Daftar isi
Argyria merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan kulit berubah warna tidak normal menjadi keabuan atau kebiruan [1,2,3,4,5,6,7,8].
Kondisi ini tidak semata terjadi tanpa adanya sebab, karena paparan terhadap sedikit kadar perak dan atau bahkan terpapar secara berlebihan.
Perak atau silver sebenarnya bukan sesuatu yang seharusnya membahayakan dan bahkan argyria sendiri walaupun merupakan sebuah kondisi langka, ia sama sekali tidak mengancam jiwa.
Namun, tentu saja bila dibiarkan efek dari perubahan warna kulit akan tetap mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Apakah argyria merupakan jenis penyakit menular?
Bukan, argyria bukan termasuk jenis penyakit menular karena kondisi ini akan timbul seiring semakin seringnya seseorang terpapar perak.
Meski demikian, seseorang yang telah terpapar argyria tidak akan dapat menularkan kondisi ini ke orang lain.
Begitu juga dengan orang lain yang tidak terkena argyria, mereka tidak akan tertular pemilik kondisi argyria.
Tinjauan Argyria adalah kondisi berubahnya warna kulit menjadi kebiruan, keabuan atau biru keabuan karena paparan unsur perak.
Paparan perak yang kemudian masuk ke dalam tubuh seseorang melalui hidung, mulut atau kulit dapat menjadi awal dari kondisi argyria [1].
Partikel perak yang ada di dalam tubuh kemudian akan menyebabkan diskolorasi atau perubahan warna pada seluruh permukaan kulit.
Bahkan bukan tidak mungkin, organ dalam tubuh sekaligus membran mukosa juga berubah warna menjadi keabuan atau kebiruan [2].
Namun untuk kasus paparan argyria melalui kulit, biasanya tidak akan berdampak sebesar melalui mulut.
Diskolorasi hanya akan terjadi pada area kulit yang terpapar perak dan tidak akan sampai memengaruhi seluruh tubuh [2,3].
Pada umumnya, kasus argyria ini tidak berbahaya karena perak yang masuk ke dalam tubuh akan keluar bersama feses melalui proses buang air besar.
Pada sebagian kasus lagi, perak dapat ikut keluar saat buang air kecil bersama urine.
Kurang lebih kedua hal tersebut memakan waktu 1 minggu, namun tentunya semakin banyak partikel perak yang masuk ke dalam tubuh, akan memakan waktu semakin lama untuk keluar.
Meski paparan perak menjadi penyebab utama, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko paparan tersebut menjadi penyebab argyria, yaitu antara lain [1,2,3,6] :
Perlu diketahui bahwa suplemen diet dengan kandungan perak mampu menyebabkan kemampuan tubuh dalam menyerap beberapa jenis obat terhambat.
Hanya saja dalam hal ini, untuk penggunaan alat makan dan perhiasan selain anting perak biasanya tidak terlalu berdampak pada kulit.
Tingkat paparan terhadap cahaya matahari juga menentukan apakah seseorang dengan mudah mengalami argyria [1,4].
Pigmen kulit alami yang disebut melanin dapat menyebabkan kulit menggelap ketika terpapar sinar matahari.
Namun pada kasus argyria, paparan sinar matahari justru menyebabkan partikel perak pada kulit menyebabkan pelepasan melanin secara berlebihan.
Sebagai akibatnya, bagian tubuh yang terpapar sinar matahari lebih banyak dan sering dapat menghitam secara signifikan.
Area tubuh yang perlu diwaspadai dapat mengalami hal ini adalah lengan, leher dan wajah [2].
Seseorang terpapar kadar perak yang sedikit maupun banyak dapat meningkatkan risiko kondisi argyria.
Namun memang belum diketahui secara pasti, seberapa banyak paparan perak yang mampu menyebabkan perubahan warna pada kulit secara abnormal.
Tinjauan Paparan zat kimia atau unsur perak adalah penyebab utama terjadinya perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau keabuan. Biasanya, perak terkandung di dalam produk obat, produk perawatan kulit, produk suplemen diet, dan produk kosmetik. Namun selain itu, beberapa prosedur medis hingga paparan sinar matahari mampu meningkatkan risiko argyria.
Gejala argyria yang paling menonjol adalah perubahan warna kulit dari normal menjadi kebiruan, keabuan atau justru biru keabuan.
Awalnya, gejala ini dapat timbul di satu area kulit saja, namun ada potensi gejala dapat menyebar dan pada akhirnya warna kebiruan atau keabuan tampak di seluruh tubuh.
Selain warna kulit yang berubah warna kebiruan atau keabuan, beberapa tanda lainnya seperti berikut perlu dikenali [1,2,5,7] :
Penyebaran gejala argyria berupa perubahan warna kulit akan terjadi lebih cepat saat paparan perak dalam kadar tinggi.
Namun bila kadar paparan hanya kecil atau sedikit, biasanya penyebaran perubahan warna kulit berlangsung lambat, bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Tinjauan Gejala utama argyria adalah kulit atau beberapa bagian tubuh lain yang membiru atau mengabu. Semakin banyak paparan perak yang mengenai penderita, semakin luas kebiruan atau keabuan pada kulit.
Ketika gejala yang mengarah pada argyria mulai nampak, sebaiknya segera ke dokter dan menempuh beberapa metode diagnosa sebagai berikut :
Argyria memiliki kemiripan dengan beberapa kondisi lain sehingga terkadang hasil diagnosa justru menunjukkan kondisi tersebut daripada argyria.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dimaksud :
1. Chrysiasis
Chrysiasis merupakan sebuah kondisi kulit yang berubah warna menjadi kebiruan atau keabuan yang disebabkan oleh paparan partikel emas [7].
Jika argyria adalah kondisi perubahan warna kulit karena paparan unsur perak, maka yang membedakannya dari chrysiasis adalah paparan zat kimia atau unsur emas.
2. Hemokromatosis
Hemokromatosis merupakan sebuah kondisi ketika zat besi menumpuk terlalu banyak di dalam tubuh dan kemudian menyebabkan sejumlah gejala yang juga terjadi pada kulit [1,2,7].
Gejala hemokromatosis pada umumnya meliputi nyeri perut, kelemahan tubuh kronik, nyeri sendi, penyakit liver, ketidakteraturan irama jantung, hingga kadar gula darah yang tinggi.
Namun yang membuat hemokromatosis terbilang mirip dengan argyria adalah gejala pada kulit yang dapat berubah warna.
Hanya saja pada kondisi ini, perubahan warna yang terjadi adalah hijau keabuan atau mirip dengan warna perunggu.
3. Okronosis
Okronosis merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan terdapatnya flek berwarna kebiruan pada wajah [1,6].
Hal ini dapat terjadi sebagai efek buruk karena penggunaan produk kosmetik atau perawatan wajah berkandungan hidrokuinon secara jangka panjang.
4. Exogenous Ochronosis
Exogenous ochronosis merupakan jenis gangguan kesehatan kulit yang ditandai dengan pigmentasi kulit kebiruan hingga kehitaman [9].
Penyebab timbulnya pigmentasi ini umumnya adalah paparan resorcinol atau phenol.
Namun, penggunaan krim dengan kandungan tinggi hidrokuinon khususnya dalam jangka panjang juga dapat menjadi penyebab.
5. Alkaptonuria
Alkaptonuria merupakan sebuah kelainan genetik yang ditandai dengan warna kebiruan atau kehitaman pada kuku dan kulit [11].
Bagian kulit yang lebih sering terpapar sinar matahari akan jauh lebih mudah mengalami gejala.
Selain itu, biasanya pada mata juga akan tampak noda keabuan atau kehitaman dan tulang rawan sekaligus telinga menjadi berwarna kehitaman.
Tinjauan Pemeriksaan argyria umumnya meliputi pemeriksaan fisik yang ditunjang dengan tes urine, tes darah, tes tinja, dan biopsi kulit.
Ketika hasil diagnosa telah keluar dan pasien terbukti mengalami argyria di mana penyebabnya adalah paparan perak, pasien perlu menghindari lingkungan dan produk yang memiliki kandungan perak.
Untuk mengatasi agar tubuh terbebas dari warna kebiruan dan keabuan pada kulit, beberapa upaya dapat dilakukan yaitu [2] :
Argyria pada dasarnya bukan jenis kondisi yang berbahaya walaupun pada sebagian kecil kasusnya, terdapat penderita argyria yang meninggal karena paparan berlebihan terhadap perak.
Kematian adalah risiko komplikasi yang sangat langka di mana hal ini utamanya disebabkan oleh efek perak yang berlebihan di dalam tubuh hingga mengganggu kesehatan penderita.
Namun untuk komplikasi yang lebih umum, beberapa kondisi di bawah inilah yang lebih rentan terjadi [10] :
Kesehatan dari sisi psikologis pasien jauh lebih dikhawatirkan, ini karena perubahan warna kulit dapat membuat rasa percaya diri menurun.
Penderita argyria akan merasa rendah diri saat harus keluar dan bertemu banyak orang dengan kondisi warna kulit tak normal.
Hal ini akan memperburuk kondisi mental pasien ketika penanganan argyria tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Argyria merupakan sebuah kondisi yang dapat dicegah, terutama dengan beberapa upaya di bawah ini :
Tinjauan Menghindari paparan unsur perak, seperti menghindari penggunaan obat, suplemen atau produk-produk berkandungan perak merupakan cara pencegahan argyria yang dianjurkan. Pada pekerja di lingkungan dengan kerentanan terhadap paparan perak, lindungi diri dan cek aturan dari tempat kerja mengenai hal ini.
1. André Lencastre, Maria Lobo, & Alexandre João. Argyria - Case report. Anais Brasileiros de Dermatologia; 2013.
2. Alma Ileana Molina-Hernandez, Jose Manuel Diaz-Gonzalez, Marcela Saeb-Lima, & Judith Dominguez-Cherit. Indian Journal of Dermatology; 2015.
3. Mark Simon & Jennie A Buchanan. Argyria, an Unexpected Case of Skin Discoloration From Colloidal Silver Salt Ingestion. The Journal of Emergency Medicine.
4. R M Greene & W P Su. Argyria. American Family Physician; 1987.
5. Asha Kubba, Raj Kubba, Meenakshi Batrani, & Tanvi Pal. Argyria an unrecognized cause of cutaneous pigmentation in Indian patients: a case series and review of the literature. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology; 2013.
6. Maria Leonor Enei, Francisco Macedo Paschoal, & Rodrigo Valdés. Argyria mimicking a blue nevis: dermoscopy features. Anais Brasileiros de Dermatologia; 2013.
7. Inha Jung, Eun-Jeong Joo, Byung seong Suh, Cheol-Bae Ham, Ji-Min Han, You-Gyung Kim, Joon-Sup Yeom, Ju-Yeon Choi, & Ji-Hye Park. A case of generalized argyria presenting with muscle weakness. Annals of Occupational and Environmental Medicine; 2017.
8. Hyok Bu Kwon, M.D., Joon Ho Lee, M.D., Seung Ho Lee, M.D., Ai Young Lee, M.D., Ph.D., Jong Sun Choi, M.D., & Yeon Soon Ahn, M.D., Ph.D. A Case of Argyria Following Colloidal Silver Ingestion. Annals of Dermatology; 2009.
9. Prachi A Bhattar, Vijay P Zawar, Kiran V Godse, Sharmila P Patil, Nitin J Nadkarni, & Manjyot M Gautam. Exogenous Ochronosis. Journal of Dermatology; 2015.
10. H W Dietl, A P Anzil, & P Mehraein. Brain involvement in generalized argyria. Clinical Neuropathology; 1984.
11. Alexander A. Fisher, MD, FRACP, PhD & Michael W. Davis, MBBS, FRACP. Alkaptonuric Ochronosis with Aortic Valve and Joint Replacements and Femoral Fracture. Clinical Medicine & Research; 2004.