Mengalami sesak nafas serta rasa pusing terutama saat olahraga dapat dialami oleh sejumlah orang, terutama yang memiliki kondisi fisik tertentu.
Sesak nafas atau dyspnea sendiri adalah kondisi kesulitan bernafas di mana penderita akan merasa tak nyaman ketika mengambil udara baik melalui hidung maupun mulut [1].
Meski sulit bernafas saat olahraga tergolong wajar terutama jika melakukan olahraga berintensitas tinggi, namun jika disertai atau diikuti dengan kondisi pusing dan terjadi berulang, waspadai berbagai kemungkinan penyebab ini.
Daftar isi
Sesak nafas dan pusing bisa saja dialami saat olahraga terutama pada orang-orang yang tak terbiasa dengan aktivitas fisik namun secara langsung menerapkan olahraga intensitas tinggi dalam waktu lama [2,3].
Tingkat kecepatan fungsi sistem tubuh akan meningkat saat sedang berolahraga yang menyebabkan detak jantung lebih cepat [2,3].
Karena detak jantung lebih cepat, pemompaan darah ke seluruh tubuh juga lebih banyak sehingga suhu tubuh pun ikut naik [2,3].
Pada saat yang sama, pelepasan hormon endorfin terjadi yang disusul dengan peningkatan aliran darah menuju otak di mana normalnya hal ini akan membuat tubuh lebih bersemangat sekaligus terasa lebih segar bugar [2,3].
Sayangnya jika tubuh mudah kelelahan, tidak terbiasa olahraga atau memiliki riwayat penyakit tertentu, fungsi sistem tubuh ini justru menjadikan pernapasan tak lancar sekaligus memicu rasa pusing [2,3].
Ketika sesak nafas disertai dengan kepala pusing di kala berolahraga, peredaran darah menuju otak kemungkinan kurang [4].
Kepala menjadi pusing karena otak mengalami kekurangan oksigen, termasuk juga sel-sel tubuh yang metabolismenya sedang bekerja lebih cepat [4,5].
Padahal, berolahraga (khususnya aktivitas berintensitas tinggi dengan durasi lama) membutuhkan oksigen lebih banyak dari biasanya [4,5].
Jika sebelum olahraga justru mengisi perut, terutama makan makanan yang cukup berat, maka hal ini bisa saja menjadi pemicu sesak nafas hingga pusing ketika berolahraga [1,4,7].
Hal itu terjadi karena pencernaan sedang terganggu, di mana proses pencernaan makanan belum sempurna karena membutuhkan waktu yang cukup lama [1,4,7].
Belum lagi jika memiliki riwayat gangguan pencernaan pada lambung seperti sakit maag atau kenaikan asam lambung, kondisi ini umumnya mampu menyebabkan sesak nafas hingga vertigo [6].
Rasa pusing yang juga disertai kesulitan bernafas bisa saja terjadi sebagai dampak dari penurunan kadar gula darah [8].
Selama berolahraga, pembakaran kalori akan membuat kadar gula darah turun, akibatnya tubuh bisa pusing, mual, hingga kehilangan kesadaran [8].
Sebelum olahraga dan pada waktu jeda olahraga ada waktu untuk minum air putih [9,10].
Namun ketika asupan air putih kurang, hal ini bisa memicu rasa pusing dan kesulitan bernafas [9,10].
Pastikan untuk setidaknya minum 500-600 ml air putih terutama 2-3 jam sebelum olahraga agar tubuh lebih segar dan terhidrasi dengan baik [11].
Namun 30 menit sebelum memulai latihan atau olahraga, minumlah lagi air putih sekitar 200 ml supaya menghindari berbagai keluhan fisik yang tak diharapkan [11].
Sesak nafas disertai pusing kerap kali juga dapat menandakan tubuh mengeluarkan reaksi alergi [12].
Saat olahraga, bisa saja seseorang terpapar alergen dalam bentuk apapun sehingga histamin terlepas di dalam tubuh tepat saat tubuh mendeteksi alergen [12].
Histamin ini adalah senyawa yang mampu menjadi penyebab timbulnya peradangan hingga anafilaksis [12].
Selain sesak nafas atau pusing, kram perut, nyeri dada, penurunan tekanan darah, mengi, hingga mual, muntah dan pingsan dapat terjadi [12].
Gangguan mental tertentu dapat pula menjadi alasan mengapa seseorang yang sedang berolahraga merasakan sesak nafas hingga pusing [13].
Jika serangan panik adalah alasannya, maka biasanya hal ini menyebabkan gejala-gejala lain, seperti berkeringat lebih banyak, tubuh gemetaran, detak jantung lebih cepat, nyeri dada, merasa seperti tercekik, pusing, sulit bernafas, dan seperti tak berdaya hingga pingsan [13].
Stres atau kecemasan selalu tak dapat diremehkan apalagi diabaikan karena meski berolahraga bisa mengendalikan rasa stres, bisa saja stres menjadi penyebab timbulnya gejala fisik tertentu [14].
Stres dan kecemasan berkaitan dengan olahraga bisa saja meliputi kondisi tubuh yang tidak maksimal karena cedera [14].
Stres di kala olahraga dapat menyebabkan pusing dan sesak nafas, diikuti pula dnegan mual, gemetaran, sulit konsentrasi, nyeri dada, dan mual [14].
Memaksakan diri berolahraga ketika memiliki riwayat penyakit jantung tentu dapat membuat sejumlah keluhan terjadi. [15]
Mulai dari aritmia hingga serangan jantung berpotensi terjadi jika tidak hati-hati dan tidak terlalu memerhatikan kesehatan [15].
Selain pusing dan sesak nafas, beberapa tanda lain yang menunjukkan adanya gangguan jantung adalah mual, batuk, peningkatan detak jantung, kelinglungan, nyeri dada, dan pingsan [15].
Penyakit pernafasan atau adanya kondisi gangguan paru juga dapat menjadi alasan kuat mengapa sesak nafas dan pusing terjadi bersamaan saat sedang olahraga [1,2,15].
Pemilik kondisi asma, emboli paru, dan penyakit paru obstruktif kronis sebaiknya lebih mewaspadainya.
Sejumlah gejala selain sesak nafas dan pusing yang berisiko dialami adalah batuk, mengi, keringat berlebih, kulit pucat, peningkatan kecepatan detak jantung, dada sesak dan nyeri menusuk pada beberapa bagian tubuh atas [1,2,15].
Penanganan sesak nafas dan pusing ketika berolahraga harus disesuaikan dengan penyebabnya. Secara umum, berikut ini adalah sederet solusi untuk kondisi tersebut [11].
1. Muhammad F. Hashmi; Pranav Modi; & Sandeep Sharma. Dyspnea. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. James M. Smoliga, Zahra S. Mohseni, Jeffrey D. Berwager, & Eric J. Hegedus. Common causes of dyspnoea in athletes: a practical approach for diagnosis and management. Breathe; 2016.
3. Pier Giorgio Giacomini, Simona Ferraro, Stefano Di Girolamo, Irene Villanova, & Fabrizio Ottaviani. Benign paroxysmal positional vertigo after intense physical activity: a report of nine cases. European Archives of Otorhinolaryngology; 2009.
4. Sandeep Sharma; Muhammad F. Hashmi; & Madhu Badireddy. Dyspnea on Exertion. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Jéssica Aparecida Bazoni, William Siqueira Mendes, Caroline Luiz Meneses-Barriviera, Juliana Jandre Melo, Viviane de Souza Pinho Costa, Denilson de Castro Teixeira, & Luciana Lozza de Moraes Marchiori. Physical Activity in the Prevention of Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Probable Association. International Archives of Otorhinolaryngology; 2014.
6. Mehrnaz Nikkhah Bodagh, Iradj Maleki, & Azita Hekmatdoost. Ginger in gastrointestinal disorders: A systematic review of clinical trials. Food Science and Nutrition; 2019.
7. Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI & Charlotte Lillis. What causes shortness of breath after eating?. Medical News Today; 2019.
8. Thomas K. Mathew & Prasanna Tadi. Blood Glucose Monitoring. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Kory Taylor & Elizabeth B. Jones. Adult Dehydration. National Center for Biotechnology Information; 2021.
10. Elaine K. Luo, M.D. & Zawn Villines. 10 causes and treatments for heavy breathing. Medical News Today; 2019.
11. Flushing Hospital Medical Center. How Much Water Should You Drink During Exercise. Flushing Hospital Medical Center; 2021.
12. Wolfgang J. Schnedl, Sonja Lackner, Dietmar Enko, Michael Schenk, Sandra J. Holasek, & Harald Mangge. Evaluation of symptoms and symptom combinations in histamine intolerance. Intestinal Research; 2019.
13. Curt Cackovic, Saad Nazir & Raman Marwaha. Panic Disorder. National Library of Medicine; 2020.
14. Suma P. Chand & Raman Marwaha. Anxiety. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. Dominik Berliner, Dr. med., Nils Schneider, Prof. Dr. med., Tobias Welte, Prof. Dr. med., & Johann Bauersachs, Prof. Dr. med. The Differential Diagnosis of Dyspnea. Deutsches Arzteblatt International; 2016.