Daftar isi
Penyakit Peyronie merupakan sebuah kondisi kelainan bentuk penis yang tentu saja hanya berpotensi terjadi pada pria [1,2,3,6,7].
Pada penyakit Peyronie, penis akan tampak menekuk yang umumnya ke samping atau ke atas.
Bentuk penis seperti ini adalah perubahan yang terjadi saat seorang pria mengalami ereksi.
Jika terdapat plak fibrosa atau jaringan parut yang terbentuk di sepanjang batang penis, maka kemungkinan besar seorang pria dapat mengalami yang namanya penyakit Peyronie ini.
Tinjauan Penyakit Peyronie merupakan sebuah kondisi ketika penis mengalami kelainan bentuk (membengkok atau melengkung) yang terjadi setiap terjadi ereksi.
Hingga kini belum diketahui pasti faktor yang menjadi penyebab penyakit Peyronie, namun dugaan kuat mengarah pada salah satu pemicu, yaitu cedera pembuluh darah penis.
Bila cedera ini dialami secara berulang, khususnya saat berhubungan seksual maupun latihan fisik (olahraga), risiko penyakit Peyronie semakin meningkat untuk terjadi.
Sebab ketika cedera terjadi, maka di dalam penis akan terjadi perdarahan sebagai dampaknya.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko pembentukan jaringan parut di penis sekaligus mampu memperlama penyembuhan cedera pembuluh darah penis, yaitu :
Tinjauan Walau faktor penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risikonya, seperti genetik, usia, kelainan jaringan ikat, operasi prostat, hingga kebiasaan merokok.
Keluhan gejala penyakit Peyronie dapat dirasakan antara lain adalah [1,2,3] :
Ketika gejala penyakit Peyronie mulai dialami, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Beberapa metode pemeriksaan yang diterapkan oleh dokter dalam mendiagnosa penyakit ini adalah :
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah hal pertama yang biasanya dokter lakukan untuk mengidentifikasi adanya jaringan parut pada penis pasien [1,2].
Pemeriksaan fisik saja biasanya cukup untuk menemukan jaringan parut dan memastikan apakah pasien mengalami penyakit Peyronie.
Ini karena hampir tidak ada gejala kondisi lain yang menyerupai gejala penyakit Peyronie.
Pada prosedur pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan beberapa hal seperti di bawah ini [1] :
2. USG
Jika dokter merasa perlu, tes penunjang seperti USG akan direkomendasikan oleh dokter [1,2].
Sebelum tes ini diterapkan, dokter akan memberikan suntikan pada penis lebih dulu untuk membuatnya mengalami ereksi lebih dulu.
Dari hasil USG akan diketahui adanya kelainan pada penis sekaligus kondisi jaringan lunak dan keberadaan jaringan parut.
3. Biopsi
Untuk mendiagnosa penyakit Peyronie, dokter juga kemungkinan akan menerapkan prosedur biopsi [4].
Pengambilan sampel jaringan dari penis pasien akan dilakukan yang kemudian sampel ini dianalisa di laboratorium dalam memastikan adanya kelainan pada penis pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik yang ditunjang dengan USG dan biopsi dapat membantu dokter dalam mendiagnosa penyakit Peyronie.
Penyakit Peyronie tidak dapat diabaikan atau bahkan dirawat secara mandiri. Dibutuhkan penanganan medis agar meredakan gejala sekaligus mengembalikan posisi maupun bentuk penis ke normalnya.
Beberapa metode pengobatan peyronie yang dokter gunakan secara umum untuk membantu adalah sebagai berikut :
1. Pemberian Obat-obatan
Beberapa jenis obat diketahui efektif sebagai obat bagi kondisi gejala penyakit Peyronie, baik itu obat oral (minum) maupun obat suntik.
2. Prosedur Bedah
Prosedur bedah hanya akan direkomendasikan oleh dokter apabila kondisi pasien sudah tergolong sangat parah.
Kondisi pasien sudah tergolong sangat parah ketika pasien kesulitan saat harus melakukan hubungan intim dengan pasangannya.
Prosedur bedah pun tidak dapat langsung dilakukan karena harus setidaknya gejala harus dialami selama 1 tahun dan kondisi bengkoknya penis sudah sekitar 6 bulan terjadi [1,6].
Beberapa metode bedah yang dapat direkomendasikan oleh dokter antara lain adalah :
Dokter akan membuat sayatan di jaringan parut yang bertujuan membuat penis pasien dapat meregang atau membuang jaringan parut tersebut sebagian [1,2,3,6].
Setelah itu, dokter akan melakukan pencangkokan pada bagian yang berlubang dengan jaringan sintetis atau jaringan tubuh pasien sendiri.
Prosedur ini hanya direkomendasikan bagi pasien dengan kondisi penis yang melengkung parah dan berpotensi mengalami komplikasi disfungsi ereksi serius.
Tindakan medis ini adalah sebuah prosedur menjahit bagian atau area penis yang tak mengalami jaringan parut [1,2].
Hanya saja, prosedur ini berpotensi memicu timbulnya disfungsi ereksi walau mampu meluruskan lengkungan penis.
Prosedur implan penis biasanya direkomendasikan bagi pasien yang sudah telanjur mengalami disfungsi ereksi [2,6].
Ada pula beberapa kasus di mana prosedur implan penis dikombinasikan dengan prosedur lain agar penis dapat kembali lurus.
3. Terapi
Sejumlah terapi lain dapat membantu proses penyembuhan kondisi pasien, seperti :
Terapi traksi penis merupakan sebuah prosedur medis untuk meregangkan penis dengan menariknya menggunakan alat khusus.
Karena salah satu gejala penyakit Peyronie adalah memendeknya penis, maka hal ini perlu diterapkan kepada pasien dalam jangka waktu tertentu untuk menambah panjang penis, memperbaiki bentuk dan mengatasi lengkungannya.
Terapi traksi ini dilakukan setidaknya 30 menit, namun kembali tergantung pada alat yang digunakan oleh dokter.
Ada pula beberapa kasus penyakit Peyronie yang ditangani menggunakan metode terapi traksi dan memakan waktu sekitar 3-8 jam selama prosesnya.
Lama prosedur tindakan medis ini menentukan pula manfaat yang akan didapat oleh pasien.
Tidak hanya durasi, alat spesifik yang dokter gunakan pada proses terapi traksi juga menjadi penentu seberapa efektif perawatan ini dalam menangani gejala penyakit Peyronie.
Hanya saja, terapi ini lebih direkomendasikan bagi pasien penyakit Peyronie tahap awal walau metode ini juga dapat diterapkan pada pasien dengan kondisi yang sudah parah.
Namun untuk kondisi penyakit Peyronie yang sudah tergolong serius, tingkat efektivitas metode operasi akan jauh lebih tinggi daripada melalui terapi traksi penis.
Akan jauh lebih baik bila pasien dapat berkonsultasi lebih banyak dan detail dengan dokter sebelum menempuh operasi ataupun terapi traksi penis.
Terapi gelombang atau shock wave therapy termasuk di dalam metode penanganan untuk penyakit Peyronie.
Tujuan dari penerapan metode pengobatan ini hampir sama dengan lainnya, perawatan ini akan mengatasi berbagai masalah termasuk juga jaringan parut pada penis.
Hanya saja, konsultasikan lebih dulu dengan dokter mengenai manfaat serta efek samping dari tindakan medis ini.
Konsultasi lebih lanjut dianjurkan karena belum diketahui secara pasti efek tindakan medis ini pada patofisiologi penyakit ini.
Jika penyakit Peyronie tidak segera diatasi, maka selalu ada kemungkinan memburuknya gejala dan berujung pada beberapa komplikasi berikut ini [1,2,6,7] :
Tidak terdapat cara pasti dalam mencegah atau meminimalisir penyakit Peyronie karena penyebab terkait timbulnya jaringan parut juga tidak pasti [7].
Karena kemungkinan faktor genetik berperan besar pada penyakit ini, ada baiknya untuk melakukan tes genetik untuk mewaspadainya.
Tinjauan Belum diketahui cara pasti mencegah penyakit Peyronie karena penyakit ini terkait dengan faktor genetik.
1. Aylin N. Bilgutay & Alexander W. Pastuszak. Peyronie's Disease: A Review of Etiology, Diagnosis, and Management. HHS Public Access; 2016.
2. Mark Jalkut, MD, Nestor Gonzalez-Cadavid, PhD, & Jacob Rajfer, MD. Peyronie’s Disease: A Review. Reviews in Urology; 2003.
3. Amin S. Herati, MD & Alexander W. Pastuszak, MD, PhD. The Genetic Basis of Peyronie’s Disease: A Review. HHS Public Access; 2017.
4. Vincenzo Mirone, Ciro Imbimbo, Alessandro Palmieri, Nicola Longo, Ferdinando Fusco, & Gianfranco Tajana. A new biopsy technique to investigate Peyronie's disease associated histologic alterations: results with two different forms of therapy. European Urology; 2002.
5. James F Smith, Alan W Shindel, Yun-Ching Huang, Raul I Clavijo, Lawrence Flechner, Benjamin N Breyer, Michael L Eisenberg, & Tom F Lue. Pentoxifylline treatment and penile calcifications in men with Peyronie's disease. Asian Journal of Andrology; 2011.
6. Kevin A Ostrowski, John R Gannon, & Thomas J Walsh. A review of the epidemiology and treatment of Peyronie’s disease. Research and Reports in Urology; 2016.
7. Anonim. Peyronie’s Disease. Family Doctor; 2018.