Thiopropazate adalah kelompok obat antipsikotik. Merupakan turunan dari senyawa phenothiazine, selain digunakan sebagai antipsikotik, juga untuk mengatasi pusing dan rasa mual.[1]
Antipsikotik sendiri adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi gejala psikosis, seperti delusi, halusinasi, paranoia, hingga pikiran yang terganggu/membingungkan. Obat ini juga digunakan dalam terapi schizophrenia, dan bipolar disorder.[2]
Daftar isi
Berikut ini adalah informasi penting mengenai thiopropazate, mulai dari indikasi hingga peringatan dalam penggunaannya.[3]
Indikasi | Terapi psikosis akut dan kronik |
Kategori | Obat keras (P No.1) |
Konsumsi | Dewasa |
Kelas | Antipsikotik |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | Hipersensitif. Pasien yang memiliki riwayat kelainan darah, seperti eosinofilia, leukopenia, leukositosis |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan thiopropazate: → Pasien yang memiliki riwayat epilepsi atau sedang menjalani perawatan epilepsi, dengan terapi obat golongan barbiturat → Bila digunakan untuk mengatasi pusing dan mual, perlu diobservasi, terutama penggunaan bersamaan analgesik, dapat menyamarkan gejala terhadap neurologis → Bila muncul gejala ekstrapiramidal secara berkala → Pasien dengan gangguan ginjal dan hati → Ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Secara per oral Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Sebagai obat yang merupakan turunan dari phenothiazine, dan termasuk dalam golongan tipikal antipsikotik, yaitu golongan antipsikotik generasi pertama [4]. Memiliki kemampuan untuk menekan reseptor Dopamin 2 (D2), sehingga terjadi efek antipsikotik.[6]
Berikut ini adalah manfaat dari Thiopropazate:[1]
Berikut ini adalah dosis yang dianjurkan untuk penggunaan Thiopropazate.[7]
Melalui per oral: ⇔ Terapi antipsikotik → Dosis awal: 5 mg → Dosis maksimal sehari: 10-30mg, sehari 4x |
Thiopropazate yang merupakan obat antipsikotik, tentu selain berfungsi baik sebagai terapi pengobatan, juga memiliki efek samping, bila penggunannya tidak terpantau dengan baik.
Termasuk dalam generasi tipikal antipsikotik, efek samping yang paling sering muncul adalah sindrom ekstrapiramidal.[8]
Munculnya sindrom ekstrapiramidal tersebut adalah[9]:
Selain muncul gejala ekstrapiramidal, juga muncul efek samping seperti berikut ini [3]:
Berikut ini adalah informasi detil mengenai thiopropazate, mulai dari cara penyimpanan, interaksi dengan obat lainnya, dan deskripsinya.[1,3,8]
Penyimpanan | Tablet: → Simpan antara 20-25 ° C. → jangan simpan di freezer. → Lindungi dari cahaya dan kelembaban. Jenis Rektal |
Cara Kerja | → Deskripsi: thiopropazate, turunan dari phenothiazine bekerja dengan melawan reseptor D2 (Dopamin 2), sehingga menghasilkan efek antipsikotik →Penyerapan: diserap baik, setelah pemberian per oral. → Distribusi: didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh, termasuk melalui plasenta. → Metabolisme: dimetabolisme utama oleh hati melalui konjugasi asam glukuronat. → Ekskresi: diekskresikan melalui urine dan feses. Bahkan setelah penghentian penggunaan obat 6 bulan, masih terdeteksi berbagai metabolit di urine. |
Interaksi dengan obat lain | Berikut ini adalah informasi terkait interaksi obat lainnya, bila digunakan bersamaan Thiopropazate: → Acetazolamide: dapat meningkatkan risiko efek samping yang ditimbulkan → Alprazolam: dapat meningkatkan risiko efek samping yang ditimbulkan → Amphetamine: dapat menurunkan efek stimulan dari Amphetamine, bila digunakan bersamaan → Batefenterol: dapat meningkatkan aktivitas CNS Depresan dari Batefenterol, bila digunakan bersamaan → Levodopa: bila digunakan bersamaan akan menurunkan aktivitas obat masing-masing → Guanethidine: dapat membalikkan efek antihipertensi dari Guanethidine, bila digunakan bersamaan |
Interaksi dengan makanan | → — |
Overdosis | ⇔ Gejala: Reaksi hipersensitivitas ⇔ Cara Mengatasi: Dosis obat dikurangi secara perlahan. Penggantian obat dengan jenis atipikal antipsikotik |
Pengaruh pada hasil lab | — |
Apakah thiopropazate aman untuk digunakan sebagai terapi pengobatan psikosis?
Aman, selama masih dalam rentang dosis. Selalu kontrol penggunaan.[3]
Benarkah, ibu hamil yang mengkonsumsi thiopropazate, berpengaruh terhadap janinnya?
Benar, ibu hamil yang mengkonsumsi thiopropazate akan dibawa melalui plasenta, namun kadarnya hanya sedikit.[3]
Haruskah menggunakan thiopropazate sebagai terapi utama untuk pengobatan psikosis?
Thiopropazate bukanlah obat pertama, namun termasuk dalam kelompok generasi pertama, yaitu tipikal antipsikotik. Selama penggunaan yang terkontrol, obat ini dapat menjadi pilihan utama untuk terapi. [4]
Efek samping apakah yang paling sering terjadi, selama penggunaan Thiopropazate?
Efek samping yang paling sering terjadi adalah gejala ekstrapiramidal, maka pemantauan penggunaan harus selalu dilakukan. [3]
Berikut ini adalah beberapa nama obat Thiopropazate (merk dagang) yang pernah beredar di pasaran.[5]
Brand Merek Dagang |
Artalan |
Dartal |
Dartalan |
Dartan |
1. Anonim. Thiopropazate. MIMS. 2020
2. Anonim. Thiopropazate. Drugs.com .2020
3. Anonim. Thiopropazate. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov .2020
4. Shen WW. A history of antipsychotic drug development. Comprehensive Psychiatry. 40(6): 407-14. 1999
5. All sources. Thiopropazate. Wikipedia. 2020
6. Schatberg's Manual of psycopharmacology 9th Ed. American Psychiatric Association publishing. 2019
7. Edisen B Clayton. MD, Samuels S Arthur. MD. Thiopropazate hydrochloride (dartal) Chemotherapy for emotional disorders: A clinical evaluation. jamanetwork.com .1958
8. Anonim. Thiopropazate. drugbank.com .2020