Tinjauan Medis : dr. Jessica S. Raditia, MDCH, RPSGT
Bagi pembaca yang hidup dengan lansia, bisa diperhatikan tingkah laku, pemikiran, dan perasaannya. Apabila mengalami gejala seperti sering murung, putus asa, bersalah, tidak bergairah dengan aktivitas
Selain diabetes dan penyakit asam urat, lansia juga rawan terhadap gejala depresi. Apa itu depresi?
Depresi adalah gangguan mood yang sudah tergolong ekstrim. Depresi dapat menyebabkan gejala-gejala yang memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan cara penderita melakukan kegiatan sehari-hari seperti tidur, makan, dan bekerja.
Sebenarnya, depresi bisa dikategorikan sebagai masalah umum di kalangan lansia. Perlu diingat bahwa depresi bukanlah bagian normal dari penuaan.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia merasa puas dengan kehidupan mereka, meski memiliki lebih banyak penyakit atau masalah fisik sekalipun.
Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan penting dalam hidup yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, vercomicsporno, stres, dan sedih.
Misalnya, kematian orang yang dicintai, https://xxxhub.info meninggalkan pekerjaan untuk mengambil pensiun atau berurusan dengan penyakit serius dapat membuat orang merasa sedih atau cemas. Beberapa faktor atau kombinasi faktor dapat berkontribusi terhadap depresi pada lansia.
Kira-kira apa saja penyebab depresi pada lansia? Yuk, simak ulasan berikut ini.
1. Masalah Kesehatan
Penyakit dan kecacatan, nyeri kronis, penurunan kognitif serta kerusakan tubuh akibat pembedahan atau penyakit; semuanya dapat menjadi kontributor depresi.
2. Kesepian
Faktor-faktor seperti hidup sendirian, lingkaran sosial yang semakin menipis akibat kematian atau relokasi, dan mobilitas yang menurun karena sakit atau kehilangan hak mengemudi dapat memicu depresi.
3. Pensiun
Banyak orang berpikir pensiun adalah waktu untuk merayakan keberhasilan dan pencapaian. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki dana yang cukup memiliki pemikiran yang berbeda.
Sebagian besar lansia memilih untuk tetap bekerja (penuh atau paruh waktu) untuk terus memberikan kenyamanan secara finansial. Banyak juga lansia yang memilih untuk tetap bekerja untuk sekedar mengobati perasaan kesepian mereka.
Selain itu, pensiun juga dapat menyebabkan hilangnya identitas, status, kepercayaan diri, dan keamanan finansial yang dapat meningkatkan risiko depresi. Keterbatasan fisik pada aktivitas yang biasa penderita nikmati juga dapat memengaruhi ‘sense of purpose’ mereka.
4. Ketakutan
Ketakutan yang dimaksud adalah ketakutan akan kematian atau kematian serta kecemasan atas masalah keuangan atau masalah kesehatan.
5. Berkabung
Kematian teman, anggota keluarga, hewan peliharaan, kehilangan pasangan adalah salah satu penyebab depresi pada lansia. Bagi sebagian lansia, situasi tersebut dapat menyebabkan kesedihan yang berkepanjangan.
Rasa kehilangan yang mereka alami juga dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya atau marah. Kerugian lain seperti kehilangan rumah, keamanan finansial, kemandirian, mobilitas juga dapat menyebabkan kesedihan yang terus-menerus, perasaan hampa, dan frustrasi.
6. Faktor Genetik
Penderita dengan riwayat keluarga depresi lebih mungkin terkena resiko depresi daripada mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat depresi
7. Riwayat Kesehatan Pribadi
Lansia yang pernah mengalami depresi di masa muda lebih berisiko terserang depresi pada usia lanjut daripada mereka yang tidak pernah mengalaminya.
8. Senyawa Kimia pada Otak
Orang dengan depresi biasanya memiliki senyawa kimia pada otak yang berbeda dengan orang pada umumnya.
9. Penyakit Fisik
Perlu dicatat bahwa masalah medis dapat menyebabkan depresi baik secara langsung maupun sebagai reaksi terhadap suatu penyakit.
Setiap kondisi medis kronis, terutama jika itu menyakitkan, melumpuhkan, atau mengancam jiwa, dapat menyebabkan depresi atau memperburuk depresi.
Penyakit fisik yang dimaksud misalnya gangguan tiroid, penyakit Parkinson, penyakit jantung, kanker, Demensia, dan sebagainya.
10. Efek Samping Obat-Obatan
Gejala depresi juga dapat terjadi sebagai efek samping dari banyak obat yang diresepkan. Efek samping yang berkaitan dengan suasana hati sebagai efek samping obat-obatan memang dapat mempengaruhi siapa saja.
Namun, lansia pada umumnya lebih sensitif karena seiring bertambahnya usia, tubuh mereka menjadi kurang efisien dalam memproses obat.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk depresi misalnya Beta-blocker, obat tidur, obat penenang, obat untuk penyakit Parkinson, obat maag, dan sebagainya.
Pengobatan depresi yang efektif pada lansia membutuhkan lebih dari satu pendekatan dan menemukan satu pendekatan yang tepat seringkali membutuhkan waktu. Menurut penelitian, pengobatan depresi harus melibatkan kombinasi terapi, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup seperti di bawah ini:
Terapi bicara (Talk Therapy) bisa jadi sumber dukungan bagi lansia dengan depresi. Terapi jangka pendek seperti Cognitive Behavioral Therapy juga efektif dalam membantu pasien usia lanjut menghilangkan pola berpikir dan perilaku yang berkontribusi terhadap gejala depresi.
Support group yang dimaksud di sini adalah kelompok yang dirancang untuk menghubungkan lansia yang mengalami masalah serupa (depresi, kondisi medis, berkabung, dan sebagainya). Kelompok ini bertujuan untuk membangun dukungan sosial dan menyediakan ruang yang aman untuk berbicara.
Antidepresan dapat diresepkan untuk menghilangkan gejala depresi. Antidepresan dapat memiliki efek samping yang signifikan. Karena lansia sangat sensitif terhadap pengobatan, maka pemberian resep obat harus dimonitor secara ketat.
Olahraga teratur, kebiasaan makan yang sehat, dan banyaknya dukungan sosial adalah aspek-aspek penting dalam membantu pasien lansia untuk mengatasi depresinya.
Teman dan anggota keluarga dapat membantu mewujudkan perubahan gaya hidup yang lebih baik dengan cara menetapkan kunjungan mingguan, memasak makanan sehat untuk mereka, dan sebagainya.
Pemulihan depresi pada lansia biasanya membutuhkan waktu enam hingga 12 bulan. Studi menunjukkan bahwa pasien lansia dengan depresi akan mendapat perubahan paling signifikan dari proses pemulihan yang agresif dan berkala.
Dengan demikian, pengobatan depresi pada lansia harus terus dilakukan untuk periode yang jauh lebih lama jika dibandingkan dengan pengobatan depresi pada pasien yang lebih muda. Sekian artikel tentang penyebab depresi pada lansia beserta cara pengobatan yang dapat dilakukan kali ini, semoga bermanfaat.
Anonim. 2017. National Institute on Aging (NIA), part of the National Institutes of Health. Depression and Older Adults.
Joseph Goldberg, MD. 2018. WebMD. Depression In the Elderly.
Lawrence Robinson, Melinda Smith, M.A., & Jeanne Segal, Ph.D. 2019. Help Guide. Depression in Older Adults: Signs, Symptoms, Treatment