Daftar isi
Sindrom Othello disebut juga dengan istilah cemburu buta yang lebih sering digunakan oleh masyarakat awam [1,2,3,4].
Cemburu buta sendiri sebenarnya merupakan sindrom gangguan jiwa di mana penderitanya memiliki rasa cemburu atau delusi tak norma [1,2,3,4]l.
Cemburu secara berlebihan dan terus-menerus hingga merugikan pasangannya, seperti meyakini bahwa pasangannya selingkuh walaupun belum tentu benar adalah sindrom Othello [1,2,3,4].
Apa itu rasa cemburu?
Kecemburuan adalah perasaan yang dimiliki seseorang bahwa orang lain akan mengambil apa yang telah dimilikinya [5].
Hal ini kerap terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki kekasih atau pasangan [5].
Rasa cemburu akan timbul saat pasangan kita dekat dengan orang lain dan diri kita merasa terancam dengan hubungan mereka [2,5].
Reaksi seperti ini timbul bersama dengan rasa ingin melindungi seseorang yang kita miliki [5].
Sifat protektif ini walau seringkali terbilang normal tetap akan berbahaya bagi diri sendiri maupun pasangan dan orang lain yang terlibat [5].
Perasaan cemburu dapat mengembangkan perilaku destruktif atau merusak karena niat untuk melindungi pasangan justru bisa jadi justru cenderung mengontrol terlalu berlebihan [1,2,5].
Hal ini pun kerap kali menunjukkan sifat egois seseorang yang merasa cemburu berlebih [5].
Ketika kecemburuan meliputi seseorang, asumsi-asumsi negatif akan timbul dalam pikiran mereka [5].
Hal-hal yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi akan dianggap sedang terjadi [1,2,5].
Salah satu contoh adalah ketika sikap ramah pasangan terhadap orang lain atau hubungan pekerjaan yang normal dan profesional dapat dianggap sebagai sesuatu yang lebih [5].
Sindrom Othello meski dianggap sebagai rasa cemburu yang umum terjadi pada sebuah hubungan, sebenarnya merupakan kondisi gangguan kesehatan mental [2].
Gangguan kesehatan mental ini dapat menjadi lebih serius daripada yang diperkirakan ketika tindakan atau perilaku penderitanya sampai merugikan diri sendiri dan orang lain [2].
Namun, tidak mudah untuk memutuskan bahwa seseorang dengan rasa cemburu yang besar merupakan ketidakstabilan mental [2].
Ini karena rata-rata orang dengan kecemburuan yang besar merupakan seseorang dengan nafsu, tingkat amarah, dan gairah yang tinggi [2].
Meski terkait dengan watak, pada beberapa orang, mudah marah dan cemburu dapat pula dikaitkan dengan kondisi mental yang tidak stabil [2].
Baik rasa cemburu merupakan sebuah insting atau bukan, hal ini bukan hal yang baik [5].
Ketika rasa cemburu tak dapat terkontrol dan hal ini diekspresikan melalui tindakan, maka biasanya disebabkan atau dipicu oleh [5] :
Hal ini umumnya menjadi akar dari timbulnya perilaku yang overprotektif dan terlalu mengendalikan pasangannya [5].
Perilaku seperti ini disebut dengan perilaku destruktif, terutama jika ketiga faktor tersebut dialami oleh seseorang [5].
Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang memiliki sindrom Othello, yakni :
Penderita gangguan obsesif kompulsif memiliki perilaku kompulsif dan pikiran obsesif setiap saat [6].
Penderitanya sendiri akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan perasaan dan pikiran intens yang tak nyaman tersebut [6].
Aktivitas sehari-hari menjadi lebih mudah terganggu karena gangguan obsesif kompulsif ini dan berisiko memengaruhi hubungan dengan pasangan melalui timbulnya rasa cemburu berlebihan [6].
2. Delusi
Seseorang dengan delusi tak mampu membedakan antara hal yang nyata dan tak nyata [7].
Penderita delusi akan meyakini hal yang sebenarnya tidak nyata sebagai sesuatu yang nyata [7].
Oleh karena itu, delusi mampu meningkatkan risiko sindrom Othello karena seseorang memercayai hal yang belum tentu benar terjadi karena rasa cemburu berlebihan [7].
Situasi dan kondisi yang belum pada tahap fakta telah diyakini sebagai suatu fakta walau belum terbukti dan delusi umumnya terjadi pada orang-orang yang memiliki kecanduan alkohol [7].
3. Gangguan Perubahan Suasana Hati
Perubahan suasana hati yang tak menentu dan mudah berubah secara drastis merupakan salah satu gangguan kepribadian mental [8].
Penderita gangguan suasana hati ini akan ditandai dengan rasa senang, cemas, marah, dan sedih bergant-gantian secara cepat [8].
Pada satu waktu tertentu, penderita dapat mengalami kecemasan berlebihan secara mendadak, begitu pula dengan depresi [8].
Oleh sebab itu, rasa cemburu pun dapat pula timbul tiba-tiba apabila seseorang memiliki gangguan suasana hati yang tak mudah dikendalikan.
4. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid juga mampu menjadi kondisi awal yang diderita seseorang yang kemudian meningkatkan risiko sindrom Othello [1,9].
Jenis skizofrenia ini diketahui menjadi jenis kondisi paling umum di mana penderita akan curiga atau takut terhadap hal-hal yang tidak nyata karena mereka menganggap itu nyata [9].
Kelainan pada otak, infeksi virus, pengalaman traumatis di masa anak-anak, atau pernah mengalami hipoksia dapat menjadi alasan mengapa skizofrenia paranoid terjadi pada diri seseorang [9].
5. Kecanduan Kokain
Rasa cemburu berlebihan pada kasus sindrom Othello juga dapat dialami terutama oleh para pemakai kokain (obat stimulan) [1,10].
Kecanduan kokain jangka panjang akan merusak fungsi otak pengonsumsinya sehingga tidak hanya masalah psikologis saja yang akan terganggu, tapi juga fisik [10].
Masalah psikologis yang berpotensi terjadi antara lain seperti kecemburuan, kecemasan, hingga stres dan depresi di mana kondisi-kondisi ini paling berisiko menjadi penyebab retak atau rusaknya sebuah hubungan [10].
6. Kecanduan Alkohol
Kecanduan alkohol atau alkoholisme menjadi salah satu sebab seseorang mudah mengalami sindrom Othello [1,11].
Gangguan saraf dan otak menjadi risiko komplikasi utama yang terjadi apabila pengonsumsi alkohol tak mampu mengendalikan konsumsi secara jangka panjang [1,11].
Kecanduan alkohol berakibat pada perubahan suasana hati yang drastis di mana kemudian kondisi ini berkembang menjadi tindakan destruktif yang merugikan diri sendiri dan orang lain [1,11].
7. Gangguan Keterikatan
Gangguan keterikatan adalah ketika seseorang memiliki ikatan emosional dengan orang lain sehingga semakin tergantung atau melekat dengan orang lain, ia akan semakin terobsesi dan posesif terhadap orang tersebut [12].
Oleh sebab itu, gangguan keterikatan seperti ini kerap dikaitkan dengan kondisi timbulnya rasa cemburu berlebihan.
8. Obsesi Kecemburuan
Seseorang dengan obsesi kecemburuan biasanya justru menyadari bahwa rasa cemburu yang ia rasakan begitu menyenangkan [13].
Penderita bisa sangat menikmati perasaan cemburu ini sampai pada akhirnya berakibat buruk pada aktivitas sehari-harinya [13].
Bahkan bukan tak mungkin obsesi kecemburuan ini merusak diri dan hubungannya dengan pasangan maupun orang lain.
9. Erotomania
Erotomania adalah jenis gangguan yang berkaitan dengan delusi, yakni ketika penderita meyakini bahwa orang lain mencintainya [14].
Satu contoh erotomania adalah ketika seorang penggemar berani menyakiti idolanya karena rasa cemburu.
Penderita erotomania umumnya tak memiliki aktivitas positif yang bisa dilakukan sehingga terobsesi pada seseorang (biasanya orang terkenal) [14].
Penderita juga diketahui cenderung tak memiliki banyak teman [14].
Kecemburuan secara berlebih pada dasarnya mampu memengaruhi si penderita maupun hubungan dengan pasangan secara negatif.
Pada diri sendiri, rasa cemburu yang muncul terus-menerus tanpa adanya pengendalian diri hanya akan merugikan fisik dan psikis [1,2,5].
Ketika rasa cemburu timbul, beberapa bagian otak akan aktif dan beberapa bagian tersebut adalah area pengendali emosi, pemroses rasa sakit fisik, dan pembentuk emosi (sistem dopamin).
Seseorang akan menjadi lebih posesif dan sensitif saat rasa cemburu timbul yang otomatis memicu stres pada tubuh [5].
Ketika tubuh mengalami stres, maka beberapa dampak yang terjadi pada fisik maupun psikologis penderitanya antara lain adalah [15] :
Rasa cemburu dapat memengaruhi tindakan secara impulsif dan agresif yang seringkali justru mengancam hubungan yang dimiliki dengan pasangan [5].
Tidak hanya lebih protektif dan mengontrol, seseorang dengan rasa cemburu berlebihan akan merasa terus-menerus membutuhkan kepastian dari pasangan bahwa ia adalah satu-satunya bagi pasangannya [5].
Seseorang dengan sindrom Othello akan berulang kali memastikan bahwa tidak ada orang lain yang dapat menggantikan mereka sebagai kekasih, suami, atau istri pasangannya [5].
Salah satu tindakan yang sudah jauh di luar batas adalah selalu mengecek keberadaan pasangan dan mengawasi setiap gerakannya, termasuk riwayat panggilan telepon, pesan, hingga surel [5].
Hubungan di mana salah satu dari pasangan mengalami sindrom Othello bersifat tidak sehat dan mampu berujung pada kerusakan pada hubungan itu sendiri [5].
Sementara itu, hubungan dengan dasar saling menghormati dan memercayai justru jauh lebih baik dan menyebabkan hubungan jauh lebih bahagia [5].
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam sebuah hubungan yang mampu menjadi kunci dalam membangun rasa percaya terhadap pasangan [5].
Bagi orang-orang yang merasa dicemburui, mencoba mengomunikasikan dengan pasangan dapat menjadi upaya awal [5].
Beberapa hal yang dapat dilakukan dan ditanyakan antara lain adalah :
Bagi penderita sindrom Othello dan menyadari bahwa perasaan cemburu terlampau berlebihan, masih ada cara untuk menyelamatkan diri dan hubungan agar tidak rusak [5].
Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya penanganan rasa cemburu buta pada penderita sindrom Othello adalah :
Cemburu buta terkadang tak mudah dikendalikan dan justru berkembang semakin parah, segera lakukan konseling ke konselor pernikahan atau psikolog saat timbul keinginan melakukan tindakan destruktif [5].
Rasa cemburu yang disadari namun dibiarkan hanya akan memperburuk kondisi diri sendiri, pasangan, dan hubungan dengan pasangan jangka panjang.
1. Jay W. Marks, MD. Medical Definition of Othello syndrome. MedicineNet; 2021.
2. Bryan Cowing. What is Othello Syndrome?. Study.com; 2022.
3. John Todd & Kenneth Dewhurst. The Othello Syndrome: A Study in the Psychopathology of Sexual Jealousy. The Journal of Nervous and Mental Disease; 1955.
4. Jonathan Graff-Radford, MD, Jennifer L. Whitwell, PhD, Yonas E. Geda, MD, MSc, & Keith A. Josephs, MD, MST, MSc. Clinical and Imaging Features of Othello's Syndrome. HHS Public Access; 2013.
5. Scientific Advisory Board & Kurt Smith, PsyD, LMFT, LPCC, AFC. The Poisonous Effect of Jealousy on Your Relationship. Psych Central; 2018.
6. Hannah Brock & Manassa Hany. Obsessive-Compulsive Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Kamron A. Fariba & Fatma Fawzy. Delusions. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Sandeep Sekhon & Vikas Gupta. Mood Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Kristeen Cherney. What Is Paranoid Schizophrenia?. Healthline; 2018.
10. National Health Service. Cocaine addiction: get help. National Health Service; 2020.
11. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Darla Burke. Alcoholism. Healthline; 2018.
12. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Crystal Raypole. How Attachment Issues Impact Your Relationships. Healthline; 2019.
13. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Kristeen Cherney. Obsessive Love Disorder. Healthline; 2018.
14. Brendan D Kelly. Erotomania : epidemiology and management. CNS Drugs; 2005.
15. Alexandre González-Rodríguez, Javier Labad & Mary V. Seeman. Sleep Disturbances in Patients with Persistent Delusions: Prevalence, Clinical Associations, and Therapeutic Strategies. Clocks & Sleep; 2020.