Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Alopesia areata adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kehilangan rambut. Pada sebagian besar kasus, rambut akan rontok pada beberapa lokasi di kepala, namun pada kasus berat hal ini bisa terjadi secara
Daftar isi
Alopecia areata merupakan salah satu jenis gangguan berupa kerontokan rambut atau alopecia yang umumnya dapat terjadi pada manusia dengan pola yang berbeda beda [1].
Alopecia Areata ini diketahui sebagai jenis kerontokan rambut tanpa jaringan parut yang merupakan penyakit autoimun. Alopecia Areata ini dapat berlangsung lama jika rambut rontok meluas [1, 2].
Alopecia areata ini adalah bentuk alopecia yang mempengaruhi folikel rambut, kuku, dan epitel pigmen retina (jarang) dengan tanda awal berupa bercak bulat [2].
Kerontokan rambut yang disebabkan oleh Alopecia Areata ini diketahui terjadi secara tidak merata dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Umumnya, Alopecia Areata ini dimulai dengan satu atau lebih bagian botak melingkar yang mungkin tumpang tindih [3].
Berikut ini merupakan beberapa jenis penyakit Alopecia Areata berdasarkan ciri dan tingkat kerontokan rambut yang ditimbulkan [1, 4] :
Alopecia Areata diketahui dapat terjadi pada semua usia termasuk pada anak-anak. Mengingat, umumnya seseorang dapat mengalami kerontokan rambut untuk pertama kali sebelum usia 30 tahun [4].
Anak anak dapat mengalami Alopecia Areata walaupun tidak memiliki orang tua yang menderita Alopecia Areata. Mengingat, faktor keturunan memang ada namun Alopecia Areata diketahui tidak selalu diturunkan dari orang tua kepada anak [4].
Jika anak anak menderita penyakit Alopecia Areata, maka anak tersebut tidak hanya akan mengalami rambut rontok, namun juga dapat mengalami cacat kuku, seperti pitting atau lesi [4].
National Alopecia Areata Foundation menjelaskan bahwa dampak secara psikologis atau emosional dari penyakit Alopecia Areata ini akan dapat dirasakan oleh anak-anak yang usianya lebih dari lima tahun. Mengingat, pada usia tersebut umumnya anak anak akan mulai menyadari jika ada perbedaan pada dirinya, khususnya rambut rontok [4].
Wanita diketahui memiliki risiko mengembangkan penyakit Alopecia Areata yang lebih tinggi dari pada Pria. Namun, alasannya hingga kini masih belum diketahui [4].
Wanita yang menderita penyakit Alopecia Areata umumnya dapat mengalami kerontokan rambut di kulit kepala, alis, dan bulu matanya dengan pola penipisan rambut yang bertahap [4].
Pria yang menderita Alopecia Areata umumnya akan mengalami kerontokan rambut di kulit kepala, wajah, dada, dan rambut belakang dengan pola rambut rontok tidak merata [4].
Untuk itu, penyakit Alopecia Areata ini kerontokan rambutnya berbeda dengan kebotakan yang umumnya terjadi pada pria. Penipisan rambut bertahap pada pria akibat penyakit Alopecia Areata ini awalnya hanya terjadi pada area kecil [4].
Berikut ini merupakan beberapa gejala seseorang menderita penyakit Alopecia Areata [5]:
Penyebab pasti dari penyakit Alopecia Areata ini hingga kini belum diketahui. Namun, beberapa kasus menunjukkan bahwa ada kemungkinan penyebab dari penyakit Aloepecia Areata ini antara lain [4]:
Namun, perlu diketahui juga bahwa orang yang memiliki atau mengalami salah satu penyebab tersebut diketahui tidak selalu mengembangkan penyakit Alopecia Areata [4]. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai penyebab yang sebenarnya atau yang benar benar pasti.
Seseorang yang menderita penyakit Alopecia Areata umumnya masih tetap memiliki potensi untuk menumbuhkan rambutnya kembali setelah mengalami kerontokan. Hal ini dapat terjadi mengingat proses inflamasi yang terjadi tidak sampai merusak folikel rambut [2].
Seseorang yang mengalami penyakit Alopecia Areata dapat menjadi bagian dalam [2]:
Adapun faktor prognosis yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit Alopecia Areata yaitu tingkat kerontokan rambut dan usia pasien, khususnya pada jenis onset alopecia areata dan ophiasis pada masa kanak-kanak [2].
Indikasi prognosis yang buruk dapat terjadi jika seseorang memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit Alopecia Areata, distrofi kuku, riwayat atopi, atau penyakit autoimun secara bersamaan [2].
Umumnya, penyakit Alopecia Areata akan didiagnosis dengan mengidentifikasi alopecia fokal di kulit kepala dan semua kulit yang memiliki rambut dapat terpengaruh. [1]
Dalam melakukan diagnosis penyakit Alopecia Areata, Dokter mungkin juga akan melakukan biopsi kulit kepala (mengambil samppel sebagian kecil kulit kepala kemudian dianalisis) untuk menyingkirkan kondisi lain yang menyebabkan kerontokan rambut, termasuk infeksi jamur seperti tinea capitis [1].
Jika ada kekhawatiran terkait penyakit Alopecia Areata yang disebabkan oleh kelainan autoimun maka dalam mendiagnosis diperlukan tes darah termasuk menguji keberadaan satu atau lebih antibodi abnormal (jika antibody abnormal ditemukan berarti menderita kelainan autoimun) [1].
Adapun tes darah lain yang dapat membantu menyingkirkan kondisi selain penyakit Alopecia Areata adalah sebagai berikut [4]:
Sejauh ini, penyakit Alopecia Areata tidak diketahui secara pasti penyebabnya sehingga tidak dapat dicegah. Mengingat, meskipun kelainan autoimun, riwayat keluarga dan kondisi kulit kemungkinan dapat menjadi penyebab Alopecia Areata. Namun, tidak semua orang dengan faktor tersebut mengembangkan penyakit Alopecia Areata [4].
Berikut ini beberapa metode atau cara yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit Alopecia Areata [1]:
Penyakit Alopecia Areata khususnya jenis Alopecia Areata tambal sulam diketahui dapat diobati dengan menggunakan steroid topikal yang kuat seperti clobetasol yang diberikan dalam bentuk lotion, busa, atau sampo.
Selain itu, steroid topikal ini diketahui dapat mempercepat pemulihan pertumbuhan rambut pada Alopecia Areata ringan. Adapun pengobatan menggunakan steroid topikal ini dilakukan selama tiga bulan. Namun, jika tidak terjadi perubahan setelah enam bulan maka pemakaian steroid topikal harus dihentikan.
Pengobatan menggunakan kortikosteroid oral diketahui dapat memicu pertumbuhan rambut khususnya untuk penderita penyakit Alopecia Areata yang luas dan progresif cepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30-47% pasien dengan penyakit Alopecia Areata ringan sampai ekstensif yang diobati dengan pemberian prednisolon oral selama 6 minggu menunjukkan pertumbuhan kembali rambut lebih dari 25 %.
Imunoterapi merupakan salah satu metode pengobatan penyakit Alopecia Areata yang efektif khususnya pada jenis penyait Alopecia Areata yang tidak merata. Dengan adanya penerapan alergen yang kuat ke area kecil di kulit kepala setiap minggu maka pasien akan menjadi peka.
Adapun alergen yang digunakan dalam pengobatan ini termasuk :
Pengobatan penyakit Alopecia Areata juga dapat dilakukan dengan menggunakan terapi laser mungkin memiliki efek positif yang aman. Namun, ulasan dan laporan terbaru menunjukkan bahwa uji praklinis dengan model tikus untuk Alopecia Areata tidak menunjukkan efektivitas penggunaan sisir laser.
Wanita yang menderita penyakit Alopecia Areata khususnnya Alopecia Areata ekstensif mungkin akan memutuskan untuk melakukan strategi kosmetik seperti memakai wig, hairpiece atau bandana. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pada rambutnya akibat kerontokan yang ditimbulkan penyakit Alopecia Areata.
Namun, untuk pria yang mengalami penyakit Alopecia Areata umumnya akan lebih cenderung mencukur rambutnya.
Peyakit Alopecia Areata khususnya alopecia totalis atau alopecia universalis yang tidak menunjukkan kesembuhan setelah perawatan medis dilakukan dapat menimbulkan beberapa hal yang membutuhkan perawatan berupa dukungan psikologis ketika :
Dukungan psikologi ini dokter memiliki peran penting dalam mengenali dampak psikologis alopecia dan membantu pasien untuk mengatasi dan beradaptasi dengan masalah ini.
1. Pratt, C. Herbert; King, Lloyd E.; Messenger, Andrew G.; Christiano, Angela M.; Sundberg, John P. Alopecia areata. Nature Reviews Disease Primers; 2017.
2. Kenia Lepe & Patrick M. Zito. Alopecia Areata. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
3. Anonim. Patchy hair loss (alopecia areata). Mayo Clinic; 2020.
4. Jacquelyn Cafasso & Alana Biggers. Everything You Need to Know About Alopecia Areata. Healthline; 2019.
5. James McIntosh & University of Illinois. What's to know about alopecia areata?. Medical News Today; 2017.