Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Schistosomiasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Schistosoma. Penyakit ini menular melalui larva cacing yang masuk ke dalam kulit melalui air yang mengandung larva tersebut. Di dalam
Daftar isi
Skistosomiasis merupakan suatu penyakit parasit yang juga dikenal dengan nama lain bilharzia. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda dari genus Schistosoma ini diketahui telah menjangkiti 230 juta penduduk dunia [1].
Penyebaran penyakit ini sulit dikendalikan karena penularan dapat terjadi setelah melakukan kontak dengan air yang terkontaminasi cacing parasit [1].
Air menjadi media penularan karena cacing parasit menular banyak ditemukan hidup pada siput air tawar tertentu [2].
Infeksi yang terjadi pada manusia sebagian kasusnya terjadi akibat jenis cacing parasit Schistosoma mansoni, S. haematobium, atau S. japonicum [2].
Gejala yang ditimbulkan oleh Skistosomiasis ini akan berbeda beda tergantung dari jenis cacing parasit yang menginfeksi dan stadium infeksinya [3].
Gejala Skistosomiasis ini umumnya akan terjadi ketika tubuh mulai menunjukkan reaksi terhadap telur cacing parasit [3].
Adapun berikut ini merupakan beberapa gejala Skistosomiasis bedasarkan stadium infeksinya [3]:
Gejala infeksi yang memasuki tahap akut umumnya akan muncul pada waktu antara 14 dan 84 hari setelah infeksi terjadi.
Adapun gejala yang mungkin terjadi pada tahap akut ini antara lain [3]:
Untuk gejala pada tahap kronis umumnya tergantung pada jenis cacing parasit dan organ yang dipengaruhi. Jika cacing parasit mempengaruhi organ hati atau usus maka gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain [3]:
Jika cacing parasit mempengaruhi sistem saluran kemih, maka gejala yang muncul antara lain [3]:
Skistosomiasis dapat disebabkan oleh adanya kontak atau setelah bersentuhan langsung dengan air tawar yang terkontaminasi atau menjadi tempat hidup siput air pembawa cacing parasit penyebab Skistosomiasis [3].
Kontak manusia dengan air tawar ini dapat terjadi melalui aktivitas harian seperti [3]:
Infeksi Skistosomiasis ini bentuknya dikenal dengan nama cercariae yang mampu melewati kulit seseorang saat berada atau melakukan kontak dengan air yang terkontaminasi [3].
Cercariae dari siput yang telah melewati kulit manusia, kemudian akan berkembang menjadi cacing dewasa yang hidup di darah individu tersebut [3].
Berikut ini merupakan siklus infeksi cacing parasit mulai dari penetasan telur hingga mempengaruhi organ tubuh manusia [3]:
Cacing parasit yang menyebabkan Skistosomiasis ini diketahui dapat mempengaruhi beberapa bagian tertentu dalam tubuh termasuk [3]:
Skistosomiasis diketahui dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, termasuk [1]:
Komplikasi ini dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini sehingga penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.
Segera periksakan diri kedokter jika mengalami gejala Skistosomiasis, khususnya jika disertai dengan faktor berikut ini [4]:
Ketika memeriksakan diri kedokter, pastikan untuk memberitahukan riwayat berpergian dan segela aktivitas dengan air yang dilakukan [4].
Jika dokter mencurigai adanya penyakit Schistosomiasis, maka rujukan ke ahli penyakit tropis mungkin akan dilakukan oleh dokter agar penangan yang tepat dapat segera diberikan [4].
Diagnosis Skistosomiasis ini umumnya akan dimulai dengan beberapa pernyataan yang meliputi [3]:
Kemudian, dokter juga akan melakukan beberapa tes termasuk [3]:
Perlu diketahui bahwa, cacing parasit membutuhkan waktu sekitar 40 hari untuk menjadi dewasa dan kemudian menghasilkan telur [3].
Oleh karena itu, sampel darah mungkin tidak menunjukkan hasil yang efektif hingga setidaknya 6 hingga 8 minggu setelah terpapar [3].
Pemeriksaan yang menunjukkan hasil negatif, umumnya akan dilakukan kembali setelah 3 bulan untuk lebih memastikan [3].
Umumnya penyakit infeksi akan dapat diobati dengan vaksin tertentu bergantung pada jenis penginfeksi, namun hingga kini Skistosomiasis diketahui belum ada vaksinnya [3].
Meskipun demikian, ada pengobatan lain yang dapat membantu mengurangi dampak infeksinya, yaitu disebut dengan Praziquantel [3].
Praziquantel ini merupakan sebuah pengobatan singkat yang umumnya telah terbukti efektif mengobati penyakit Skistosomiasis yang tanpa disertasi kerusakan atau komplikasi signfikan [3].
Praziquantel ini juga diketahui sebagai metode pengobatan Skistosomiasis yang dapat membantu mengatasi pada kasus Skistosomiasis stadium lanjut. Namun, Praziquantel ini tidak dapat mencegah infeksi ulang terjadi [3].
Perawatan dengan Praziquantel ini, pada beberapa orang mungkin harus dilakukan setiap tahun selama beberapa tahun lamanya [3].
Orang orang yang tinggal didaerah endemik dan berisiko tinggi terkena Skistosomiasis umumnya kan disarankan untuk mengonsumsi satu dosis prazikuantel oral untuk mengurangi kemungkinan infeksi dan komplikasi [3].
Para peneliti pun hingga kini masih berjuang untuk dapat menemukan vaksin yang tepat untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit [3].
Sebelum vaksin tersebut ditemukan, Praziquantel masih akan menjadi pilihan tepat untuk mengobati Skistosomiasis.
Berikut ini merupakan beberapa cara pencegahan atau minimal cara yang dapat mengurangi risiko terkena penyakit Skistosomiasis [4]:
Adapun, berikut ini merupakan beberapa strategi yang harus dilakukan oleh lembaga pemerintahan atau pihak pihak berwenang untuk mengurangi risiko penularan Skistosomiasis, khususnya di daerah yang berisiko tinggi [3]:
1. Elizabeth K. Lackey & Shawn Horrall. Schistosomiasis. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2021.
2. Anonim. Parasites - Schistosomiasis. Center For Disease Control And Prevention; 2021.
3. Yvette Brazier & Daniel Murrell, M.D. What is bilharzia, snail fever, or schistosomiasis?. Medical News Today; 2018.
4. Anonim. Schistosomiasis (bilharzia). NHS UK; 2021.