Tinjauan Medis : dr. Puspasari Septama Susanto
Abacavir dan lamivudine adalah kombinasi obat yang termasuk dalam golongan nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). NRTI adalah salah satu dari enam golongan obat antiretroviral untuk menekan... perkembangbiakan human immunodeficiency virus-1 (HIV-1) dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase yang dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri. Abacavir bekerja sebagai analog (menyerupai) nukleosida guanosin yang mengalami penambahan gugus fosfat menjadi karbovir trifosfat sebagai penghambat enzim RNA-dependent DNA polymerase. Sedangkan Lamivudin bekerja sebagai analog nukleosida sitosin dengan penambahan tiga gugus fosfat untuk menghentikan proses pembentukan rantai DNA virus. Keduanya berujung pada penghambatan replikasi HIV-1, jenis virus yang paling sering menjangkit penderita HIV-AIDS. Perlu menjadi perhatian bahwa oabt-obatan ini tidak bertujuan untuk menyembuhkan, namun menghambat keparahan penyakit dan membantu penderita lebih sehat. Selain itu, pengobatan ini pun dapat menimbulkan beberapa efek samping yang mungkin dapat mengganggu penderita seperti batuk, diare, demam, sakit kepala, gelisah, sulit tidur, hingga reaksi hipersensitivitas yang dapat berakibat fatal, teruama pada mereka yang memiliki alel HLA-B*5701 pada gen tubuhnya. Karena itu, dokter akan memeriksa dan memantau kondisi kesehatan secara umum sebelum dan selama pengobatan. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat ini. Meskipun dapat terasa tidak nyaman, namun penghentian pengobatan sendiri tanpa konsultasi dokter malah akan memperburuk kondisi penderita. Berdiskusilah dengan tenaga kesehatan dan ikuti anjuran dokter untuk kondisi kesehatan yang lebih baik. Read more
Abacavir + Lamivudine adalah kombinasi obat yang digunakan dalam perawatan infeksi HIV. Kombinasi obat ini bermanfaat untuk mencegah perbanyakan HIV di dalam tubuh, bukan menyembuhkan HIV/AIDS. [1]
Daftar isi
Apa Itu Abacavir + Lamivudine?
Berikut ini adalah informasi mengenai Abacavir + Lamivudine yang perlu diperhatikan: [1][2]
Indikasi | Obat infeksi HIV |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Dewasa dan anak-anak minimal 25 kg |
Kelas | Antiviral |
Bentuk | Tablet |
Dosis | Dewasa : → 1 tablet 1 kali sehari Anak Anak minimal 25 kg : → 1 tablet 1 kali sehari |
Kontraindikasi | Hipersensitif. Gangguan hati. Ibu menyusui. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut wajib berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter sebelum menggunakan Abacavir + Lamivudine: → Pasien dengan penyakit jantung koroner. → Pasien dengan penyakit hepatitis kronis B atau C. → Pasien dengan penyakit ginjal dengan CrCl < 50 mL/min. → Ibu hamil. ↔ Dapat memperburuk Hepatitis B. ↔ Sebelum melakukan pengobatan, sebaiknya dilakukan screening HLA-B*5701. |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada hewan percobaan menunjukkan adanya pengaruh buruk pada janin dan belum ada studi pada wanita atau studi pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat kategori ini dapat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada risiko terhadap janin. |
Manfaat Abacavir + Lamivudine
Abacavir + Lamivudine adalah kombinasi obat yang digunakan untuk terapi infeksi HIV.
Satu tablet obat ini terdiri dari 600 mg Abacavir dan 300 mg Lamivudine. Obat ini dapat diberikan kepada orang dewasa dan anak-anak dengan berat badan minimal 25 kg.
HIV/AIDS belum dapat disembuhkan dengan obat. Namun, obat HIV dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien pun dapat hidup dengan lebih sehat.
Obat HIV mengurangi risiko penyakit lain yang timbul akibat komplikasi HIV. Obat HIV juga bermanfaat untuk mengurangi risiko penularan HIV. [3][4]
Abacavir + Lamivudine juga dapat digunakan bagi orang yang terkena pajanan HIV. Hal ini termasuk pajanan okupasi (pajanan di tempat kerja) dan pajanan nonkupasi (seperti risiko penularan akibat seks).
Penggunaan Abacavir + Lamivudine dapat mengurangi risiko tertular bagi orang yang mengalami pajanan HIV.
Dosis Abacavir + Lamivudine
Dosis pemberian Abacavir + Lamivudine dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dosis untuk dewasa dan untuk anak-anak. Dosis mungkin berbeda, bergantung pada keadaan pasien dan petunjuk dokter.
Dosis Dewasa
Berikut ini dosis bagi orang dewasa pada umumnya. Terbagi menjadi tiga: untuk pasien HIV, untuk pajanan okupasi, dan untuk pajanan nonokupasi. [1]
Dosis bagi Pasien HIV
Oral (Diminum) → 1 tablet 1 kali sehari |
Penggunaan: Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1.
Dosis bagi Pajanan Okupasi
Oral (Diminum) → 1 tablet 1 kali sehari Durasi terapi: 28 hari, jika ditoleransi |
- Hanya melalui konsultasi ahli, sebagai bagian dari terapi alternatif untuk profilaksis pasca pajanan HIV.
- Profilaksis sebaiknya dimulai secepat mungkin, sebaiknya dalam hitungan jam setelah pajanan.
- Durasi profilaksis optimal mungkin berbeda, bergantung ketentuan institusi.
- Pedoman terbaru sebaiknya dikonsultasikan sebagai informasi tambahan.
Dosis bagi Pajanan Nonokupasi
Oral (Diminum) → 1 tablet 1 kali sehari Durasi terapi: 28 hari |
- Direkomendasikan sebagai bagian dari terapi alternatif (NNRTI-based, protease inhibitor-based, atau triple NRTI) untuk pajanan nonkupasi infeksi HIV.
- Profilaksis sebaiknya dimulai secepat mungkin, dalam waktu 72 jam setelah pajanan.
- Pedoman terbaru sebaiknya dikonsultasikan sebagai informasi tambahan.
Dosis Anak
Berikut ini adalah dosis Abacavir + Lamivudine bagi pasien HIV anak.[1]
Oral (Diminum) ⇔ Minimal berat badan 25 kg → 1 tablet 1 kali sehari |
Penggunaan: Dikombinasikan dengan antiretroviral lain untuk terapi infeksi HIV-1.
- Penggunaan obat dengan komponen terpisah direkomendasikan bagi pasien dengan berat kurang dari 25 kg. Informasi produk pabrikan sebaiknya dikonsultasikan.
- Sebelum meresepkan obat ini, kemampuan menelan tablet sebaiknya dipertimbangkan.
Efek Samping Abacavir + Lamivudine
- Reaksi hipersensitif
Salah satu komponen Abacavir + Lamivudine, yaitu Abacavir, rentan menyebabkan reaksi hipersensitif. Pasien dengan HLA-B*5701 allele mempunyai risiko tinggi mengalami reaksi hipersensitif.
Meskipun demikian, pasien tanpa HLA-B*5701 allele pun dapat mengalami reaksi hipersensitif. Diperlukan screening HLA-B*5701 allele sebelum pemberian Abacavir + Lamivudine.
Jika terjadi reaksi hipersensitif, pemberian Abacavir + Lamivudine sebaiknya tidak dilanjutkan. Begitu pun pemberian obat-obat lain yang mengandung Abacavir. Hal ini untuk mencegah gejala lain yang lebih parah, termasuk dapat mengancam nyawa.
Pasien yang kembali menggunakan Abacavir dan sebelumnya tidak mengalami hipersensitif pun dapat mengalami reaksi serupa, walaupun kasus tersebut tergolong jarang. [1]
- Keparahan hepatitis B
Keparahan akut berat hepatitis B dilaporkan pada pasien yang terinfeksi virus hepatitis B dan HIV dan menghentikan penggunaan Lamivudine. Konsultasikan dengan dokter sebelum berhenti menggunakan Lamivudine atau Abacavir + Lamivudine untuk menghindari keparahan. Fungsi hati sebaiknya dipantau secara medis bagi pasien yang menghentikan penggunaan Abacavir dan Lamivudine serta terinfeksi hepatitis B dan HIV-1. Terapi anti-hepatitis B mungkin dibutuhkan. [1]
Selain hal-hal di atas, berikut ini efek samping lain yang mungkin ditimbulkan Abacavir + Lamivudine. Segera hubungi dokter jika terjadi hal-hal berikut: [1]
Efek samping yang umum terjadi:
- Batuk
- Diare
- Demam
- Sakit kepala
- Mual
- Mati rasa atau kesemutan pada wajah, kaki, dan tangan
- Nyeri sendi
- Nyeri otot
- Ruam kulit
- Sakit tenggorokan
- Nyeri perut
- Pembengkakan kaki
- Perasaan sakit atau tidak nyaman yang tidak biasa
- Kelelahan yang tidak biasa
- Muntah
Insiden yang tidak diketahui:
- Kulit melepuh, mengelupas, atau mengendur
- Kembung
- Perasaan seperti terbakar, kesemutan, nyeri, atau mati rasa
- Nyeri dada
- Konstipasi
- Urin berwarna pekat
- Menggigil
- Nafsu makan berkurang
- Diare
- Sulit menelan
- Pusing
- Detak jantung cepat
- Nafas cepat dan dangkal
- Perasaan kenyang
- Perasaan tidak nyaman yang umum
- Gatal atau bilur
- Gangguan pencernaan
- Feses berwarna terang
- Kehilangan nafsu makan
- Kehilangan kontrol kandung kemih
- Keram otot
- Kejang otot atau terjadi sentakan pada tangan dan kaki
- Sakit pada perut dan dapat menjalar ke punggung
- Kulit pucat
- Bengkak pada kelopak mata, atau sekitar mata, wajah, bibir, atau lidah
- Mata merah iritasi
- Lesi merah pada kulit,sering disertai bagian tengah berwarna ungu
- Kejang-kejang
- Mengantuk
- sariawan pada mulut atau bibir
- Hilang kesadaran mendadak
- Bengkak, nyeri, atau lomfadenopati pada leher, ketiak, atau pangkal paha
- Dada terasa tertekan
- Sesak nafas
- Ganguan keseimbangan
- Nyeri perut kanan atas
- Lengan, tangan, atau kaki terasa lemah
- Mata dan kulit kuning
Efek Samping Berkelanjutan
Beberapa gejala efek samping Abacavir + Lamivudine mungkin tidak membutuhkan penanganan medis. Hal ini disebabkan efek tersebut terjadi akibat tubuh sedang menyesuaikan diri dengan obat.
Tenaga medis mungkin bisa memberi tahu cara mencegah atau mengurangi efek yang dialami. Hubungi tenaga medis jika gejala berikut terasa mengganggu atau berlangsung terus-menerus: [1]
Efek samping yang umum terjadi:
- Mimpi yang tidak biasa
- Perasaan terbakar pada perut atau dada
- Takut atau gelisah
- Merasa lingkungan sekitar atau diri sendiri bergerak konstan
- Kepala terasa ringan
- Perasaan berputar
- Kepala sakit dan berdenyut
- Gangguan perut
- Perut terasa melembut
- Gangguan tidur
Insiden yang tidak diketahui:
- Suara nafas tidak normal
- Pandangan buram
- Perasaan terbakar, menggerayang, menusuk, mati rasa, atau kesemutan
- Mulut kering
- Kulit kering, memerah
- Aroma nafas seperti buah
- Penggemukan pada area leher, punggung atas, dada/payudara, wajah, atau pinggang
- Rambut rontok
- Rasa lapar meningkat
- Rasa haus meningkat
- Otot lemah
- Bengkak atau inflamasi pada mulut
- Rambut menipis
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
Mungkin terdapat efek samping yang tidak tercantum pada daftar di atas. Segera hubungi dokter jika mengalami hal tersebut.
Detail Abacavir + Lamivudine
Penyimpanan | → Simpan pada suhu di bawah 30°C. → Hindari menyimpan di tempat lembab. → Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan. |
Cara Kerja | → Abacavir dan Lamivudine termasuk ke dalam kelas nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs). Keduanya bekerja dengan cara menghambat reverse transcriptase (RT) pada virus. Hal ini mengurangi kemampuan HIV berkemang biak. |
Interaksi dengan obat lain | → Dapat meningkatkan efek samping Emitricitabine. → Meningkatkan risiko kegagalan hati dengan Interferon Alfa. → Meningkatkan hepatotoksisitas dengan Ribavirin. → Dapat meningkatkan serum level Lamivudine dengan Co-Trimoxazole. → Abacavir dapat mengurangi efektivitas Methadone. → Konsentrasi Lamivudine dapat berkurang karena Sorbitol. Mungkin terdapat obat-obat lain yang berpengaruh dengan Abacavir + Lamivudine. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai obat-obat yang pernah dan sedang digunakan. |
Interaksi dengan makanan | → Etanol (alkohol) meningkatkan serum level Abacavir dan risiko toksisitas bertambah. |
Overdosis | ⇔ Gejala: Sama seperti efek samping, termasuk asidosis laktat, peningkatan kreatinin fosfokinase, dan gejala lainnya. ⇔ Cara Mengatasi: Terapi pendukung dan sesuai gejala. Dapat dilakukan hemodialisis karena Lamivudine dapat didialisis. |
Pertanyaan Seputar Abacavir + Lamivudine
Apa yang harus dilakukan jika lupa meminum Abacavir + Lamivudine?
Jika lupa mengonsumsi Abacavir + Lamivudine, segera konsumsi ketika ingat. Namun, jika waktu sudah berdekatan dengan jadwal dosis selanjutnya, cukup minum pada jadwal selanjutnya sesuai dosis seperti biasa. Jangan menggandakan dosis. [1]
Apakah Abacavir + Lamivudine boleh diminum oleh ibu menyusui?
Ibu yang terinfeksi HIV tidak dianjurkan untuk menyusui. Namun, menurut WHO, jika tidak tersedia makanan pengganti yang dapat diterima, layak, mudah didapat terus-menerus, dan aman (AFASS =Acceptable, feasible, sustainable, and safe), sebaiknya ibu hamil dan ibu menyusui diberi asuhan terapi antiretroviral selama durasi risiko penularan dari ibu ke anak.
Di sisi lain, Abacavir dan Lamivudine terbawa ke dalam ASI. Namun, belum diketahui efek Abacavir dan Lamivudine terhadap bayi maupun terhadap produksi ASI. [4]
Apakah Abacavir + Lamivudine aman bagi lansia?
Belum ada laporan lebih lanjut mengenai pengaruh Abacavir + Lamivudine bagi lansia. Meskipun demikian, pasien lansia mempunyai risiko tinggi mengalami gangguan hati, ginjal, jantung, dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, hal-hal tersebut perlu diperhatikan sebelum pemberian Abacavir + Lamivudine bagi lansia. [1][4]
Apakah diperlukan pemantauan khusus bagi pasien yang mengonsumsi Abacavir + Lamivudine?
Pemantauan khusus mungkin diperlukan untuk mengamati fungsi hati, gula darah, trigliserida, amilase, bilrubin, serum kreatinin kinase, dan parameter hematologi. Tes fungsi hati dan tes haptitis B juga diperlukan bagi pasien yang mengalami penyakit hepatitis B. Pemantauan reaksi hipersensitif juga diperlukan. [2]
Contoh Merek Dagang Abacavir + Lamivudine
Berikut ini adalah contoh merek dagang obat yang mengandung Abacavir + Lamivuden. Beberapa di antaranya selain mengandung Abacavir + Lamivudine, juga mengandung bahan lainnya.
Brand Merek Dagang |
Epzicom (Abacavir + Lamivudine) |
Triumeq (Abacavir + Lamivudine + Dolutegravir) |
Trizivir (Abacavir + Lamivudine + Zidovudine) |