Daftar isi
Amnesia retrograde merupakan sebuah kondisi ketika seseorang mengalami kehilangan ingatan yang berpengaruh pada kemampuan penderita dalam menciptakan kenangan, menyimpannya sekaligus mengingat kembali [1,7].
Pada penderita amnesia retrograde, segala ingatan yang telah terbentuk sebelum amnesia mulai timbul akan terpengaruh dan cenderung hilang.
Usai mengalami cedera otak traumatis, kemampuan orang tersebut dalam mengingat terutama kenangan beberapa tahun lalu sebelum cedera terjadi akan hilang.
Penyebab dari amnesia retrograde bervariasi, bahkan sifat kondisi pun pada beberapa kasus ada yang progresif, sementara, hingga permanen.
Tinjauan Amnesia retrograde adalah hilangnya ingatan seseorang yang berdampak pada kemampuan menciptakan kenangan, menyimpan sekaligus mengingat kembali.
Walau amnesia retrograde sendiri adalah salah satu tipe kondisi amnesia, kondisi ini terbagi lagi menjadi beberapa keadaan, yaitu sebagai berikut.
Amnesia retrograde satu ini mengakibatkan syok emosional pada penderitanya, namun kasus ini tergolong langka [4,5].
Kerusakan pada otak bukanlah penyebab utamanya, melainkan respon psikologis terhadap trauma yang dialami.
Kejadian-kejadian traumatis seperti menjadi korban kriminalitas adalah faktor penyebab amnesia ini dan biasanya hanya bersifat sementara.
Amnesia retrograde umumnya bersifat sementara dan hanya memori paling baru dan lama yang dapat hilang [1,4,5].
Tingkat amnesia retrograde sendiri cukup bervariasi, sebab ada penderita yang mengalami kehilangan memori 1-2 tahun sebelum kecelakaan terjadi, ada pula yang kehilangan ingatan 10 tahun sebelum kecelakaan.
Amnesia jenis ini juga diketahui sebagai sebuah kondisi amnesia retrograde murni [3,4,5].
Amnesia retrograde fokal adalah sebuah kondisi amnesia retrograde tanpa atau dengan sedikit gejala.
Jenis amnesia retrograde ini penderita akan tetap mampu menciptakan memori atau ingatan baru.
Bahkan ingatan yang telah hilang tidak akan berpengaruh sama sekali pada tingkat kecerdasan penderitanya.
Kemampuan dalam belajar hal-hal baru pun tidak akan hilang selama mengalami amnesia retrograde fokal.
Tinjauan Terdapat beberapa jenis amnesia retrograde, yaitu amnesia retrograde psikogenik atau disosiatif, amnesia retrograde sementara, dan amnesia retrograde fokal.
Kerusakan berbagai bagian otak dapat terjadi karena berbagai faktor dan kerusakan tersebutlah yang mampu mengakibatkan seseorang mengalami amnesia retrograde.
Ketika kerusakan terjadi di bagian otak pengendali ingatan dan emosi terjadi, seperti hipokampus dan talamus, amnesia retrograde pun terjadi [7].
Hipokampus sendiri merupakan bagian otak besar yang ada di lobus temporal dan terdapat pada sisi kanan dan kiri [11].
Peran utama hipokampus adalah sebagai pengendali ingatan atau memori, sekaligus navigasi ruangan.
Talamus adalah struktur yang terletak di tengah otak; lokasi tepatnya ada pada antara otak tengah dengan korteks serebral [12].
Talamus berfungsi itama sebagai pengirim informasi ke otak untuk mengendalikan siklus tidur, kewaspadaan serta kesadaran seseorang.
Selain itu, talamus juga berperan sebagai penerus pesan yang ditangkap reseptor indera, seperti rasa, sentuhan, penglihatan, dan pendengaran (tidak termasuk penciuman).
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu menjadi penyebab kerusakan kedua bagian otak dan menjadi pemicu amnesia retrograde :
Penyakit Alzheimer adalah golongan demensia degeneratif yang dapat memicu amnesia retrograde memburuk secara progresif [4].
Untuk penyakit ini, belum diketahui pengobatan yang mampu menyembuhkan, sehingga cukup sulit untuk mengatasi amnesia retrograde yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer.
Cedera otak biasanya berawal dari kondisi gegar otak karena cedera otak ringan [2,3,4,5].
Namun pada cedera otak yang lebih serius, seperti kepala yang terkena pukulan atau benturan keras, bagian otak penyimpan ingatan dapat rusak.
Kerusakan ini mampu memicu amnesia retrograde; namun, kembali lagi pada tingkat kerusakan bagian otak itu sendiri.
Amnesia retrograde yang terjadi juga dapat bersifat sementara atau permanen.
Henti napas yang kemungkinan besar terjadi saat serangan jantung dapat menjadi penyebab seseorang dapat menjadi tanda bahwa otak mengalami kekurangan oksigen selama beberapa menit [6].
Kerusakan otak dapat terjadi secara berat dan kemudian berakibat pada kondisi amnesia retrograde.
Selain amnesia retrograde, menurunnya fungsi kognitif dapat pula terjadi karena serangan jantung.
Kondisi kejang pada tubuh apapun jenis dan bentuknya mampu menjadi penyebab kerusakan pada otak [1,3,5].
Risiko kerusakan otak yang memicu masalah ingatan pun cukup besar dalam hal ini.
Bahkan pada beberapa kasus, kejang dapat memengaruhi seluruh bagian dan fungsi otak meski pada sebagian kasus lainnya hanya sebagian kecil otak saja yang terkena dampaknya.
Kejang-kejang pada beberapa bagian otak (khususnya lobus frontal dan temporal) mampu menjadi penyebab umum penderita epilepsi yang kehilangan ingatannya [7].
Peradangan pada otak yang disebabkan infeksi virus disebut juga dengan kondisi ensefalitis [1,3,4,5,7].
Tidak selalu terjadi karena infeksi virus, reaksi autoimun atau tumbuhnya tumor pun dapat menjadi penyebab dari ensefalitis.
Peradangan ini mampu menjadi penyebab kerusakan pada bagian otak yang bertugas menyimpan ingatan atau memori.
Kekurangan thiamin dapat disebabkan oleh malnutrisi atau penyalahgunaan alkohol (konsumsi alkohol secara berlebihan dan cenderung telah kecanduan) [1].
Asupan thiamin yang tidak memadai mampu memicu pada sebuah kondisi bernama ensefalopati Wernicke.
Jika tidak diatasi secepatnya, ensefalopati Wernicke dapat menjadi lebih buruk dan mengakibatkan psikosis Korsakoff yang menjadi penyebab timbulnya amnesia retrograde maupun anterograde.
Kerusakan pada otak dapat pula disebabkan oleh serangan stroke besar maupun kecil yang berulang [4].
Gangguan daya ingat menjadi akibat dari kerusakan otak di mana kasus penyakit stroke yang memicu gangguan memori dan bahkan demensia sudah sangat umum.
Ingatan visual hingga verbal dapat hilang pada penderita stroke.
Tinjauan Kerusakan pada beberapa bagian otak dapat menjadi penyebab amnesia retrograde. Dan kerusakan bagian-bagian otak tertentu dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti penyakit stroke, ensefalitis, kejang, serangan jantung, cedera otak, penyakit alzheimer, hingga defisiensi thiamin.
Gejala amnesia retrograde diklasifikasi menurut jenis kondisinya dan berikut adalah sejumlah gejala yang perlu dikenali.
Pada kasus amnesia disosiatif, gejala utama yang dialami penderita lebih kepada ketidakmampuan mengingat hal-hal yang terjadi sebelum dirinya mengalami cedera atau kejadian traumatis lainnya [3,10].
Selain itu, penderita amnesia disosiatif tak dapat mengingat segala informasi autobiografi tentang diri sendiri.
Pada kasus temporally graded retrograde amnesia, penderita tak mampu mengingat segala hal sebelum terjadinya amnesia awal.
Tak hanya itu, beberapa kondisi di bawah ini adalah tanda umum yang perlu diwaspadai [4,5] :
Namun pada kasus amnesia retrograde satu ini, penderita memiliki kesempatan untuk menciptakan ingatan atau kenangan baru serta mempelajari kemampuan baru dalam berbagai hal.
Hanya saja, tak semua penderita bisa demikian karena ada pula yang tak lagi sanggup mengingat maupun mempelajari hal baru.
Amnesia retrograde fokal terkadang terjadi dengan gejala yang terlampau sedikit dan tak terlalu kelihatan, atau justru tanpa gejala.
Gejala amnesia retrograde fokal lebih umum, seperti halnya amnesia retrograde pada normalnya, yaitu masalah koordinasi dan otak.
Kebingungan dan kesalahan ingatan (false memories) dapat terjadi pada penderitanya [10].
Tinjauan Gejala amnesia retrograde dibagi menurut jenisnya, yaitu gejala amnesia retrograde disosiatif/psikogenik (tidak mampu mengingat hal-hal yang terjadi sebelum dirinya mengalami cedera atau kejadian traumatis lainnya), gejala amnesia retrograde temporally graded (tidak mampu mengingat pengetahuan umum, fakta, tempat, wajah, dan nama orang sebelum amnesia terjadi; tidak mampu mengingat ingatan lama dan tidak mampu melakukan banyak hal sederhana pada kegiatan sehari-hari), dan gejala amnesia retrograde fokal (kebingungan serta false memories).
Dalam mendiagnosa amnesia retrograde, dokter akan menerapkan sejumlah metode sebagai berikut.
Dokter perlu memeriksa kondisi fisik pasien secara menyeluruh untuk mendapatkan kemungkinan hilangnya ingatan [1,4,7],.
Dokter juga akan menanyakan kepada pasien mengenai detail riwayat kesehatan, termasuk riwayat penyakit yang diderita, penggunaan obat, serta penempuhan tindakan medis tertentu.
Dokter biasanya merasa perlu untuk menerapkan tes penunjang seperti tes darah [1,4].
Metode diagnosa ini adalah untuk mengidentifikasi adanya kondisi malnutrisi pada tubuh pasien.
Adanya kemungkinan defisiensi thiamin sebagai penyebab amnesia retrograde dapat terdeteksi melalui tes darah, begitu juga dengan kondisi infeksi.
Untuk mengidentifikasi adanya kelainan atau cedera pada otak, dokter kemungkinan akan merekomendasikan tes pemindaian.
MRI dan CT scan adalah metode tes pemindaian yang dapat memeriksa kondisi otak pasien secara lebih detail [1,4,5,7].
Metode pemeriksaan penunjang ini juga diperlukan apabila dokter mencurigai adanya aktivitas kejang pada otak [4].
Untuk memastikan, elektroensefalogram adalah tindakan pemeriksaan yang tepat dan membantu dokter menguatkan diagnosa.
Tes kognitif adalah tes penunjang lainnya yang dokter kemungkinan rekomendasikan [4].
Melalui tes ini, dokter dapat mengetahui kondisi memori jangka panjang dan jangka pendek penderita.
Pemeriksaan saraf akan membantu dokter dalam mengetahui kondisi saraf pasien secara lebih detail [8].
Adanya gangguan sistem saraf pada tubuh dan juga penyakit saraf yang selama ini pasien miliki dapat terdeteksi dan terdiagnosa melalui pemeriksaan ini.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, tes darah, tes pemindaian, elektroensefalogram, tes kognitif, dan pemeriksaan saraf adalah metode diagnosa amnesia retrograde yang umumnya digunakan oleh dokter.
Belum ada pengobatan yang mampu sepenuhnya mengobati amnesia retrograde, sebab pengobatan yang diberikan dokter rata-rata hanya bertujuan meredakan gejala dan fokus pada penyembuhan penyebab amnesia retrograde.
Untuk kasus penyakit demensia degeneratif seperti halnya penyakit Alzheimer pun belum diketahui metode penyembuhannya.
Namun, terdapat sejumlah metode perawatan yang biasanya direkomendasikan dan dianjurkan oleh dokter untuk pasien amnesia retrograde.
Psikoterapi adalah metode pengobatan yang bertujuan utama memperbaiki dan mencoba meningkatkan kondisi pasien yang kehilangan ingatan karena kejadian traumatis [4].
Amnesia bentuk dan jenis lainnya pun dapat diatasi melalui psikoterapi.
Amnesia retrograde juga secara umum diatasi dengan terapi okupasi dengan tujuan membantu pasien dalam menggantikan memori yang hilang dengan menciptakan memori baru [4].
Tidak hanya itu, pasien juga akan didampingi oleh terapis profesional dalam mempelajari informasi dan banyak hal baru secara perlahan.
Pasien akan dibantu oleh terapis dalam mempelajari metode yang lebih strategis dan praktis dalam mengingat informasi-informasi baru.
Terapi okupasi juga akan meningkatkan kemampuan pasien dalam berinteraksi sosial melalui teknik percakapan yang lebih baik.
Memanfaatkan teknologi yang telah berkembang pesat, pasien amnesia retrograde dapat menggunakan tablet atau smartphone sebagai alat bantu [9].
Mempelajari penggunaan teknologi baru akan membantu mereka dalam proses penyimpanan sekaligus pengaturan informasi baru yang telah diterima.
Smartphone maupun tablet adalah alat teknologi yang mampu menyimpan memori baru dalam bentuk video, foto, hingga dokumen.
Tinjauan Pengobatan amnesia retrograde umumnya adalah melalui psikoterapi, terapi okupasi dan penggunaan teknologi dalam membantu mengingatkan pasien ketika beraktivitas sehari-hari.
Amnesia retrograde dapat terjadi sewaktu-waktu karena umumnya kerusakan otak yang menyebabkannya dipicu oleh suatu cedera.
Untuk itu, melindungi diri saat bepergian maupun bekerja adalah hal penting yang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Jika menderita suatu penyakit yang diketahui mampu menyebabkan atau mengakibatkan amnesia retrograde, segera atasi untuk meminimalisir risiko kerusakan otak yang lebih parah [9].
Tinjauan Amnesia retrograde tak dapat dicegah, namun secepatnya mengatasi penyakit-penyakit yang mampu berakibat pada kondisi ini setidaknya mampu meminimalisir risikonya.
1. Jonathan M. Reed & Larry R. Squire. Retrograde Amnesia for Facts and Events: Findings from Four New Cases. The Journal of Neuroscience; 1998.
2. Anonim. Epidemiologi trauma kepala. Sistem Informasi Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, Indonesia; 2020.
3. Christine N. Smith, Jennifer C. Frascino, Ramona O. Hopkins, & Larry R. Squire. The nature of anterograde and retrograde memory impairment after damage to the medial temporal lobe. HHS Public Access; 2014.
4. Mark Kritchevsky, Judy Chang, & Larry R. Squire. Functional Amnesia: Clinical Description and Neuropsychological Profile of 10 Cases. Learning Memory; 2004.
5. Bernhard Sehm, Stefan Frisch, Angelika Thöne-Otto, Annette Horstmann, Arno Villringer, & Hellmuth Obrig. Focal Retrograde Amnesia: Voxel-Based Morphometry Findings in a Case without MRI Lesions. PLoS One; 2011.
6. H J Markowitsch, G Weber-Luxemburger, K Ewald, J Kessler, & W D Heiss. Patients with heart attacks are not valid models for medial temporal lobe amnesia. A neuropsychological and FDG-PET study with consequences for memory research. European Journal of Neurology; 1997.
7. Peter Bright, Joseph Buckman, Alex Fradera, Haruo Yoshimasu, Alan C.F. Colchester, & Michael D. Kopelman. Retrograde amnesia in patients with hippocampal, medial temporal, temporal lobe, or frontal pathology. Learning Memory; 2006.
8. Jonathan M. Reed & Larry R. Squire. Retrograde Amnesia for Facts and Events: Findings from Four New Cases. The Journal of Neuroscience; 1998.
9. Clara Ortega-de San Luis & Tomás J. Ryan. United states of amnesia: rescuing memory loss from diverse conditions. Disease Models & Mechanisms; 2018.
10. Angelica Staniloiu & Hans J. Markowitsch. Towards Solving the Riddle of Forgetting in Functional Amnesia: Recent Advances and Current Opinions. Frontiers in Psychology; 2012.
11. Leslie A. Fogwe; Vamsi Reddy; & Fassil B. Mesfin. Neuroanatomy, Hippocampus. National Center for Biotechnology Information; 2020.
12. Tyler J. Torrico & Sunil Munakomi. Neuroanatomy, Thalamus. National Center for Biotechnology Information; 2020.