Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh terhadap paparan zat yang umumnya tidak berbahaya pada sebagian besar orang, namun menimbulkan gejala ringan seperti hidung dan mata berair, gatal, nyeri tenggorokan,
Alergi adalah kondisi yang disebabkan oleh terlalu sensitifnya sistem kekebalan tubuh. Reaksi yang berlebihan atas zat-zat seperti makanan, debu, serbuk sari bunga, obat-obatan atau bahan kimia ini membuat kekebalan tubuh seseorang mencetuskan alergi.
Kondisi ini sangat umum, namun banyak orang yang tidak tahu dengan pasti zat apa yang membuat mereka alergi. Padahal, beberapa reaksi alergi bisa cukup berbahaya untuk keselamatan jiwa. Untuk itulah, tes alergi penting dilakukan agar alergen (zat penyebab alergi) bisa dihindari.
Daftar isi
Hidung Anda mungkin mulai meler dan bersin-bersin ketika dekat-dekat tumbuhan tertentu, atau tubuh gatal-gatal dan mata berair ketika terpapar debu saat membersihkan rumah atau bermain dengan hewan peliharaan. Bisa juga kulit tiba-tiba bentol-bentol atau nafas menjadi sesak setelah makan makanan tertentu.
Semua itu adalah tanda-tanda reaksi alergi. Menjalani tes alergi bisa membantu Anda mencari tahu apa yang memicunya dan membantu dokter untuk memilih obat dan cara perawatan yang terbaik untuk Anda. [2, 3, 4, 5]
Ada banyak alasan kenapa mengidentifikasi alergen penting untuk mendirikan diagnosa yang tepat, termasuk: [3, 4]
Kondisi kesehatan umum yang berhubungan dengan alergi termasuk: [3, 4]
Ketika seseorang menunjukkan gejala-gejala yang konsisten dengan satu atau beberapa kondisi tadi, perlu dicari tahu apakah sebelumnya ia terpapar suatu zat yang menyebabkan alergi terpicu.
Tes alergi digunakan untuk menentukan apakah gejala-gejala yang ditunjukkan oleh seseorang disebabkan oleh antibodi yang bereaksi terhadap suatu jenis alergen. Ini penting untuk diketahui karena banyak gejala bisa juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti infeksi virus. [3]
Ada beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mencari tau zat apa yang menyebabkan reaksi alergi: tes kulit, tes darah dan challenge test. Dokter akan mentukan tes yang mana yang tepat berdasarkan gejala-gejala yang terjadi serta riwayat kesehatan seseorang. [2, 3, 4]
Tes jenis ini mudah dan cepat untuk dilakukan. Oleh karena itu, sering dipilih oleh pasien untuk menentukan apa yang memicu alerginya. Pada tes ini, zat-zat yang mungkin menjadi pemicu alergi akan diaplikasikan ke kulit, kemudian reaksi yang terjadi akan diobservasi. Biasanya, kulit yang digunakan adalah di lengan bawah bagian dalam, atau kadang-kadang di punggung.
Tes kulit terbagi lagi menjadi beberapa jenis:
Langkah-langkah tes alergi jenis ini adalah:
Jika reaksi alergi terjadi, maka kulit akan menjadi kemerahan atau bentol di bagian yang ditandai. Tes kulit ini biasanya digunakan untuk mendeteksi alergi yang memicu reaksi langsung ketika terjadi kontak dengan kulit – seperti beberapa jenis makanan atau serbuk bunga.
Prosedur pada tes ini sama dengan tes tusuk, tetapi larutan alergen disuntikkan ke kulit. Tes intradermal bisa mendeteksi reaksi alergi yang termasuk lemah.
Karena suntikan bisa membuat pasien merasa kurang nyaman dan juga bisa memicu reaksi alergi yang lebih kuat, maka tes ini umumnya hanya dilakukan jika tes tusuk tidak menunjukkan respon yang memadai.
Tes ini bisa digunakan jika hasil dua tes kulit sebelumnya tidak jelas. Prosedurnya adalah dengan mengambil sedikit bagian kulit, kemudian alergen akan diusapkan ke kulit yang terbuka. Cara ini memungkinkan zat untuk masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam sehingga mampu memicu reaksi yang lebih kuat.
Namun, tes kulit jenis ini tidak bisa memastikan seberapa banyak alergen yang masuk ke jaringan kulit. Selain itu, tes ini kemungkinan bisa menyebabkan iritasi kulit yang tidak berhubungan dengan alergi. Karena itu, scratch tes dianggap kurang bisa diandalkan.
Jika dokter merasa kulit pasien akan bereaksi terlalu kuat, maka zat alergen hanya akan dioleskan ke kulit lengan tanpa membuka kulit. Dibandingkan tes tusuk, tes eksternal membutuhan waktu lebih lama untuk menunjukkan reaksi, yaitu sekitar 20 menit.
Jenis ini digunakan jika pasien dianggap memiliki alergi yang gejala-gejalanya baru muncul setelah satu setengah hingga tiga hari setelah kontak dengan alergen. Pemicu alergi jenis ini biasanya ditemukan pada:
Pada tes ini, patch atau semacam stiker yang mengandung alergen ditempelkan di punggung, kemudian dibiarkan selama seharian penuh. Jika tidak ada reaksi setelah patch dilepas, kulit akan diperiksa lagi setelah 24 jam, dan kadang-kadang sekali lagi tiga hari setelah patch dilepas. Jika pasien memiliki alergi kontak, kulit akan membengkak, memerah dan mulai terasa gatal.
Tes alergi jenis ini bisa mendeteksi dan mengukur jumlah antibodi dalam darah yang sensitif terhadap alergen tertentu. Bila pasien melakukan kontak dengan pemicu alergi, atau alergen, antibodi akan diproduksi oleh tubuh untuk melawannya.
Antibodi akan memerintahkan sel-sel dalam tubuh untk melepaskan zat kimia tertentu. Zat-zat kimia inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala alergi. Immunoglobulin E (IgE) adalah antibodi yang berhubungan erat dengan respon alergi pada tubuh.
Tes darah biasanya menyaring paling sedikit 10 pemicu alergi yang paling umum, termasuk debu, bulu hewan peliharaan, pohon, rumput, tanaman, dan jamur yang ada di sekitar tempat tinggal pasien. Tes darah juga sangat membantu untuk mendiagnosa alergi makanan.
Tes darah untuk alergi dianjurkan jika pasien:
Dokter mungkin juga menyarankan tes darah untuk menentukan seberapa baik tubuh pasien merespon pengobatan immunotherapy. Tes darah juga bisa menunjukkan apakah pasien sudah tidak lagi alergi terhadap suatu zat.
Tes darah hanya membutuhkan satu kali pengambilan sampel darah menggunakan jarum, tidak seperti tes kulit yang perlu beberapa kali tusuk atau gores. Ini sebabnya, anak-anak dan bayi yang membutuhkan tes alergi biasanya akan menggunakan tes darah.
Pasien yang menunjukkan gejala alergi mungkin tidak menunjukkan reaksi pada kulitnya. Jika kasusnya seperti ini, maka challenge test bisa dilakukan untuk membantu mencari tahu apa pemicu alerginya.
Untuk mencari tahu apakah pasien memiliki alergi serbuk bunga, misalnya, dokter akan mengoleskan sejumlah alergen di selaput lendir hidung. Kemudian dokter akan mengobservasi apakah tubuh pasien akan bereaksi dengan bersin-bersin, hidung mampet serta mata berair.
Alergen juga bisa dites dengan cara yang sama pada mata atau paru-paru. Tes jenis hanya dilakukan dibawah pengawasan medis karena bisa menyebabkan reaksi alergi yang sangat berat.
Tiap jenis tes membutuhkan waktu yang berbeda untuk menunjukkan hasil. Tes kulit dan challenge bisa langsung mengeluarkan hasil dan memberi tahu dokter serta pasien mengenai informasi alergen. Sementara tes darah, karena harus dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk diketahui hasilnya. [2, 3, 4]
Pasien akan menunjukkan gejala alergi setelah terpapar alergen yang diujicobakan. Pada tes kulit, akan dilihat ukuran pembengkakan yang terjadi, sementara pada tes darah akan dilihat jumlah konsentrasi Immunoglobin E yang terbentuk dalam darah. [2]
Karena tiap alergen memiliki titik kritis yang berbeda, maka hasil tes darah harus diperiksa dengan sangat hati-hati serta dicocokkan dengan riwayat klinis tiap-tiap pasien.
Setelah diketahui apa alergen dari pasien yang melakukan tes, dokter akan memberikan anjuran mengenai apa yang harus dilakukan agar alergi tidak mudah terpicu. Mulai dari jenis makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak, hingga perubahan gaya hidup.
Dokter juga akan memberikan catatan mengenai obat apa yang boleh diminum oleh pasien jika alergi-nya kambuh. Pada beberapa kasus, obat yang diminum atau digunakan harus dengan resep dokter, seperti inhaler untuk asma atau epinephrine untuk pasien yang rentan terkena anaphylaxis. [1]
Karena tes ini bisa dilakukan di laboratorium maupun rumah sakit, maka biayanya pun menyesuaikan dengan fasilitas yang diberikan. Tetapi, umumnya, tes alergi membutuhkan biaya sekitar Rp.400,000,-
1) ACAAI Team. 2018. American College of Allergy, Asthma & Immunology. Anaphylaxis
2) Nayana Ambardekar, MD. 2020. Web MD. Blood Testing for Allergies
3) Jay M. Portnoy, MD. 2011. US National Library of Medicine. Appropriate Allergy Testing and Interpretation
4) Institute for Quality and Efficiency in Health Care. 2016. US National Center for Biotechnology Information. What kinds of allergy tests are there?
5) Alejandra Medina-Hernandez. 2016. Longdom Journal of Allergy and Therapy. Diagnosis of food allergy