Daftar isi
Neuroblastoma adalah tipikal kanker yang berkembang pada sel saraf yang disebut neuroblast. Neuroblast sendiri adalah sel-sel saraf yang masih belum matang dan akan berubah menjadi sel saraf matang yang dapat berfungsi.
Namun, jika terjadi neuroblastoma, sel saraf ini akan membentuk tumor atau kanker. Neuroblastoma biasanya terjadi pada kelenjar adrenal, leher, dada, panggul, atau sumsum tulang belakang.
Kebanyakan neuroblastoma berada pada kelenjar adrenal. Setiap orang memiliki dua kelenjar adrenal, yaitu di atas setiap ginjal. [1, 2]
Neuroblastoma biasanya terjadi pada anak dengan rentang umur satu bulan hingga lima tahun. [2]
Pada kasus tertentu, neuroblastoma bisa terjadi pada masa janin dan ditemukan saat ibu hamil sedang dalam pemeriksaan rutin USG. [2]
Neuroblastoma juga biasanya baru terlihat setelah tumor muncul dan mulai menimbulkan gejala-gejala.
Saat telah terdeteksi atau terdiagnosis, neuroblastoma biasanya sudah mengalami metastasis atau menyebar hingga paru-paru atau otak. [2]
Pada bayi di bawah umur 12 bulan, biasanya neuroblastoma cenderung tidak agresif dan menjadi tumor jinak. Namun, pada umur 12 hingga 18 bulan biasanya dapat berkembang secara agresif dan menyerang struktur vital atau menyebar ke seluruh tubuh. [3]
Di dunia medis, penyebab spesifik terjadinya neuroblastoma masih belum diketahui. Neuroblastoma diyakini tejadi akibat adanya perubahan atau mutasi gen pada anak.
Pada beberapa kasus mutasi ini terjadi dari orang tua ke anaknya. Jika mutasi gen ini ditemukan, maka anak akan diminta untuk memeriksakan neuroblastoma hingga umur 10 tahun. [2]
Jika neuroblastoma telah berkembang pada sel saraf, maka akan memberikan efek atau gejala tertentu pada orang/anak yang mengidap penyakit ini.
Gejala yang menandakan terjadinya neuroblastoma adalah: [1, 2]
Selain itu, ada juga beberapa gejala lain yang dapat terjadi namun lebih jarang yang dapat menandakan seseorang atau anak mengalami neuroblastoma: [2, 4]
Neuroblastoma sebaiknya cepat diatasi agar menghindari penyebaran ke bagian tubuh lain serta menghindari adanya komplikasi lain. Komplikasi yang dapat terjadi dari neuroblastoma adalah: [6]
Setelah melihat adanya perubahan dan gejala yang dialami, maka sebaiknya anak dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk dapat mendiagnosis apakah anak mengalami neuroblastoma diperlukan beberapa tes dan prosedur. Tes dan prosedur yang harus dijalani adalah: [2]
Ada pula prosedur biopsi (pengambilan sampel jaringan) yang kemudian akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan atau tanda kanker. [2]
Tidak semua anak akan diminta menjalani prosedur biopsi karena akan bergantung pada keberadaan tumor/benjolan di tubuh anak.
Anak di atas 6 bulan biasanya tidak akan menjalani prosedur biopsi, karena bisa jadi tumor menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. [2]
Setelah menjalani beberapa tes di atas, maka dokter dapat memberikan diagnosa dan menentukan tingkatan tumor.
Tingkatan ini ditentukan berdasarkan ukuran dan penyebaran tumor. Beberapa tingkatan tumor akibat neuroblastoma ini adalah: [5]
Hasil diagnosis dari tes yang telah dijalani, kemudian akan diarahkan untuk proses pengobatan. Namun, sebelum masuk pada tahapan pengobatan, biasanya dokter akan masuk tahap observasi.
Pada tahap observasi dokter akan memperhatikan dengan penuh tanda atau gejala yang dialami hilang atau berubah. Pada masa ini, dokter tidak akan memberikan pengobatan atau tindakan apapun.
Setelah melalui tahap observasi, maka pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah: [1]
Satu lagi jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk neuroblastoma adalah immunoterapi. Namun, sayangnya jenis pengobatan ini masih dalam tahap uji klinis sehingga pasien belum benar-benar bisa mendapat pengobatan jenis ini. [2]
Pada pengobatan yang dijalani anak untuk menghilangkan neuroblastoma yang diidap, juga menimbulkan beberapa risiko tertentu.
Misalnya pada terapi dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan anak, pendengaran, fungsi ginjal dan hati anak. Beberapa risiko lainnya adalah: [3, 7]
Kanker yang diderita oleh orang dewasa dapat dikurangi dengan perubahan gaya hidup seperti mengurangi berat badan, berhenti merokok, dan menjalani pola hidup sehat. Namun, pada anak, sampai saat ini belum diketahui cara pencegahannya. [8]
Pada neuroblastoma juga sampai saat ini belum diketahui cara yang tepat untuk pencegahannya, karena ia tidak berhubungan dengan gaya hidup atau lingkungan.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi multivitamin prenatal atau asam folat dapat menurunkan risiko neuroblastoma. Namun, cara ini masih menunggu konfirmasi dan panelitian lebih lanjut. [8]
Perawatan dan kontrol yang baik pada masa sebelum kelahiran merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk dapat mendeteksi dan mencegah segala penyakit.
Jika keluarga pasien memiliki riwayat neuroblastoma, mungkin pasien harus berbicara dengan konselor genetik, agar anak terhindar dari risiko terkena penyakit ini. Namun, ini juga harus diingatkan bahwa neuroblastoma familia (keturunan) sangat jarang terjadi. [8]
1. Anonim. 2016. MedlinePlus. Neuroblastoma.
2. Anonim. 2020. National Cancer Institute. Neuroblastoma Treatment.
3. Anonim. Diakses 2020. John Hopkins Medicine. Neuroblastoma.
4. Todd Gersten, Wellington, & David Zieve. 2018. MedlinePlus, Medical Encyclopedia. Neuroblastoma.
5. Anonim. 2018. Healthdirect. Neuroblastoma in Children.
6. Mayo Clinic Staff. 2019. Mayo Clinic. Neuroblastoma.
7. Richard LoCicero & Kim Stump-Sutliff. Diakses 2020. University of Rochester Medical Center. Neuroblastoma.
8. Anonim. 2018. American Cancer Society. Can Neuroblastoma Be Prevented?