Daftar isi
Ulkus dekubitus merupakan jenis kondisi timbulnya luka pada kulit di beberapa bagian tubuh tertentu akibat tekanan dalam waktu lama [1,2,3].
Kondisi yang juga dikenal dengan istilah bed sores atau pressure ulcer ini terjadi karena seseorang yang berbaring terus-menerus [1,2,3].
Luka timbul terutama pada area kulit yang mendapat tekanan pada waktu dalam posisi berbaring, yakni tulang ekor, pinggul, siku hingga bagian tumit [1,2,3].
Penyebab utama ulkus dekubitus adalah tekanan terus-menerus pada kulit pada bagian tubuh tertentu ketika seseorang lebih banyak berbaring [1,2,3].
Selain karena tekanan, ulkus dekubitus adalah bentuk luka yang terbentuk pada kulit karena gesekan terus-menerus [1,2,3].
Karena posisi tubuh yang jarang bergerak atau cenderung tak bergerak berganti posisi, hal ini menyebabkan peredaran darah menuju kulit terhambat [1,2,3].
Oleh sebab itu, seseorang yang cedera atau menderita penyakit tertentu yang menyebabkannya tak bisa banyak bergerak, khususnya terlalu banyak berbaring memiliki risiko lebih tinggi akan ulkus dekubitus ini [1,2,3].
Hanya saja selain itu, terdapat pula sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko ulkus dekubitus, yakni antara lain :
Tubuh dengan gangguan kesehatan tertentu yang mengharuskan seseorang banyak berbaring atau berada pada posisi tubuh yang sama dalam waktu lama tentu meningkatkan risiko ulkus dekubitus [1,2].
Selain karena penyakit kronis, cedera pun demikian, terutama penderita cedera pada tulang belakang dan mengalami kelumpuhan [1,2,3].
Tubuh yang mengalami defisiensi cairan dan nutrisi lebih rentan mengalami gangguan pada kulit [1,2,3].
Selain imun tubuh bisa melemah, gangguan kesehatan kulit berupa kerusakan jaringan kulit sangat berisiko tinggi [1,2,3].
Beberapa jenis penyakit kronis seperti penyakit ginjal, diabetes, multiple sclerosis dan penyakit jantung mampu mengganggu peredaran darah [1,2,3].
Karena peredaran darah terganggu, maka kondisi ini mampu memicu jaringan rusak akibat suplai oksigen dan nutrisi menuju jaringan tubuh secara memadai [1,2,3].
Oleh sebab itu, hal ini kemudian dapat meningkatkan risiko kondisi ulkus dekubitus [1,2,3].
Usia sangat berpengaruh dalam beberapa kasus ulkus dekubitus [1,2,3].
Usia di atas 70 tahun memiliki risiko ulkus dekubitus lebih besar karena biasanya lansia paling rentan terhadap masalah mobilitas tubuh [1,2,3].
Seiring bertambah tuanya usia dan fisik, jaringan tubuh pun tak sebaik dulu sehingga mudah mengalami kerusakan [1,2,3].
Kerusakan jaringan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik penyakit tertentu maupun pola hidup yang kurang sehat dan jaringan kulit adalah salah satu yang berisiko mengalami gangguan [1,2,3].
Beberapa kondisi gangguan saraf mampu memicu penurunan fungsi dan kemampuan persepsi sensorik [1,4].
Ketika hal ini terjadi, seseorang menjadi kehilangan kemampuan merasakan rasa sakit atau ketidaknyamanan di saat terdapat luka di tubuhnya [1,4].
Hal ini menjadi tanda utama dan vital yang perlu diwaspadai sebab mampu meningkatkan risiko ulkus dekubitus di mana penderita bisa saja tak menyadarinya [1,4].
Ketika kemapuan persepsi sensorik ini menurun atau hilang, maka sudah saatnya juga untuk mempertimbangkan perubahan posisi tubuh [1,4].
Kondisi lain yang juga tergolong sebagai peningkat risiko ulkus dekubitus adalah inkontinensia urine [1,2,,34].
Kulit biasanya menjadi lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan saat terpapar oleh urine akibat sering buang air kecil [1,2,3,4].
Selain inkontinensia urine, terlalu sering buang air besar juga berpotensi membuat kulit di area anus menjadi lebih rentan terhadap ulkus dekubitus [1,2,3,4].
Ulkus dekubitus dapat menimbulkan sejumlah gejala yang umumnya meliputi [1,2,3]:
Pada orang-orang yang menderita gangguan kesehatan dan harus benar-benar berbaring atau bed rest, berikut ini adalah bagian kulit tubuh yang rentan mengalami ulkus dekubitus [1,2,3] :
Sementara itu, bagi orang-orang yang harus menggunakan kursi roda sehari-hari, ulkus dekubitus rentan dialami pada bagian-bagian tubuh ini [1,2,3] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan, maka sebaiknya segera ubah posisi tubuh supaya tekanan bisa diredakan.
Namun jika dalam waktu kurang lebih 24-48 jam gejala tetap terjadi, ada baiknya berkonsultasi langsung dengan dokter.
Pemeriksaan dini akan membantu supaya penderita memperoleh penanganan secepatnya.
Untuk memastikan bahwa gejala yang dirasakan oleh penderita merupakan kondisi ulkus dekubitus, diperlukan adanya pemeriksaan fisik [1].
Dokter akan mengecek kondisi fisik pasien pada kulit di bagian-bagian tubuh yang lebih rentan mengalami ulkus dekubitus [1].
Setelah memastikan bahwa gejala merupakan tanda ulkus dekubitus, dokter akan menentukan tingkat keparahan lukanya [1].
Dari tingkat keparahan luka dan kondisi yang mendasari timbulnya ulkus dekubitus, dokter baru dapat menentukan pengobatan yang tepat [1].
Dokter juga perlu mengetahui informasi lainnya dari pasien melalui ajuan pertanyaan sebagai berikut [1] :
Jika dirasa bahwa pemeriksaan fisik masih kurang untuk bisa memastikan ulkus dekubitus, maka biasanya dokter meminta pasien menempuh beberapa tes penunjang seperti tes darah, MRI scan, dan biopsi tulang [5,6].
Penanganan untuk pasien ulkus dekubitus akan disesuaikan dengan tingkat keparahan luka, penyebab dari timbulnya gejala, dan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.
Namun secara umum, berikut ini merupakan beberapa metode yang umumnya diberikan dalam mengobati ulkus dekubitus.
1. Mengurangi Tekanan
Untuk mengurangi tekanan pemicu timbulnya luka di kulit beberapa bagian tubuh, beberapa hal ini sangat diperlukan.
Posisi tubuh dapat diubah berkala minimal setiap 15 menit atau 1 jam sekali, terutama bagi penderita yang harus terus berada di kursi roda [1,3].
Pada pasien yang harus terus beristirahat dengan berbaring di tempat tidur, setiap 2 jam dapat mengubah posisi tubuh [1,3].
Ada kasur khusus antidekubitus yang umumnya direkomendasikan oleh dokter supaya pasien yang harus berbaring atau lebih banyak di kursi roda dapat lebih nyaman [1,2].
Kasur antidekubitus pada dasarnya didesain untuk mengurangi tekanan supaya area kulit pasien tak mudah timbul luka [1,2].
Kasur ini juga berfungsi menjaga peredaran darah tetap lancar [1,2].
Walau menggunakan kasur antidekubitus, perubahan posisi tubuh tetap dianjurkan agar meminimalisir terjadinya luka.
2. Menempuh Diet dan Menggunakan Obat Pereda Nyeri
Untuk mempercepat penyembuhan gejala atau luka, pasien perlu menjalani diet tinggi nutrisi [1,2,3].
Selain itu, jika luka cukup mengganggu maka dapat menggunakan obat anti-inflamasi nonsteroid agar rasa sakitnya berkurang [7].
3. Merawat Luka
Penanganan ulkus dekubitus kedua adalah dalam bentuk perawatan luka yang ditentukan oleh seberapa parah luka pasien [1,2,3].
Perawatan luka pada dasarnya meliputi dua hal, yakni rajin membersihkan dan mengganti perban [1,2,3].
Selalu pastikan untuk membersihkan area kulit yang terluka dengan sabun tanpa kandungan alkohol dan pewangi (khusus untuk luka yang tidak terbuka) [1,2,3].
Selesai membersihkan, selalu langsung keringkan [1,2,3].
Jika luka pasien terbuka, maka setelah dibersihkan gunakan perban untuk menutup luka demi memperkecil risiko infeksi [1,2,3].
Setiap penggantian perban yang dilakukan berkala, luka tetap harus dibersihkan lebih dulu, yakni menggunakan cairan infus saline atau yang disebut juga dengan istilah air garam fisiologis [8].
4. Menempuh Tindakan Bedah
Pada tingkat keparahan paling serius di mana luka sulit untuk sembuh dan luka sudah terlampau dalam dan besar, dokter pasti merekomendasikan prosedur bedah [1,2,3].
Tujuan pembedahan adalah untuk memperbaiki menutupi luka serta memberi bantalan bagi tulang yang terpengaruh [1,2,3].
Bagaimana prognosis ulkus dekubitus?
Prognosis untuk kasus ulkus dekubitus tergolong bervariasi [1].
Sebuah hasil studi berhasil membuktikan bahwa 53% penderita ulkus dekubitus dapat sembuh dengan penggunaan obat herbal dari China dalam waktu 42 hari [1].
Sementara pada studi lainnya, hasil menunjukkan bahwa prognosis buruk karena ulkus dekubitus tidak bisa sembuh secara total [1].
Untuk membantu agar pasien bisa bertahan hidup dan secara berangsur pulih, diperlukan adanya pengobatan jangka panjang [1].
Ulkus dekubitus yang tak disadari dan terlambat mendapatkan penanganan dapat berkembang semakin buruk.
Berikut ini adalah sejumlah risiko komplikasi ulkus dekubitus di mana beberapa diantaranya mengancam jiwa penderita [1,2,9].
Ulkus dekubitus adalah kondisi yang dapat dicegah dengan tidak bertahan dalam posisi tubuh yang sama dalam waktu lama [3].
Oleh sebab itu, sering mengubah posisi tidur atau duduk dan berdiri bisa mengurangi tekanan pada kulit [3].
Selain itu, beberapa pola hidup sehat berikut bisa diterapkan untuk meminimalisir risiko ulkus dekubitus sekaligus menjaga kesehatan kulit [3].
Selain itu, untuk merawat kulit sebagai langkah pencegahan ulkus dekubitus, berikut ini adalah langkah yang paling dianjurkan [3] :
Pasien yang kesulitan bergerak dapat meminta tolong anggota keluarga, teman atau perawat untuk mengubah posisi tubuh jika sudah terlalu lama [3].
Pastikan ubah posisi tubuh setiap 1 jam sekali supaya tekanan pada kulit berkurang [3].
1. Syed Rafay H. Zaidi & Sandeep Sharma. Decubitus Ulcer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Surajit Bhattacharya & R. K. Mishra. Pressure ulcers: Current understanding and newer modalities of treatment. Indian Journal of Plastic Surgery; 2015.
3. National Health Service. Pressure ulcers (pressure sores). National Health Service; 2020.
4. B Paul J A Keller, Jan Wille, Bert van Ramshorst, & Christian van der Werken. Pressure ulcers in intensive care patients: a review of risks and prevention. Intensive care medicine; 2002.
5. Benjamin Levi & Riley Rees. Diagnosis and management of pressure ulcers. Clinics in Plastic Surgery; 2007.
6. Christian N Kirman, MD, John Geibel, MD, MSc, DSc, AGAF, Kat Kolaski, MD, Consuelo T Lorenzo, MD, Joseph A Molnar, MD, PhD, FACS, Michael Neumeister, MD, FRCSC, FRCSC, FACS, Adrian Popescu, MD, Patrick J Potter, MD, FRCP(C), Don R Revis Jr, MD, Richard Salcido, MD, Wayne Karl Stadelmann, MD, Francisco Talavera, PharmD, PhD, & Bradon J Wilhelmi, MD. Which lab tests are useful in the evaluation of pressure injuries (pressure ulcers)?. Medscape; 2020.
7. Nancy Strand, MPH, RN. Surgical Patient Education Program - Wound Home Skills Kit: Pressure Ulcers. American College of Surgeons; 2021.
8. Zena E H Moore & Seamus Cowman. Wound cleansing for pressure ulcers. Cochrane Library; 2013.
9. Nursing Home Law Center. Can Bed Sores Cause Cellulitis?. Nursing Home Law Center LLC; 2021.