Penyakit & Kelainan

Sleep Apnea Pada Anak; Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sleep apnea adalah sebuah kondisi dimana anak berhenti bernapas dalam jangka waktu singkat pada saat tidur. Ini terjadi ketika terdapat sumbatan atau obstruksi pada saluran pernapasan atas. Sleep apnea

Kondisi ini disebut juga sleep apnea pediatrik, suatu keadaan dimana nafas anak berhenti selama beberapa saat dan berulang sepanjang waktu tidurnya. Tanda paling umum dari sleep apnea pada anak adalah mendengkur dan tidur tidak nyenyak.

Mengenal Sleep Apnea Pada Anak

Kebiasaan mendengkur saat tidur, ciri khusus terhalangnya saluran udara bagian atas, adalah kondisi yang sangat umum dialami anak-anak usia 1 hingga 9 tahun. Setelah rentang usia tersebut, dengkuran akan semakin berkurang. [1, 2]

Ada dua jenis sleep apnea yang bisa terjadi pada anak: [1, 2]

  • Sleep apnea obstruktif, yang disebabkan oleh penyumbatan di bagian belakang tenggorokan atau hidung. Ini adalah jenis yang paling umum.
  • Sleep apnea sentral, terjadi bila bagian otak yang bertugas mengatur pernafasan tidak berfungsi seperti seharusnya sehingga tidak mengirim sinyal normal pada otot pernafasan untuk bekerja.

Perbedaan dari kedua jenis sleep apnea ini adalah jumlah dengkurannya. Dengkuran bisa terjadi pada sleep apnea sentral, tetapi lebih banyak muncul pada penderita sleep apnea obstruktif karena berkaitan dengan terhalangnya jalan nafas.

Pada umumnya, ketika sleep apnea disebut, maka merujuk pada jenis obstruktif.

Sleep apnea umum terjadi pada anak. Mendengkur, bernafas melalui mulut, dan tidur tidak nyenyak adalah gejala-gejala utamanya. Diperkirakan jumlah anak yang mendengkur adalah 1-12%, sementara 1 hingga 10 persen diantaranya disebabkan oleh sleep apnea. [1]

Sebagian besar dari anak-anak ini hanya mengalami gejala ringan, dan banyak yang pulih seiring pertambahan usia.

Gejala-Gejala Sleep Apnea Pada Anak

Selain mendengkur, gejala-gejala sleep apnea obstruktif maupun sentral pada umumnya adalah sama.

Gejala-gejala umum sleep apnea pada anak yang timbul di malam hari termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Mendengkur dengan keras
  • Batuk atau tersedak saat tidur
  • Bernafas malalui mulut
  • Mengompol
  • Nafas berhenti selama beberapa saat ketika sedang tidur
  • Tidur dengan posisi yang tidak wajar

Namun, gejala-gejala dari sleep apnea tidak hanya muncul di malam hari. Jika anak tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena kondisi ini, maka di siang hari ia akan:

  • Kelelahan
  • Sulit bangun pagi
  • Sering tertidur di siang hari

Perlu dicatat bahwa bayi dan anak-anak yang masih sangat kecil dan mengalami sleep apnea mungkin tidak mendengkur, terutama bila jenisnya sleep apnea sentral. Kadang-kadang, satu-satunya gejala sleep apnea pada kelompok usia ini adalah tidur yang tidak nyenyak. [1]

Penyebab Sleep Apnea Pada Anak

Bila anak mengalami sleep apnea obstruktif, otot-otot di bagian belakang tenggorokan akan kolaps dan menghalangi jalan nafas ketika sedang tidur, sehingga membuat anak kesulitan untuk bernafas. [1, 2, 3, 4]

Penyebab dari sleep apnea obstruktif pada anak-anak bisa berbeda dari penyebab yang dialami orang dewasa. Obesitas adalah pemicu utama pada orang dewasa.

Pada anak-anak, selain kelebihan berat badan, pembesaran amandel atau adenoid adalah faktor yang paling sering menjadi penyebab sleep apnea. Kelebihan jaringan ini bisa menghalangi jalan udara separuh atau sepenuhnya. [1, 2, 3, 4]

Beberapa anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan tidur ini dibanding anak lainnya, faktor-faktor risiko tersebut termasuk: [1]

  • Memiliki riwayat sleep apnea dalam keluarga
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Memiliki gangguan kesehatan tertentu (cerebral palsy, Down syndrome, penyakit sickle cell, ketidaknormalan di tengkorak kepala atau wajah)
  • Lahir dengan berat badan rendah
  • Memiliki lidah yang besar

Beberapa hal yang bisa menyebabkan sleep apnea sentral adalah:

  • Beberapa gangguan kesehatan, misalnya gagal jantung dan stroke
  • Lahir prematur
  • Memiliki cacat lahir tertentu
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya opioid

Diagnosa

Jika orangtua mencurigai anaknya mengalami sleep apnea, maka penting untuk segera memeriksakan kondisinya ke dokter. Dokter spesialis anak kemudian biasanya akan memberi rujukan ke spesialis lain yang biasa menangani masalah tidur.

Agar bisa mendiagnosa sleep apnea dengan tepat, dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang gejal-gejala yang dialami anak, melakukan pemeriksaan fisik, kemudian menjadwalkan studi tidur.

Untuk studi tidur, anak akan diminta menginap satu malam di rumah sakit atau klinik tidur. Kemudian, petugas akan meletakkan sensor tes di tubuh anak, lalu memonitor hal-hal berikut sepanjang malam: [1, 2, 3, 4]

  • Gelombang otak
  • Kadar oksigen
  • Detak jantung
  • Aktivitas otot
  • Pola pernafasan

Jika dokter tidak yakin apakah anak membutuhkan studi tidur lengkap, maka pilihan lainnya adalah tesk oximetri. Tes ini (bisa dilakukan di rumah) akan mengukur detak jantung anak dan jumlah oksigen di dalam darah saat tertidur. Ini adalah alat pemeriksaan awal untuk menemukan tanda-tanda terjadinya sleep apnea.

Berdasarkan hasil dari tes oximetri, dokter mungkin akan melanjutkan ke studi tidur penuh untuk bisa menegakkan diagnosa dengan pasti.

Selain studi tidur, dokter juga mungkin akan menjadwalkan pemeriksaan elektrokardiogram untuk memastikan ada atau tidaknya kelainan pada jantung anak. Tes elektrokardiogram akan merekam aktivitas kelistrikan pada jantung anak.

Pemeriksaan yang memadai penting untuk dilakukan karena sleep apnea pada anak kadang-kadang lolos dari perhatian orangtua. Hal ini bisa terjadi bila anak tidak menunjukkan tanda-tanda umum dari sleep apnea.

Misalnya, anak mungkin tidak mendengkur atau mudah mengantuk di siang hari, tapi anak yang mengalami sleep apnea bisa juga menjadi hiperaktif, mudah marah, dan terkena mood swing, yang kemudian akan didiagnosa memiliki masalah tingkah laku. [2, 3, 4]

Pengobatan dan Perawatan

Pengangkatan adenoid dan amandel adalah cara pengobatan yang paling umum bagi sleep apnea pada anak. Pada kasus yang tidak terlalu rumit, prosedur ini bisa mengatasi sleep apnea sepenuhnya pada 70 hingga 90% kasus. [1]

Setelah pembedahan untuk kasus sleep apnea anak biasanya bisa pulang di hari yang sama. Namun, bila anak memiliki gangguan kesehatan kronis seperti obesitas atau sleep apnea berat atau komplikasi akibat sleep apnea, maka harus dimonitor selama satu malam di rumah sakit.

Hal ini karena ketidaknormalan pernafasan biasanya baru muncul ketika anak memasuki tahap tidur REM, beberapa jam setelah pembedahan saat siklus tidur berlangsung.

Hasil optimal dari pembedahan baru bisa dilihat setelah enam hingga delapan minggu ketika seluruh pembengkakan pasca operasi sudah sepenuhnya pulih.

Jika sleep apnea bukan disebabkan oleh pembengkakan amandel dan adenoid, atau jika pembedahan tidak berhasil mengatasi gejala-gejala sleep apnea, maka terapi CPAP (continuous positive airway pressure) akan dilakukan. [1, 2, 3, 4]

Selama terapi CPAP, anak akan menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulutnya saat tidur. Mesin CPAP kemudian akan mengalirkan udara secara terus menerus untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka.

CPAP bisa meringankan gejala-gejala sleep apnea, namun tidak menyembuhkannya. Namun, masalahnya, pasien sleep apnea, baik anak-anak maupun dewasa, tidak merasa nyaman jika harus mengenakan masker besar setiap malam, sehingga banyak yang berhenti menggunakannya.

Selain CPAP, ada juga penyangga gigi yang bisa dipakai anak-anak saat tidur. Alat ini dirancang untuk menjaga rahang tetap berada pada posisi lurus sehingga jalan nafas bisa tetap terbuka sepanjang malam. [1, 2, 4]

Secara umum, CPAP memang lebih efektif, tetapi anak-anak lebih nyaman menggunakan penyangga gigi, sehingga alat ini yang lebih banyak dipakai pasien sleep apnea terutama yang pertumbuhan tulang wajahnya sudah berhenti.

Pada pasien yang masih bayi, alarm apnea bisa digunakan pada kasus sleep apnea sentral. Alarm ini akan berbunyi bila nafas bayi berhenti, sehingga ia akan terbangun dan nafas kembali berjalan. Jika pertumbuhan usia membuat gejala-gejala sleep apnea semakin ringan, maka alarm ini tidak dibutuhkan lagi.

1. American Sleep Apnea Association. Children's Sleep Apnea. Sleep Apnea Organization.
2. Valencia Higuera, Nancy Moyer, M.D. Sleep Apnea in Children: What You Need to Know. Healthline Parenthood; 2019.
3. Oscar Sans Capdevila, Leila Kheirandish-Gozal, Ehab Dayyat, David Gozal. Pediatric Obstructive Sleep Apnea. Proceedings of The American Thoracic Society; 2008.
4. James Chan, M.D., Jennifer C. Edman, M.D., Peter J. Koltai, M.D. Obstructive Sleep Apnea in Children. American Family Physician; 2004.

Share