Bau mulut atau dalam istilah lain yaitu halitosis merupakan masalah kesehatan pada rongga mulut, yaitu kondisi ketika mulut mengeluarkan bau tidak sedap atau tidak menyenangkan. Bau mulut dapat berasal dari berbagai anggota tubuh, baik oral (rongga mulut) maupun non-oral (sistem pernapasan, pencernaan, dan ekskresi).
Bau mulut sangat umum terjadi pada sebagian orang, tak terkecuali anak-anak. Usia bayi di bawah lima tahun (balita) sangat rentan mengalami kondisi ini [1].
Apabila anak mengalami bau mulut, perlu diketahui penyebab dari kondisi tersebut agar mendapatkan penanganan yang tepat. Adapun penyebab bau mulut pada anak adalah sebagai berikut [1]:
Anak-anak yang tidak terbiasa menyikat gigi di pagi dan malam hari cenderung mengalami bau mulut. Hal itu disebabkan karena adanya bakteri yang mengolah sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi dan gusi sehingga menyebabkan terjadinya karies gigi.
Apabila karies gigi tidak segera diobati, hal tersebut dapat memicu terjadinya bau mulut. Adapun kondisi lain yang disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan gigi dan memicu bau mulut adalah gigi berlubang, penyakit gusi, dan sariawan.
Selain itu, sebagian besar bakteri yang memicu bau mulut terletak di bagian belakang lidah. Area tersebut merupakan area yang lembab dan seringkali tidak dapat dijangkau ketika menyikat gigi.
Oleh karena itu, apabila bagian lidah tidak dibersihkan, maka penumpukan bakteri akan terjadi sehingga menyebabkan bau mulut pada anak [1,2].
Air liur merupakan faktor penting untuk menjaga rongga mulut agar tidak kering. Air liur juga berfungsi sebagai buffering atau pembersih serta menjaga mulut dari adanya pertumbuhan bakteri.
Apabila intensitas senyawa sulfur dalam aliran air liur meningkat, hal tersebut menyebabkan gangguan fungsi kelenjar air liur (xerostomia). Xerostomia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti konsumsi obat-obatan, penyakit kelenjar ludah, kemoterapi, atau radioterapi.
Kondisi ini menjadi salah satu pemicu anak mengalami bau mulut [2].
Adanya penyakit tertentu yang terjadi pada sistem pernapasan, gastrointestinal, dan ekskresi dapat mengakibatkan terjadinya bau mulut pada anak. Beberapa penyakit yang terjadi pada sistem pernapasan, antara lain sinusitis, tonsilitis, bronkitis, pneumonia, dan kanker paru-paru.
Penyakit gastrointestinal yang menyebabkan bau mulut, antara lain tukak lambung, perut kembung, mual, muntah, dan diare. Sedangkan untuk sistem ekskresi, antara lain penyakit hati, gagal ginjal, dan diabetes [2].
Produk makanan yang memiliki rasa menyengat, seperti bawang putih dan bawang merah dapat memicu bau mulut pada anak. Hal itu disebabkan karena bawang putih dan bawang merah memiliki kandungan sulfur yang tinggi.
Ketika anak mencerna dan menyerap makanan tersebut, molekul sulfur melewati sirkulasi darah melalui saluran usus dan dikeluarkan secara bertahap selama bernapas dari paru-paru. Selain itu, makanan yang beraroma tajam, seperti durian, petai, dan jengkol serta makanan berprotein tinggi, seperti ikan, keju, dan daging juga menjadi penyebab kondisi ini.
Aroma yang keluar ini cenderung berbau tidak sedap sehingga menimbulkan bau mulut pada anak [1,2].
Anak yang bernapas melalui mulut ketika tidur memiliki kemungkinan yang lebih besar mengalami bau mulut daripada anak yang bernapas dengan normal. Beberapa penyebab anak bernapas melalui mulut yaitu hidung tersumbat karena flu atau alergi hingga adanya pembengkakan kelenjar yang menghalangi saluran pernapasan mereka.
Bernapas melalui mulut mengakibatkan penurunan air liur sehingga menghasilkan bau tidak sedap karena adanya pelepasan bakteri pada mulut [2].
Tersangkutnya benda asing dalam rongga hidung maupun mulut dapat menyebabkan bau mulut pada anak. Hal ini terjadi karena rasa keingintahuan yang tinggi pada anak membuat anak tersebut memasukkan benda-benda asing ke dalam lubang hidung maupun mulutnya.
Benda asing tersebut contohnya mainan, kacang-kacangan, dan benda lainnya yang berukuran kecil dan dirasa menarik. Ketika benda asing tersangkut dalam rongga hidung, mulut, atau saluran pernapasan, hal ini dapat mengakibatkan infeksi.
Infeksi tersebut dapat menimbulkan bau busuk sehingga anak mengalami bau mulut [2].
Bau mulut tentu membuat anak merasa tidak nyaman ketika beraktivitas. Akan tetapi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah untuk mengatasi bau mulut pada anak, yaitu sebagai berikut :
Apabila cara-cara yang dilakukan secara mandiri tidak mampu mengatasi bau mulut bahkan disertai gejala lain, segera konsultasikan kondisi anak ke dokter gigi. Dokter gigi akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebab bau mulut pada anak.
Setelah penyebab diketahui, dokter gigi akan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh anak. Jika bau mulut disebabkan oleh penyakit tertentu yang berkaitan dengan telinga, hidung, dan tenggorokan, dokter gigi dapat merujuk ke dokter spesialis THT untuk penanganan lebih lanjut [3].
1. Damla Aksit Bicak. A Current Approach to Halitosis and Oral Malodor- A Mini Review. 12: 322–330. The Open Dentistry Journal; 2018.
2. Bahadır Uğur Aylıkcı & Hakan Çolak. Halitosis: From diagnosis to management. 4(1): 14–23. Journal of Natural Science, Biology, and Medicine; 2013.
3. Uditi Kapoor, Gaurav Sharma, Manish Juneja & Archna Nagpal. Halitosis: Current concepts on etiology, diagnosis and management. 10(2): 292–300. European Journal of Dentistry; 2016.