Daftar isi
Venustraphobia adalah fobia spesifik di mana seseorang mengalami ketakutan berlebihan dan irasional terhadap perempuan cantik [1,2].
Jika pernah mendengar tentang gynophobia, fobia ini adalah ketakutan ekstrem terhadap wanita, sedangkan venustraphobia lebih kepada rasa takut terhadap wanita cantik [1,2].
Bila umumnya para pria akan dengan senang hati memiliki pasangan seorang perempuan dengan paras cantik, tentunya pria dengan kondisi venustraphobia justru sebaliknya karena diliputi rasa takut yang sangat besar [1,2].
Seperti pada fobia spesifik lainnya, penyebab venustraphobia belum diketahui secara jelas.
Meski begitu, terdapat sejumlah faktor yang mampu menjadi peningkat risiko seseorang mengalami venustraphobia seperti berikut :
Memiliki anggota keluarga inti dengan riwayat gangguan mental tertentu seperti depresi, gangguan kecemasan maupun fobia tertentu mampu meningkatkan risiko seseorang turut mengalami kondisi serupa.
Masih berhubungan dengan genetik, sifat atau kepribadian bawaan seperti lebih sensitif, lebih reaktif, mudah cemas dan mudah takut bisa menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko berkembangnya venustraphobia [1,2,3,4].
Kepercayaan diri yang rendah, ketakutan terhadap kegagalan dan ketakutan terhadap penolakan pun mampu meningkatkan risiko venustraphobia pada diri seseorang [1,2,3,4].
Seseorang menjadi takut berlebih terhadap perempuan cantik berpotensi besar pernah mengalami kejadian tak menyenangkan yang berkaitan dengan orang-orang seperti itu [1,2,3,4].
Pernah mendapat kekerasan verbal maupun fisik sewaktu masih kecil dari wanita dewasa yang berparas cantik dapat menjadi salah satu trauma besar [1,2,3,4].
Atau, pernah disakiti atau putus cinta dengan seorang wanita cantik berkali-kali adalah contoh lain dari kejadian yang membuat seseorang mengalami trauma berlebihan [1,2].
Hal ini kemudian menjadi penyebab penderita venustraphobia merasa dan selalu berpikir bahwa wanita cantik selalu berbahaya [1,2].
Bagi para penderita fobia ini, wanita cantik akan selalu berhubungan dengan hal-hal yang negatif; maka ketika mereka terlalu dekat, akan ada hal-hal buruk yang justru terjadi.
Seseorang mengalami venustraphobia tidak selalu karena mengalami sendiri hal-hal menyakitkan atau tak menyenangkan yang berkaitan dengan perempuan cantik [1,2,3,4].
Pernah melihat atau menjadi saksi bagaimana saudara laki-laki, ayah, atau sahabat laki-lakinya takut terhadap perempuan cantik maupun pernah disakiti oleh perempuan cantik, kondisi venustraphobia tanpa disadari bisa saja berkembang [1,2].
Membaca atau menonton sebuah cerita di mana wanita cantik digambarkan keji atau bahkan tak berperikemanusiaan bisa saja memengaruhi seseorang untuk merasa takut berlebih terhadap wanita cantik [2].
Pengaruh tontonan maupun bacaan cukup besar terhadap mental seseorang, terutama bila masih usia anak.
Tingkat stres tinggi pada seseorang dapat memicu fobia walaupun hal ini tergolong jarang dijumpai [2,3,4,5].
Stres memang tak selalu bisa dihindari karena selama hidup manusia akan menghadapi stres.
Namun ketika stres berat dialami secara berkepanjangan tanpa penanganan serius, hal ini akan berdampak buruk pada kualitas hidup.
Tak lagi mampu mengendalikan maupun mengelola stres dengan baik lama-kelamaan dapat memicu sebuah fobia tanpa penderitanya sendiri sadari.
Terdapat sejumlah gejala yang dapat dialami oleh penderita venustraphobia, mulai dari gejala psikis, gejala fisik, dan gejala perilaku seperti berikut.
Pemeriksaan fobia umumnya meliputi pemeriksaan fisik lebih dulu untuk memastikan apakah pasien memiliki gangguan fisik yang berkaitan dengan perkembangan gejala fobia.
Namun kemudian, pemeriksaan atau evaluasi psikologis tetap harus ditempuh di mana terapis akan memeriksa berdasar pada panduan kriteria diagnostik DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual 5th Edition) [6].
Pasien dengan gejala fobia tertentu dipastikan menderita kondisi tersebut apabila memenuhi kriteria DSM-5 seperti di bawah ini [6].
Sebelum terapis atau dokter menentukan penanganan terbaik bagi pasien, biasanya terapis meminta pasien menulis daftar gejala psikologis dan fisik yang selama ini diderita [7].
Pasien juga perlu memberi tahu apa saja pemicu gejala, bagaimana cara mengatasi rasa takut berlebihan itu, dan apa saja yang membuat gejala lebih buruk maupun lebih baik [7].
Bila pun pasien memiliki masalah atau situasi yang memicu kondisi gejala terjadi, maka dapat dikonsultasikan dengan terapis [7].
Pasien juga perlu menuliskan atau menginformasikan kepada terapis mengenai obat medis, vitamin, maupun herbal apa saja yang sedang dikonsumsi [7].
Seringkali efek obat tertentu mampu menjadi peningkat stres serta kecemasan.
Seperti pada jenis fobia spesifik lain, penanganan venustraphobia akan meliputi psikoterapi, pemberian obat-obatan untuk kecemasan dan depresi, hingga perubahan gaya hidup dan hipnoterapi bila diperlukan.
Metode psikoterapi yang paling umum diterapkan untuk pasien dengan fobia spesifik, termasuk venustraphobia adalah terapi perilaku kognitif [1,2,8].
Dalam prosedurnya, terapis akan membantu pasien untuk fokus pada proses identifikasi cara berpikir, reaksi dan keyakinan negatif terhadap sumber ketakutannya [1,2,8].
Selain proses identifikasi dan pemahaman mendalam mengenai kondisi yang dialami oleh pasien sendiri, terapis juga akan membimbing pasien dalam menghadapinya [1,2,8].
Terapi perilaku kognitif membantu pasien agar dapat mengendalikan gejala ketika harus berhadapan atau berinteraksi dengan wanita cantik [1,2,8].
Perubahan cara pikir, reaksi, dan perilaku dari negatif menjadi lebih positif terhadap segala hal yang berkaitan dengan wanita cantik—sumber ketakutan pasien selama ini [1,8].
Pada prosedur terapi ini, terapis akan mengekspos pasien pada sumber ketakutannya secara bertahap [1,2,4,5].
Tujuan pemaparan ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala kecemasan dan kepanikan dalam diri pasien dan supaya pasien lebih mampu untuk mengendalikannya [1,2,4,5].
Penderita venustraphobia perlu secara bertahap menghadapi wanita cantik, dimulai dari gambar maupun video yang akan diberikan oleh terapis.
Jika telah terbiasa dan berhasil mengendalikan rasa takut dari media yang diberikan terapis, terapis akan membantu pasien berinteraksi perlahan dengan wanita-wanita cantik.
Proses belajar berinteraksi ini tentu dilakukan dalam cara yang lebih terkendali.
Semua dilakukan secara bertahap sampai pasien benar-benar bisa mengendalikan gejala dan situasi tanpa serangan panik.
Terapis bahkan akan membantu pasien dalam mempersiapkan kalimat yang ingin disampaikan oleh pasien apabila bertemu dengan seorang wanita cantik.
Hal tersebut dapat dijadikan bagian dari latihan berinteraksi agar rasa percaya diri dan citra diri pasien meningkat.
Ketika pasien telah menyiapkan mental, emosional, dan fisik secara maksimal, kemunculan gejala fobia setidaknya dapat diminimalisir.
Hipnoterapi adalah metode terapi lain yang juga secara umum pasien fobia dapat tempuh untuk meredakan gejala fobia [9].
Hipnoterapi sendiri juga masih termasuk psikoterapi di mana pasien akan dibuat dalam kondisi fokus namun rileks lebih dulu [9].
Ketika pasien berhasil membuka diri kepada terapis mengenai traumanya di masa lalu, terapis kemudian baru memberi sugesti sesuai kondisi pasien [9].
Pemberian sugesti tertentu bertujuan utama mengubah reaksi, pikiran, dan perilaku negatif pasien karena sumber ketakutannya [9].
Melalui hipnoterapi yang diberikan oleh terapis, pasien biasanya kemudian mampu menghadapi segala ketakutannya secara lebih mudah dan tenang [9].
Selesai memasukkan sugesti, pasien dikembalikan ke alam sadar dan mengalami pengurangan pada gejala setiap berhadapan dengan sumber ketakutan [9].
Selain psikoterapi, biasanya terapis juga akan meresepkan obat-obatan antidepresi dan anticemas [1,2,3,4,5].
Beta-blockers, benzodiazepine dan antidepresan merupakan obat-obat yang pasien perlu gunakan untuk meredakan gejala [5].
Seringkali psikoterapi dan obat-obatan tidak begitu cukup dalam mengurangi gejala-gejala fobia spesifik.
Pasien venustraphobia pun selama menjalani psikoterapi dan farmakoterapi dapat menerapkan pola hidup lebih sehat.
Rajin latihan pernafasan, meditasi, latihan Yoga, hingga mengonsumsi makanan bergizi akan sangat membantu pemulihan [1,10,11].
Bagi pecinta kopi dan minuman berkafein lainnya, hentikan lebih dulu kebiasaan konsumsi ini karena kafein hanya akan meningkatkan kecemasan dalam diri [1,12].
Venustraphobia yang tidak segera memperoleh penanganan berisiko memicu risiko komplikasi seperti [1,2]:
Belum diketahui hingga kini cara terbaik dalam mencegah fobia spesifik, termasuk pada kasus venustraphobia.
Namun bila ingin meminimalisir risiko komplikasi dan memburuknya gejala, gejala-gejala awal yang mengarah pada venustraphobia perlu segera diperiksakan.
1. Psych Times. Venustraphobia (Fear of Beautiful Women). Psych Times; 2021.
2. Jacob Olesen. Fear of Beautiful Women Phobia – Venustraphobia or Caligynephobia. FearOf; 2020.
3. René Garcia. Neurobiology of fear and specific phobias. Learning Memory; 2017.
4. William W Eaton, O Joseph Bienvenu, & Beyon Miloyan. Specific phobias. HHS Public Access; 2020.
5. Chandan K. Samra & Sara Abdijadid. Specific Phobia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed. American Psychiatric Association. Washington, DC; 2013.
7. Lisa Fritscher & Daniel B. Block, MD. DSM-5 Diagnostic Criteria for a Specific Phobia. Verywell Mind; 2021.
8. George D. Tsitsas & Antonia A. Paschali. A Cognitive-Behavior Therapy Applied to a Social Anxiety Disorder and a Specific Phobia, Case Study. Health Psychology Research; 2014.
9. Joseph A Hirsch. Integrating Hypnosis with Other Therapies for Treating Specific Phobias: A Case Series. American Journal of Clinical Hypnosis; 2018.
10. Elizabeth Aylett, Nicola Small, & Peter Bower. Exercise in the treatment of clinical anxiety in general practice – a systematic review and meta-analysis. BMC Health Services Research; 2018.
11. Josefien J. F. Breedvelt, Yagmur Amanvermez, Mathias Harrer, Eirini Karyotaki, Simon Gilbody, Claudi L. H. Bockting, Pim Cuijpers, & David D. Ebert. The Effects of Meditation, Yoga, and Mindfulness on Depression, Anxiety, and Stress in Tertiary Education Students: A Meta-Analysis. Frontiers in Psychiatry; 2019.
12. Gareth Richards & Andrew Smith. Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology; 2015.