Penyakit & Kelainan

Plasenta Akreta : Penyebab, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Plasenta Akreta?

Plasenta akreta adalah jenis gangguan kehamilan di mana calon ibu ketika mengandung mengalami pertumbuhan plasenta atau ari-ari terlalu dalam di dinding rahim [1,2,3].

Ketika tidak terdeteksi atau tertangani sejak dini, kondisi ini meningkatkan risiko kerusakan rahim hingga perdarahan hebat [1,2,3].

Oleh sebab itu, plasenta akreta tak dapat diabaikan karena perkembangannya mampu meningkatkan risiko komplikasi yang mengancam jiwa sang ibu [1,2,3].

Fakta Tentang Plasenta Akreta

  1. Prevalensi insiden plasenta akreta terus meningkat, sebab diketahui dari tahun 1960-an dengan kasus 1 dari 30.000 kehamilan berkembang menjadi 1 dari 533 hingga 1 dari 122 kehamilan di tahun 2000-an [1].
  2. Riwayat melahirkan secara caesar merupakan faktor peningkat risiko terjadinya plasenta akreta [1,2].
  3. Menurut studi dan laporan, terbukti bahwa peningkatan kasus plasenta akreta terjadi seiring peningkatan jumlah pasien kehamilan yang melahirkan melalui bedah caesar [1,2].

Penyebab Plasenta Akreta

Lapisan dinding rahim yang tidak normal dikaitkan dengan terjadinya plasenta akreta [1,2,3].

Biasanya, kondisi dinding rahim yang mengalami keabnormalan atau kerusakan berkaitan dengan timbulnya luka setelah menjalani prosedur bedah caesar atau operasi perut lainnya [1,2,3]

Namun, plasenta akreta tetap dapat terjadi pada sebagian wanita hamil walaupun mereka tidak memiliki riwayat operasi rahim [1,2,3].

Selain operasi rahim atau bedah caesar, berikut ini merupakan deretan faktor yang mampu meningkatkan risiko plasenta akreta [1,2,3] :

  • Faktor usia, sebab wanita usia di atas 35 tahun dan hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta akreta.
  • Posisi plasenta, yakni ketika plasenta menutupi serviks secara total atau sebagian. Atau, bisa jadi plasenta justru ada di bagian bawah rahim sehingga plasenta akreta berisiko lebih tinggi dialami sang ibu hamil.
  • Riwayat beberapa kali hamil dan bersalin; sebab plasenta akreta berisiko lebih tinggi dialami oleh wanita yang sudah hamil dan melahirkan berkali-kali.
  • Kehamilan yang dibantu dengan prosedur bayi tabung.

Gejala Plasenta Akreta

Plasenta akreta umumnya tidak menyebabkan gejala atau keluhan apapun pada ibu hamil yang mengalaminya [1,2,3].

Meski demikian, ada kalanya di beberapa kasus plasenta akreta penderitanya mengalami perdarahan dari vagina saat hamil memasuki usia trimester ketiga [2,4,5].

Biasanya, gejala berupa perdarahan seperti ini lebih berisiko pada ibu hamil yang juga mengalami plasenta previa [2,4].

Plasenta previa sendiri merupakan kondis saat plasenta menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir karena terbentuk pada bagian bawah rahim [3,6].

Pada kasus plasenta previa, penderita juga dapat mengalami plasenta akreta dan perdarahan hebat umumnya terjadi sebagai tanda utama [3,6].

Perdarahan ini tidak hanya memungkinkan terjadi pada usia kehamilan tua, tapi juga berpotensi dialami pada waktu bersalin [1,2,4,5].

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Memeriksakan kehamilan secara rutin adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh para ibu hamil.

Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan membantu pendeteksian penyakit atau gangguan kehamilan sejak dini.

Melalui pemeriksaan USG misalnya, umumnya plasenta akreta dapat diketahui, berikut melalui konsultasi kehamilan dengan dokter yang menangani.

Bila memiliki kondisi yang merupakan faktor peningkat risiko plasenta akreta, maka konsultasikan dengan dokter segera supaya dokter melakukan pemantauan terhadap kondisi kehamilan.

Namun bila perdarahan sudah mulai terjadi pada waktu memasuki trimester ketiga, segera ke IGD (instalasi gawat darurat) untuk memperoleh penanganan secepatnya.

Sebab ketika dari vagina terjadi perdarahan, ini menandakan ibu hamil mengalami plasenta previa dan plasenta akreta di saat yang sama.

Pemeriksaan Plasenta Akreta

Ketika memeriksakan kehamilan sekaligus untuk mengidentifikasi adanya gangguan kehamilan berupa plasenta akreta, berikut ini merupakan sejumlah metode pemeriksaan yang perlu ditempuh pasien.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Pemeriksaan fisik adalah yang pertama dilakukan oleh dokter bersama dengan pemeriksaan riwayat kesehatan untuk memastikan gangguan kehamilan [3].

Dokter akan bertanya kepada pasien mengenai gejala apa saja yang dialami selama ini [3].

Dokter juga perlu mengetahui apakah pasien memiliki riwayat operasi rahim dan persalinan caesar [3].

Namun melalui kedua pemeriksaan ini, biasanya masih cukup sulit untuk menentukan apakah pasien menderita plasenta akreta [3].

  • Tes Pemindaian

Sebagai tes pendukung, penting bagi pasien menjalani tes pemindaian seperti USG kehamilan secara rutin supaya dokter pun dapat memantau perkembangan kondisi pasien [1,2].

USG dan MRI scan adalah dua metode yang mampu membantu supaya lokasi rahim dapat terdeteksi serta bagaimana kondisi plasenta dalam rahim dan perubahan apa saja yang terjadi [1,2].

Jenis Plasenta Akreta Menurut Tingkat Keparahannya

Plasenta yang melekat di dinding rahim saat hamil memiliki tingkat keparahan yang bisa berbeda-beda, yaitu [3] :

  • Plasenta akreta : Pada tahap ini, pertumbuhan plasenta terjadi terlalu dalam di dinding rahim.
  • Plasenta inkreta : Pada tahap ini, pertumbuhan plasenta terjadi hingga otot rahim.
  • Plasenta perkreta : Pada tahap ini, pertumbuhan plasenta terjadi menembus dinding rahim secara menyeluruh; bahkan plasenta berpotensi melekat di organ lain.

Pengobatan Plasenta Akreta

Jika ibu hamil tidak mengalami gejala atau keluhan apapun, maka biasanya dokter tetap akan melakukan pemantauan, terutama bila pasien memiliki faktor risiko plasenta akreta.

Agar pemantauan oleh dokter bisa dilakukan, pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan berkala, seperti USG dan MRI.

Namun bila terjadi gejala, berikut ini merupakan sejumlah penanganan yang akan dokter terapkan.

  • Istirahat Total

Bed rest atau istirahat total akan dokter anjurkan kepada pasien apabila pasien mengalami perdarahan dari vagina di kehamilan tua terlebih karena plasenta previa [6].

Jika perlu, pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit supaya jauh lebih aman dan perawatan intensif didapat oleh pasien [3,6].

  • Diskusi Perawatan Pasca Bersalin

Sebelum melahirkan, pasien sangat dianjurkan untuk melakukan diskusi lebih jauh dengan dokter mengenai berbagai kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi.

Selain mengetahui risiko komplikasi (baik dari plasenta akreta maupun dari prosedur medis untuk bersalin), diskusikan tindakan terbaik mengatasi komplikasi tersebut. [3]

Transfusi darah selama atau pasca bersalin adalah tindakan utama dalam mengatasi perdarahan [3].

Jika perdarahan hebat sampai mengancam jiwa pasien, maka setelah transfusi darah dilakukan, kemungkinan besar dokter akan meminta pasien menjalani rawat inap di rumah sakit demi memperoleh perawatan intensif hingga benar-benar pulih [3].

Operasi caesar menjadi satu-satunya opsi bagi pasien apabila terdiagnosa dengan plasenta akreta [1,2,3,4].

Operasi caesar yang pertama adalah dengan prosedur histerektomi yang bertujuan mengangkat rahim untuk mengangkat plasenta yang tumbuh di dalam rahim [1,2,3].

Namun tindakan ini berisiko tinggi, yakni pasien tidak bisa hamil lagi apabila rahim sudah diangkat.

  • Operasi Mempertahankan Rahim

Tindakan bedah lainnya adalah operasi mempertahankan rahim, khusus bagi pasien yang masih ingin hamil lagi dan tentu dengan catatan bahwa plasenta akreta belum berada pada tahap serius.

Operasi caesar dapat dokter rekomendasikan dengan tujuan mempertahankan rahim di mana plasenta nantinya akan ditinggalkan di dalam rahim.

Ketika dengan sengaja tidak mengangkat plasenta tersebut, biasanya plasenta akan luruh sendiri; dalam hal ini, meluruhnya plasenta dapat terjadi selama kurang lebih 4 minggu dari sejak caesar ditempuh.

Atau jika tidak meluruh, plasenta berpotensi menyatu dengan dinding rahim selama 9-12 bulan dari sejak bedah caesar dilakukan.

Selain prosedur bedah caesar mempertahankan seluruh rahim, ada pula prosedur caesar untuk mengangkat sebagian rahim saja (terutama bagian rahim tempat plasenta menempel).

Hanya saja, caesar mengangkat sebagian rahim saja lebih berisiko dalam mengakibatkan infeksi dan sepsis.

Bagaimana prognosis plasenta akreta?

Seberapa baik prognosis plasenta akreta tergantung dari kondisi pasien apakah mengalami plasenta previa atau tidak [1].

Bagi pasien yang mengalami plasenta akreta saja (tanpa menderita plasenta previa), prognosis jauh lebih baik, sedangkan risiko lebih buruk banyak dialami oleh penderita plasenta akreta dan plasenta previa [1].

Penderita yang juga mengalami plasenta previa memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan hebat serta harus menjalani histerektomi [1].

Penderita plasenta akreta pada tahap plasenta perkreta pun memiliki risiko komplikasi lebih tinggi daripada pasien plasenta akreta dan inkreta [1].

Komplikasi Plasenta Akreta

Plasenta akreta yang tidak terdeteksi dapat berkembang semakin serius, hal ini lebih berisiko pula jika penderita memiliki kondisi plasenta previa.

Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai dari plasenta akreta [1,2,3] :

  • Perdarahan hebat dari vagina, terutama pada pasca melahirkan sebab perdarahan berlebihan mampu mengancam nyawa sang ibu. Perdarahan hebat juga akan berakibat pada masalah organ lainnya, seperti gagal ginjal dan gagal paru. Pada kasus ini, pasien memerlukan prosedur transfusi darah supaya dapat diselamatkan.
  • Persalinan prematur, terutama jika perdarahan terjadi pada pasien, maka persalinan perlu dilakukan sesegera mungkin.

Selain itu, dari prosedur medis yang diterapkan pada waktu persalinan pun mampu berisiko pada kerusakan struktur organ di sekitar rahim yang mengalami plasenta akreta [1,2].

Cedera ureter juga merupakan komplikasi lain dari adanya masalah pada prosedur histerektomi [1,2].

Oleh karena itu, pasien sebelum melahirkan perlu melakukan konsultasi dan diskusi lebih dulu dengan dokter mengenai komplikasi apa saja yang berpotensi terjadi serta tindakan apa yang paling baik.

Pencegahan Plasenta Akreta

Pencegahan untuk plasenta akreta cukup sulit karena gejala pun seringkali tidak nampak secara fisik apalagi dirasakan oleh sang ibu hamil [3].

Namun, risiko komplikasi dapat diperkecil dengan melakukan pemeriksaan kandungan rutin serta mengonsultasikan langsung kondisi rahim atau kandungan secara berkala dengan dokter [3].

Meminta dokter memantau kondisi perkembangan kehamilan sangat dianjurkan, terutama ketika ibu hamil memiliki riwayat operasi rahim.

1. Alexa M. Shepherd & Heba Mahdy. Placenta Accreta. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Ana Piñas Carrillo & Edwin Chandraharan. Placenta accreta spectrum: Risk factors, diagnosis and management with special reference to the Triple P procedure. Women's Health; 2019.
3. Cleveland Clinic medical professional. Placenta Accreta. Cleveland Clinic; 2018.
4. Burcu A. Ulkumen, MD, Halil G. Pala, MD, & Yesim Baytur, MD. Acute abdomen and massive hemorrhage due to placenta percreta leading to spontaneous uterine rupture in the second trimester. Saudi Medical Journal; 2014.
5. Publications Committee, Society for Maternal-Fetal Medicine & Michael A Belfort. Placenta accreta. American Journal of Obstetrics and Gynecology; 2010.
6. Frances M. Anderson-Bagga & Angelica Sze. Placenta Previa. National Center for Biotechnology Information; 2021.

Share