Penyakit & Kelainan

Abses Otak : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Abses Otak?

Abses Otak ( img : Case Western Reserve University )

Abses otak adalah kondisi ketika infeksi atau cedera pada otak kemudian menyebabkan timbulnya kumpulan nanah pada jaringan otak [1,2,3,4,5,6,7].

Walau orang-orang yang memiliki imunitas rendah lebih rentan terhadap abses otak, penyakit ini sangat jarang terjadi.

Bila seseorang mengalami abses otak dan tidak segera ditangani, abses otak akan mengancam jiwa penderitanya.

Tinjauan
Abses otak adalah penumpukan nanah pada jaringan otak akibat infeksi atau cedera pada otak yang jika tak mendapatkan penanganan cepat akan berakibat fatal.

Fakta Tentang Abses Otak

  1. Di Amerika Serikat, tercatat per tahunnya kasus abses otak dapat mencapai 1.500-2.000 kasus [2].
  2. Abses otak dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa di mana risiko lebih tinggi pada anak usia bayi serta 4-7 tahun dan orang dewasa laki-laki usia di bawah 30 tahun [2].
  3. Abses otak adalah suatu jenis penyakit yang fatal dan mematikan di masa lampau, namun menurut para peneliti pada tahun 2014 penanganan untuk abses otak telah berkembang pesat sehingga meningkatkan peluang hidup penderitanya [3].
  4. Sebelum adanya obat antibiotik, tingkat kematian abses otak tergolong sangat tinggi di mana terdapat 5-6 penderita abses otak di Indonesia yang meninggal [4].
  5. Pada tahun 1950-1960 terdapat angka kematian 6% dari 35 penderita abses otak otogenik, dan dari 18 kasus pada tahun 1861-1971, angka kematian berhasil turun hingga 0% [4].
  6. Abses otak diketahui lebih banyak terjadi di negara berkembang, namun prevalensinya di Indonesia belum jelas.

Penyebab Abses Otak

Jamur atau bakteri yang menginfeksi jaringan otak menjadi penyebab paling umum dari kondisi abses otak.

Bakteri golongan Enterobacter, Staphylococcus, Streptococcus, Bacteriodes, atau Streptococcus adalah yang paling sering menjadi penyebab nanah menumpuk pada otak [1,2,3,6].

Sementara untuk jamur, golongan Toxoplasma gondii dan Aspergilus adalah yang paling sering menyebabkan pembentukan abses di otak.

Radang dan pembengkakan dapat terjadi pada bagian otak yang telah terinfeksi oleh parasit, bakteri ataupun jamur.

Pada kondisi seperti ini, artinya abses meliputi sel-sel darah putih aktif dan mati yang serta sel-sel otak yang sudah terinfeksi.

Ketika abses semakin besar, abses akan memberi tekanan pada area sekeliling jaringan otak yang kemudian berdampak pada penyumbatan pembuluh darah.

Ketika pembuluh darah terhambat, aliran darah menjadi tidak lancar yang artinya suplai oksigen dan nutrisi yang seharusnya sampai ke otak pun terhambat.

Jika tak segera mendapatkan penanganan, jaringan otak tak mendapatkan oksigen dan nutrisi cukup yang memicu kerusakan serius pada organ vital ini.

Meski penyebab utama adalah infeksi bakteri atau jamur, terdapat sejumlah faktor yang mampu memperbesar potensi seseorang lebih mudah mengalami abses otak, antara lain adalah [1,2,3,4,5,6,7] :

  • Memiliki penyakit jantung bawaan
  • Mengalami infeksi kulit
  • Mengalami infeksi panggul
  • Mengalami endokarditis atau infeksi pada lapisan bagian dalam jantung (endokardium)
  • Mengalami infeksi paru
  • Mengalami infeksi pada rongga perut
  • Mengalami infeksi telinga
  • Mengalami abses gigi
  • Mengalami sinusitis
  • Mengalami pneumonia atau infeksi yang menyebabkan kantong-kantong udara pada organ paru mengalami radang
  • Memiliki kelainan pembuluh darah paru
Tinjauan
Infeksi bakteri, jamur atau parasit dapat menjadi penyebab utama timbulnya abses otak. Namun berbagai kondisi medis lain serta cedera di kepala mampu meningkatkan risiko abses otak.

Gejala Abses Otak

Gejala awal dan utama dari abses otak adalah tubuh kejang di mana hal ini disertai juga dengan beberapa gejala lainnya, seperti [1,2,3,6,7] :

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Mual diikuti dengan muntah-muntah
  • Penglihatan buram
  • Penglihatan ganda
  • Bagian bahu, leher, dan pundak terasa kaku dan tegang
  • Linglung atau merasa kebingungan
  • Daya konsentrasi menurun
  • Proses berpikir melambat
  • Tingkat respon yang buruk
  • Lesu dan gampang mengantuk
  • Mudah tersinggung dan marah
  • Koma

Sementara itu, pada sekitar 50-65% kasus abses otak, beberapa gejala neurologis berikut kerap menyertai sakit kepala :

  • Koordinasi tubuh yang buruk
  • Gangguan bicara atau bicara menjadi tidak jelas
  • Kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang terkadang juga terjadi berupa kelumpuhan
  • Kelemahan otot

Rasa mual yang disertai muntah biasanya disebabkan oleh tekanan di dalam otak yang terus bertambah.

Sementara itu, rasa nyeri yang dirasakan pada umumnya terjadi di sisi kepala letak abses otak terjadi dan hal ini dapat dialami secara tiba-tiba atau perlahan.

Abses dapat terus berkembang dan menjadi lebih luas di mana hal ini terjadi sebagai dampak dari infeksi, tekanan pada otak dan juga jaringan otak yang rusak di waktu bersamaan.

Ketika abses telah pecah, maka sebagai tanda utama, penderita akan mengalami sakit kepala yang sangat hebat.

Bila sakit kepala memburuk secara tiba-tiba, maka segeralah periksakan diri ke dokter.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Bila otot mengalami kelemahan, kejang-kejang mulai sering dialami tanpa adanya riwayat kejang atau epilepsi, dan/atau gangguan bicara terjadi, secepatnya penderita perlu memeriksakan diri ke dokter [4].

Demam tinggi pun merupakan gejala yang tak seharusnya disepelekan, maka segeralah ke dokter untuk mendapatkan penanganan paling tepat.

Tinjauan
Gejala awal dan utama abses otak adalah kejang yang turut disertai demam, sakit kepala, mual hingga muntah. Bila sakit kepala hebat menyerang, hal ini menandakan abses telah pecah.

Pemeriksaan Abses Otak

Untuk mengonfirmasi kondisi gejala yang dialami pasien adalah benar-benar abses otak serta untuk mengetahui penyebab abses otak, serangkaian metode pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter [1,2,3,4,5,6,7].

  • Pemeriksaan Fisik : Dokter akan memeriksa fisik pasien lebih dulu, seperti halnya suhu tubuh serta gejala fisik lainnya.
  • Pemeriksaan Riwayat Kesehatan : Dokter perlu mengetahui riwayat medis pasien dan akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien tentang apakah pasien mengalam infeksi baru-baru ini, apakah imunitas pasien rendah. Dokter juga akan bertanya seputar riwayat bepergian pasien dalam mengevaluasi gejala.
  • Tes Darah : Tes ini dilakukan agar dokter dapat mengetahui kadar sel-sel darah putih pasien yang juga menjadi indikator keberadaan dan tingkat penyebaran infeksi di dalam tubuh.
  • Tes Pemindaian : Tes pemindaian meliputi CT atau MRI scan diperlukan oleh dokter untuk mengetahui di bagian otak mana saja abses berada.
  • Kultur Darah : Berbeda dari tes darah, kultur darah adalah metode pemeriksaan yang akan membantu dokter dalam mengetahui keberadaan jamur, parasit atau bakteri yang menjadi penyebab abses di dalam tubuh penderita.
  • Biopsi : Pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium ini guna mengidentifikasi adanya sel atau jaringan otak yang mengalami perubahan. Biasanya biopsi pun dapat dilakukan untuk mengetahui jenis patogen penyebab abses.
  • Lumbal Pungsi : Dokter melakukan pemeriksaan ini untuk mengetahui jenis bakteri yang telah menyebabkan infeksi serta berakibat pada abses otak.
  • EEG atau Elektroensefalogram : Dokter akan memeriksa juga aktivitas listrik otak pasien terkait dengan gejala berupa kejang yang terjadi berulang kali.
Tinjauan
Berbagai metode pemeriksaan kemungkinan perlu ditempuh oleh pasien, mulai dari pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, tes darah, kultur darah, EEG, lumbal pungsi, biopsi, dan tes pemindaian.

Penanganan Abses Otak

Abses otak pada umumnya ditangani melalui dua metode, yakni terapi obat serta jalur operasi tergantung dari seberapa parah kondisi abses pada otak pasien.

Pengobatan yang diberikan oleh dokter biasanya didasarkan pada kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, penyebab timbulnya abses, berapa banyak abses yang timbul, serta ukuran abses.

1. Obat-obatan

Bila abses otak disebabkan oleh jamur atau bakteri, maka pemberian obat antijamur atau antibiotik adalah yang akan dilakukan oleh dokter [1,2,5,6,7].

Kedua jenis obat ini pun kerap digunakan untuk mengatasi abses otak di mana toksoplasmosis yang menjadi penyebabnya.

Sementara itu, obat antikejang diberikan bagi pasien untuk mengurangi intensitas dan frekuensi kejang.

Obat steroid maupun diuretik kemungkinan diresepkan oleh dokter kepada pasien sebagai pereda bengkak pada otak.

Kedua obat ini pun diketahui efektif dalam mengurangi tekana intrakranial yang terjadi pada otak.

2. Operasi

Tindakan operasi adalah pilihan untuk mengangkat abses dari jaringan otak pasien [1,2,3,5,6,7].

Biasanya tindakan ini direkomendasikan oleh dokter apabila abses berukuran cukup besar, yaitu 2 cm lebih.

Selain itu, operasi akan dianjurkan bila memang risiko abses pecah sangat tinggi sehingga dikhawatirkan memicu kerusakan jaringan otak di sekelilingnya.

  • Kraniotomi : Prosedur bedah ini dilakukan oleh dokter dengan mengangkat sebagian kecil tulang tengkorak bertujuan membuang abses abses yang berada pada jaringan otak. Pengangkatan tulang tengkorak sebagian kecil tersebut akan mempermudah dokter dalam mencapai jaringan otak yang sudah terkena infeksi lalu baru dokter melanjutkan dengan pengangkatan abses.
  • Simple Aspiration : Jenis operasi ini simple aspiration adalah metode yang digunakan dokter untuk mengangkat penumpukan nanah. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan CT scan. CT scan berguna sebagai penolong bagi dokter dalam memastikan lokasi abses.

Walau pasien abses otak telah mendapatkan perawatan, ada kemungkinan dokter meminta pasien untuk tetap berada di rumah sakit untuk rawat inap selama beberapa minggu.

Hal ini perlu dilakukan untuk menunggu sampai pasien benar-benar pulih dan efek dari abses hilang.

Pasien juga masih harus menempuh pemeriksaan CT scan agar dokter pun dapat memastikan bahwa abses otak telah benar-benar hilang.

Setelah rawat inap di rumah sakit, pasien pun masih harus benar-benar istiralah selama kurang lebih 6-12 minggu di rumah sebelum beraktivitas kembali seperti biasa.

Tak hanya itu, pasien perlu menghindari aktivitas-aktivitas berat sementara waktu.

Olahraga yang memiliki risiko cedera atau kontak fisik tinggi wajib dihindari usai memperoleh perawatan abses otak.

Tinjauan
Pemberian obat antibiotik, antijamur, dan antikejang adalah penanganan utama bagi penderita abses otak. Namun bila abses berukuran lebih besar dari 2 cm, dokter akan merekomendasikan langkah operasi pengangkatan abses.

Komplikasi Abses Otak

Beberapa kondisi komplikasi dapat terjadi baik abses tidak ditangani ataupun telah ditangani, yaitu antara lain [1,2,3,5] :

  • Abses kambuh
  • Meningitis, yaitu radang pada selaput otak; kondisi ini dapat terjadi sebagai komplikasi pada penderita abses otak yang masih anak-anak dan mampu mengancam kesehatan penderitanya.
  • Epilepsi, merupakan kondisi yang dapat berkembang karena abses otak menyebabkan kejang berulang pada penderitanya. Epilepsi adalah kondisi jangka panjang yang hanya dapat dikendalikan dengan obat-obatan.
  • Kerusakan otak, komplikasi ini dapat terjadi ditandai dengan kesulitan bicara hingga kehilangan kemampuan bicara sama sekali. Kerusakan otak dapat terjadi secara permanen bila abses otak terlambat mendapat penanganan.

Pencegahan Abses Otak

Menghindari penyebabnya adalah cara paling dianjurkan dalam mencegah abses otak dan beberapa langkah berikut dapat dilakukan [7] :

  • Mengenakan pelindung kepala saat bekerja di lingkungan yang memiliki risiko cedera tinggi.
  • Mengenakan helm saat berkendara.
  • Menjaga kesehatan kebersihan dan kesehatan mulut (termasuk gigi dan gusi).
  • Memeriksakan kondisi kesehatan gigi secara rutin ke dokter gigi.
  • Menghindari penggunaan obat secara berlebihan dan sembarangan.
  • Mengonsumsi makanan bernutrisi.
  • Tidak merokok.
  • Melakukan olahraga teratur.
  • Mengatasi segera kondisi medis yang memiliki potensi memicu abses otak.
  • Memeriksakan diri secepatnya bila mengalami infeksi.
Tinjauan
Agar tidak mengalami abses otak, seseorang perlu menjaga tubuhnya untuk tidak terserang infeksi. Melalui pola hidup sehat, menangani kondisi medis tertentu secepatnya, serta mengenakan pelindung kepala saat bekerja di lingkungan yang rentan cedera maupun saat berkendara.

1) Hernando Alvis Miranda, Sandra Milena Castellar-Leones, Mohammed Awad Elzain, & Luis Rafael Moscote-Salazar. 2013. Journal of Neurosciences in Rural Practice.
2) Maria R. Bokhari; Fassil B. Mesfin. 2019. National Center for Biotechnology Information. Brain Abscess.
3) Kevin Patel, MD & David B. Clifford, MD. 2014. The Neurohospitalist. Bacterial Brain Abscess.
4) Slamet Widodo, Edhie Samodra, Anton Christanto, Puspa Zulaika & Vimala Acala. 2013. Scribd. Karakteristik Abses Otak Otogenik
(Tinjauan 14 kasus).
5) Anonim. 2019. National Health Service. Overview-Brain abscess.
6) John E. Greenlee, MD. 2019. MSD Manual. Brain Abscess.
7) Anonim. 2018. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. Brain Abscess What Is It?

Share