Hydroethanolic extract of Tropaeolum majus promotes anxiolytic effects on rats. Revista Brasileira de Farmacognosia; 2018.