Tinjauan Medis : dr. Puspasari Septama Susanto
Abacavir adalah obat anti-retroviral untuk terapi infeksi human immunodeficiency virus (HIV)-1. Abacavir befungsi sebagai penghambat nucleoside reverse transcriptase (NRTI) untuk menghambat replikasi virus
Abacavir adalah obat yang digunakan untuk terapi infeksi HIV. Obat HIV tidak dapat menyembuhkan HIV/AIDS, tetapi penggunaan obat HIV secara rutin dapat meningkatkan harapan hidup pasien dan membuatnya lebih sehat.[1]
Daftar isi
Berikut ini info mengenai Abacavir yang perlu diperhatikan: [1][2]
Indikasi | Obat terapi infeksi HIV |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Dewasa dan anak-anak minimal usia 3 bulan |
Kelas | Antiretroviral |
Bentuk | Tablet, sirup |
Dosis | Dewasa : → 600 mg 1 kali sehari atau 300 mg 2 kali sehari. Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1 Anak Anak : Sirup: → 8 mg/kg 2 kali sehari atau 16 mg/kg 1 kali sehari. Maksimal 600 mg/hari. Tablet: → 14 – < 20 kg: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg 1 kali sehari. → 20 – < 25 kg: 150 mg pagi hari dan 300 mg sore hari, atau 450 mg oral 1 kali sehari. → > 25 kg: 300 mg 2 kali sehari atau 600 mg 1 kali sehari Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1 |
Kontraindikasi | Hipersensitif. Gangguan hati. Pasien dengan HLA-B*57:01 allele. Ibu menyusui. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut wajib berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter sebelum menggunakan Abacavir → Pasien dengan faktor risiko gangguan hati, seperti obesitas. → Pasien dengan faktor resiko penyakit jantung koroner. → Pasien dengan penyakit ginjal atau hati. → Ibu hamil. |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada hewan percobaan menunjukkan adanya pengaruh buruk pada janin dan belum ada studi pada wanita atau studi pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat kategori ini dapat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada risiko terhadap janin. |
Abacavir adalah obat yang digunakan untuk terapi infeksi HIV. Abacavir berguna sebagai inhibitor sel HIV sehingga menghambat perbanyakan virus. Penggunaan Abacavir dikombinasikan dengan obat HIV lain. Abacavir dapat diberikan untuk pasien dewasa dan anak-anak minimal usia 3 bulan.
Pemberian obat kepada pasien HIV/AIDS tidak dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Namun, pemberian obat dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pemberian obat HIV juga dapat membuat pasien dapat hidup lebih sehat. Pemberian Abacavir dapat mengurangi risiko munculnya komplikasi HIV, seperti kanker. Obat HIV juga dapat mengurangi risiko penularan HIV. [1][2]
Abacavir juga dapat diberikan kepada orang yang mengalami pajanan infeksi HIV. Baik itu pajanan okupasi (pajanan di tempat kerja) maupun pajanan nonokupasi (misal: pajanan akibat seks). Hal ini untuk mengurangi risiko tertular infeksi HIV.
Pemberian Abacavir pada pasien HIV dapat dibagi menjadi dua, yaitu pada pasien dewasa dan anak-anak. Dosis mungkin berbeda bergantung keadaan pasien dan petunjuk dokter.
Berikut penjelasan dosis untuk pasien dewasa:[2]
Oral/Diminum → 300 mg 2 kali sehari atau → 600 mg 1 kali sehari |
Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1.
Oral/Diminum → 300 mg 2 kali sehari atau → 600 mg 1 kali sehari Durasi terapi: 28 hari, jika ditoleransi |
Oral/Diminum → 300 mg 2 kali sehari atau → 600 mg 1 kali sehari Durasi terapi: 28 hari |
Berikut penjelasan dosis untuk pasien anak-anak:[2]
Sirup → 8 mg/kg 2 kali atau → 16 mg/kg 1 kali sehari secara oral → Dosis Harian Maksimum: 600 mg/hari |
Tablet: ⇔ Berat badan 14 kg sampai kurang dari 20 kg: → 150 mg 2 kali sehari, atau → 300 mg 1 kali sehari ⇔ Berat badan 20 kg sampai kurang dari 25 kg : → 150 mg pada pagi hari dan 300 mg pada sore hari, atau → 450 mg 1 kali sehari ⇔ Berat badan lebih dari 25 kg: → 300 mg 2 kali sehari, atau → 600 mg 1 kali sehari |
Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1. [2]
Secara umum, efek samping yang dapat ditimbulkan Abacavir antara lain:[2][4]
Pada keadaan yang lebih serius, Abacavir juga dapat menyebabkan kondisi hipersensitif, nafas tersengal, dan faringitis. Abacavir dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan nyawa. Hal ini termasuk efek berupa peningkatan asam laktat di dalam darah (atau disebut asidosis laktat) dan juga gangguan hati. [2][4]
Abacavir menyebabkan kontraindikasi pada pasien dengan hipersensitif Abacavir dan pasien dengan HLA-B*5701-positive. Screening HLA-B*5701 allele dibutuhkan untuk inisiasi Abacavir. Screening HLA-B*5701 allele juga dibutuhkan untuk inisiasi ulang pada pasien yang sebelumnya toleran terhadap Abacavir, tetapi status HLA-B*5701 belum diketahui. [2]
Pasien mungkin tidak mengalami seluruh efek samping secara langsung. Namun, pasien mungkin membutuhkan penanganan medis lebih lanjut jika mengalami salah satu efek samping.
Segera hubungi dokter jika mengalami salah satu atau beberapa efek samping berikut:[2]
Efek samping yang jarang terjadi:
Efek samping yang langka terjadi:
Insiden yang tidak diketahui:
Efek Samping Berlanjut
Beberapa efek samping Abacavir mungkin tidak membutuhkan penanganan khusus. Efek samping dapat terjadi akibat tubuh menyesuaikan diri terhadap obat.
Tenaga medis mungkin dapat memberi tahu cara mencegah atau mengurangi efek samping. Hubungi tenaga medis jika efek samping berikut terasa mengganggu atau berlanjut: [2]
Efek samping yang umum terjadi:
Efek samping yang jarang terjadi:
Insiden yang tidak diketahui:
Penyimpanan | → Simpan tablet Abacavir pada suhu ruang 20-25 ° C. → Sirup Abacavir dapat disimpan di lemari es atau pun pada suhu ruang. Namun, jangan simpan obat ini di dalam freezer. → Tutup rapat wadah Abacavir. → Jangan gunakan Abacavir jika segel rusak. → Buang Abacavir yang sudah kedaluwarsa. Ikuti panduan FDA mengenai cara membuang obat dengan aman. Jangan dibuang sembarangan atau pun dimasukkan ke dalam toilet. → Jangan disimpan di kamar mandi. → Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan. |
Cara Kerja | → Abacavir termasuk ke dalam kelas antiretroviral yang disebut nucleoside analogues. Abacavir menghalangi enzim yang disebut reverse transcriptase (RT). Enzim tersebut diperlukan sel HIV untuk membuat virus baru. Abacavir menghambat aktivitas enzim tersebut sehingga mengurangi kemampuan perbanyakan HIV. |
Interaksi dengan obat lain | Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai obat-obatan lain yang digunakan. → Beberapa obat dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan level Abacavir. → Peningkatan level Abacavir dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping. → Penurunan level Abacavir dapat menjadikan HIV resisten terhadap Abacavir. → Obat-obatan lain yang tidak mempengaruhi level Abacavir tetapi mempunyai efek samping sama dengan Abacavir sebaiknya dihindari. |
Interaksi dengan makanan | → Penggunaan alkohol pada pria meningkatkan Abacavir di dalam darah, sehingga dapat meningkatkan efek toksin. → Dapat mengurangi level methadone dalam darah, sehingga penyesuaian dosis mungkin dibutuhkan. |
Overdosis | ⇔ Gejala: Pingsan, gangguan pernafasan, dan gejala serius lainnya ⇔ Manajemen: Segera hubungi petugas kesehatan. Pasien perlu dipantau dan diberi terapi pendukung. Belum diketahui apakah dialisis peritoneal dan hemodialisis dapat digunakan untuk mengeluarkan Abacavir. [3][4] |
Apakah Abacavir menyebabkan kegemukan?
Pasien HIV dapat mengalami kondisi yang disebut lipodistrofi. Lipodistrofi merupakan suatu keadaan akibat gangguan pada lemak di dalam tubuh yang disebabkan penggunaan antiretroviral. Tanda lipodistrofi terkadng berbeda bagi setiap orang. Lipodistrofi dapat ditandai penurunan lemak pada seseorang, sedangkan pada orang lain menyebabkan penaikan lemak. Seseorang juga dapat mengalami penurunan dan penaikan lemak sekaligus. Di antara antiretroviral lain, Abacavir mempunyai risiko paling kecil dalam menyebabkan lipodistrofi. [5]
Apakah Abacavir menyebabkan nyeri perut?
Abacavir dapat menyebabkan efek samping berupa nyeri perut. Namun, hal ini termasuk kasus yang jarang terjadi. Segera hubungi dokter jika mengalami hal tersebut. [2]
Bagaimana pemberian Abacavir pada pasien yang memiliki gangguan ginjal?
Abacavir dapat diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan ginjal. Dalam hal ini, penyesuaian dosis tidak diperlukan. Pasien dapat diberikan dosis sesuai dosis harian, yaitu 300 mg 2 kali sehari atau 600 mg 1 kali sehari. Namun, pada keadaan-keadaan tertentu (misal: gagal ginjal kronis), pemberian Abacavir sebaiknya tidak dilakukan. Konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi ginjal. [6][1]
Apakah Abacavir boleh dikonsumsi oleh pasien yang memiliki gangguan hati?
Abacavir dapat diberikan kepada pasien dengan gangguan hati, tetapi dosis menyesuaikan keadaan pasien sesuai dengan petunjuk dokter. [6]
Apakah ibu menyusui boleh menggunakan Abacavir?
Secara umum, di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, ibu yang terinfeksi HIV tidak dianjurkan memberikan ASI. Namun, berdasarkan WHO, jika tidak terdapat makanan pengganti yang dapat diterima, layak, mudah didapat terus-menerus, dan aman (AFASS = Acceptable, feasible, sustainable, and safe), sebaiknya ibu hamil dan menyusui diberi asuhan terapi antiretroviral selama durasi risiko penularan dari ibu ke anak.
Di sisi lain, penggunaan Abacavir pada ibu menyusui tidak direkomendasikan. Pilihan terapi HIV yang utama bagi ibu menyusui adalah tenofovir, efavirenz, dan lamivudine atau emtricitabine. [2][4]
Berikut ini contoh merek dagang obat yang mengandung Abacavir, termasuk yang sudah dikombinasikan dengan obat lain:
Brand Merek Dagang |
Ziagen |
Epzicom (Abacavir + Lamivudine) |
Trizivir (Abacavir + Lamivudine + Zidovudine) |
1) Anonim. diakses 2020. Mims Indonesia. Abacavir.
2) Anonim. diakses 2020. Drugs.com. Abacavir.
3) Anonim. diakses 2020. webmd. Abacavir.
4) Anonim. diakses 2020. aidsinfo.nih.gov. Abacavir.
5) Thaczuk D, Ziegler B. diakses 2020. catie.ca. Abacavir (Ziagen).
6) Anonim, diakses 2020. aidsinfo.nih.gov. Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in Adults and Adolescents with HIV