Spastisitas merupakan kondisi yang membuat otot menjadi kaku atau kejang. Hal ini mencegah tubuh bergerak normal dan luwes. Spastisitas membuat otot dalam keadaan berkontraksi terus dan tetap meregang sehingga berpengaruh pada pergerakan, bicara, dan berjalan. [1]
Spastisitas diderita lebih dari 12 juta orang di seluruh dunia. Kondisi ini diderita sebanyak 80% oleh mereka yang mengidap serebral plasi dan sebanyak 80% pada orang dengan multipel sklerosis. Spastisitas pada anak dapat berakibat pada masalah pertumbuhan, nyeri dan kerusakan sendi serta disabilitas. [2]
Secara normal, pergerakan otot dikendalikan oleh sistem kompleks yang membuat beberapa otot berkontraksi (kejang) sedang otot yang lain berelaksasi. Kerusakan saraf pada sistem saraf pusat dapat mengganggu pola pergerakan ini. Sebagai akibatnya, banyak otot yang berkontraksi sekaligus. [3]
Daftar isi
Gejala dari spastisitas adalah: [4]
Pada umumnya, spastisitas disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada saraf di daerah otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini terjadi pada saraf yang bertanggung jawab mengendalikan otot dan refleks peregangan. Gangguan ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan pada sinyal kontraksi dan inhibisi yang dikirimkan ke otot. [1]
Sinyal kontraksi merupakan perintah untuk melakukan kontraksi pada otot. Sedangkan, sinyal inhibisi merupakan perintah untuk mengurangi kontraksi. Ketidakseimbangan ini menimbulkan dampak terkunci pada otot tubuh sehingga tidak dapat bergerak leluasa. [1]
Spastisitas dapat membahayakan pertumbuhan anak-anak sebab dapat berdampak pada otot dan sendi. Orang dengan cedera otak, cedera sumsum tulang belakang, serebral palsi, atau multipel sklerosis dapat memiliki berbagai derajat spastisitas. [1]
Anda harus segera mencari bantuan medis bila: [1]
Spastisitas yang tidak ditangani dan terjadi dalam waktu lama dapat berujung pada kondisi sendi terkunci dan/ atau tukak tekanan pada kulit yang sangat menyakitkan. Anda bisa menghubungi fasilitas kesehatan terdekat agar dirujuk untuk melakukan tes diagnosis lebih lanjut. [1]
Dokter akan mengevaluasi riwayat kesehatan Anda untuk mendiganosis spastisitas. Dokter juga akan menelaah obat-obatan yang Anda konsumsi dan pengaruhnya terhadap otot. Anda akan diperiksa tentang riwayat neurologis atau kelainan otot pada diri sendiri atau keluarga. [4]
Beberapa uji juga dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis. Uji-uji ini mengevaluasi pergerakan lengan dan tungkai Anda, aktivitas otot, jangkauan gerak aktif dan pasif, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan merawat diri sendiri. [4]
Akibat berbagai derajat spastisitas, diagnosis yang dilakukan menjadi sulit. Pemeriksaan fisik dengan tes neurologis akan dilakukan untuk menguji spastisitas dan derajat keparahannya. Uji imaji seperti MRI dapat memberikan informasi lebih tentang sumber spastisitas dan seberapa besar kerusakan yang telah menyebabkan kondisi ini. [1]
Pengobatan spastisitas merupakan hal yang peting untuk menangani dan meningkatkan kenyamanan, pergerakan, dan kemandirian. Tanpa terapi, spastisitas dapat menimbulkan nyeri, kerusakan permanen sendi, infeksi saluran kemih, sembelit kronis, dan tukak tekanan. [2]
Terdapat beberapa pilihan pengobatan untuk spastisitas dan biasanya pasien menjalani lebih dari satu pengobatan dalam satu waktu. Penanganan-penanganan berikut secara efektif telah menunjukkan meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita spastisitas. [1]
Terapi fisik termasuk latihan peregangan dan penguatan. Terapi ini berfokus pada kelompok otot besar untuk meningkatkan jangkauan pergerakan dan mobilitas. [1]
Injeksi lokal pada otot yang mengalami spasme sangat efektif. Suntikan ini dapat mengurangi tonus secara selektif pada otot yang paling menyebabkan spasme. Injeksi dapat berupa toksin botulinum atau fenol. [3]
Selama injeksi toksin botulinum, toksin secara langsung disuntikkan ke dalam otot, membuat spasme otot menjadi lebih lemah. Hal ini akan memperbaiki posisi dan fungsi otot. Dibutuhkan waktu sekitar 7-10 hari untuk mulai mendapatkan hasilnya. Efeknya bertahan 3-6 bulan. [3]
Obat-obatan yang digunakan untuk menangani spastisitas termasuk baclofen, clonazepam, dantrolene, diazepam, atau tizanidine, imidazoline, dan gabapentin. Penggunaan obat-obatan dipadukan dengan terapi lainnya seperti terapi fisik atau terapi okupasional. [1,4]
Terapi obat hanya digunakan bila gejala yang Anda rasakan mengganggu kegiatan sehari-hari Anda atau yang mengganggu tidur. Obat-obatan di atas merupakan obat yang umum digunakan dalam penanganan spastisitas. [1]
Terapi okupasional meliputi latihan yang berfokus pada kelompok otot kecil. Terapi ini bertujuan meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot. Hal ini membuat Anda mengalami perbaikan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Terapi wicara juga perlu dilakukan pada penderita spastisitas yang mengalami dampak pada cara bicaranya. [1]
Tim kesehatan Anda juga akan mempertimbangkan pemasangan brace atau cast. Kedua alat ini bertujuan untuk mencegah spasme otot yang tak terkendali. Selain itu, tujuan lainnya adalah mengurangi pengetatan pada otot. [1]
Pengobatan intrarechal dilepaskan secara berkesinambungan ke dalam cairan serebrospinal melalui sebuah pompa. Pompa ini ditempatkan di dalam rongga perut dengan prosedur pembedahan. Salah satu obat yang dapat diberikan dengan cara ini adalah baclofen. [2]
Rehabilitasi juga dapat membantu mengurangi atau menstabilkan keparahan gejala spastisitas. Selain itu, rehabilitasi juga bertujuan agar Anda dapat memperbaiki kemampuan fungsional dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. [4]
Rhizotomi mengatur kembali keseimbangan sinyal listrik yang dikirimkan ke sumsum tulang belakang. Hal ini ditempuh dengan cara memotong akar saraf secara selektif. Prosedur ini hanya dilakukan pada penderita dengan spastisitas parah pada bagain tungkai. [1]
Dengan penentuan yang tepat dan benar dari akar saraf bermasalah, memotong akar saraf ini akan mengurangi kaku otot sambil tetap mempertahankan fungsi lainnya. Rhizotomi biasanya digunakan pada pasien yang penyebab spastisitasnya adalah serebral palsi. [1]
1. Julie G. Pilitsis & Olga Khazen. Spasticity. American Association of Neurological Surgeons; 2021.
2. Anonim. Spasticity. John Hopkins Medicine; 2021.
3. Anonim. Spasticity. My Cleveland Clinic; 2019.
4. Christopher Melinosky. Spasticity. Webmd; 2021.