Daftar isi
Asbestosis merupakan jenis penyakit paru kronis yang terjadi karena terlalu sering menghirup serat asbes [1,2,3,4,5,6,7].
Paparan serat asbes dalam jangka panjang dapat menjadi penyebab paru terganggu yang utamanya ditandai dengan sesak nafas.
Asbes sendiri merupakan golongan mineral yang biasa dijumpai dalam bentuk atap bangunan.
Penggunaan asbes sebagai atap bangunan bukan hal baru, namun masih banyak orang yang belum memahami bahwa debu halus dapat keluar dari asbes yang sudah rusak.
Serat asbes terkandung di dalam debu halus tersebut yang jika terhirup terus-menerus dalam jangka waktu lama, maka membahayakan kesehatan si penghirup.
Tinjauan Asbestosis merupakan jenis penyakit paru yang disebabkan oleh paparan serat asbes yang terkandung pada debu asbes dari asbes yang sudah rusak.
Penyebab utama asbestosis adalah paparan jangka panjang serat debu yang ada pada debu halus yang dikeluarkan asbes [1,2,3,4,5,6,7].
Karena terlalu seringnya tak sengaja menghirup, serat asbes kemudian akan terjebak di alveoli atau kantong udara dalam paru-paru.
Sebagai akibatnya, jaringan parut terbentuk di bagian alveoli tersebut dan menjadi penyebab utama paru-paru mengalami kekakuan.
Bila normalnya paru-paru dalam proses pernafasan akan mengembang dan mengempis, karena kaku paru-paru menjadi tidak lagi fleksibel sehingga sulit untuk mengembang maupun mengempis.
Dampaknya, penderita mengalami kesulitan bernafas dan bagi para perokok aktif kondisi ini dapat bertambah buruk bila tidak segera ditangani.
Selain paparan serat asbes, beberapa faktor lain berikut ini dapat meningkatkan risiko asbestosis pada seseorang :
Tingkat kerusakan paru semakin serius ketika paparan serat asbes adalah dalam kadar tinggi serta dalam durasi yang panjang.
Hal ini menjadi berbahaya karena serat asbes dikeluarkan dari asbes yang rusak.
Maka dengan kata lain, selama bahan atau benda yang terbuat dari asbes tidak rusak dan serat asbes tetap terkandung atau berada di dalam asbes maka aman untuk berada di sekitarnya dan tidak akan terhirup.
Tinjauan - Asbestosis utamanya disebabkan oleh serat asbes yang terhirup dan masuk ke dalam paru-paru lalu terperangkap di sana. - Orang-orang yang bertempat tinggal dekat pertambangan, merupakan pekerja yang berkaitan dengan asbes, ditambah merupakan perokok aktif maupun pasif memiliki kemungkinan lebih besar dalam menderita asbestosis.
Asbestosis bukanlah jenis gangguan kesehatan yang secara langsung menimbulkan gejala.
Gejala asbestosis biasanya timbul sekitar 10-40 tahun setelah mengalami paparan serat asbes.
Di bawah ini adalah gejala-gejala yang perlu diwaspadai, terutama oleh orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi [1,2,5,6,7].
Kapan seharusnya memeriksakan diri ke dokter?
Bila gejala-gejala tersebut mulai timbul, terutama jika penderita tinggal di wilayah dengan tingkat paparan asbes tinggi atau bermata pencaharian sebagai pekerja yang berhubungan dengan asbes, segera ke dokter memeriksakan diri.
Konsultasikan setiap gejala yang dirasakan serta riwayat pekerjaan dan sebagainya yang dirasa meningkatkan risiko asbestosis.
Tinjauan Gejala asbestosis tidak terjadi hanya karena beberapa kali paparan terhadap asbes. Gejala umumnya timbul 10-40 tahun kemudian bila paparan terjadi terus-menerus dalam jangka panjang, seperti sesak nafas, nyeri dada, turunnya nafsu makan dan berat badan, tubuh mudah kelelahan, dan batuk kering yang tak kunjung sembuh.
Gejala asbestosis memiliki kemiripan dengan sejumlah penyakit paru lainnya, maka cukup sulit untuk mendiagnosa tanda dan gejalanya.
Namun umumnya, beberapa metode pemeriksaan berikut inilah yang dilakukan oleh dokter [1,5,6,7]:
Pemeriksaan fisik menjadi langkah utama yang pasien perlu tempuh di mana dokter biasanya menggunakan stetoskop untuk mendengarkan paru-paru pasien.
Pemeriksaan ini diperlukan karena pada pasien dengan kondisi paru buruk akan terdengar suara berderak dari paru-paru ketika pasien mengambil nafas.
Usai pemeriksaan fisik, dokter biasanya memberikan beberapa pertanyaan seputar riwayat medis pasien dan keluarga pasien.
Dokter juga perlu tahu apa pekerjaan pasien dan apakah ada hubungannya dengan paparan asbes yang terlalu sering.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, biasanya belum cukup dan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan masih harus pasien jalani.
Melalui tes pemindaian seperti sinar-X atau rontgen dada, dokter akan mengetahui tanda-tanda yang lebih jelas kondisi paru pasien.
Pada penderita asbestosis, rontgen dada biasanya akan menunjukkan adanya warna putih yang terlalu banyak pada jaringan paru.
Pada kasus yang sudah sangat parah, tak hanya satu sisi paru yang ditemukan berwarna putih, tapi jaringan kedua paru.
Bila kedua paru sudah terkena asbestosis dan pada kondisi yang sangat parah, maka biasanya hasil gambar rontgen dada menunjukkan jaringan paru menyerupai sarang lebah.
Metode CT scan biasanya dikombinasi dengan hasil rontgen akan menghasilkan diagnosa yang lebih detil, terutama karena dokter mengambilnya dari beberapa sudut yang berbeda.
Dokter baru akan mengetahui kondisi jaringan halus dan tulang pasien yang biasanya membantu mendeteksi asbestosis tahap awal sehingga penanganan dapat diberikan secepatnya.
Tes fungsi paru juga merupakan metode pemeriksaan yang dokter kemungkinan anjurkan bagi pasien untuk mengetahui seberapa baik fungsi paru pasien.
Melalui tes ini akan terdeteksi seberapa banyak udara yang dapat ditahan saat pasien mengambil nafas.
Tak hanya itu, pemeriksaan ini juga untuk mengetahui seberapa banyak aliran udara yang keluar dan masuk paru-paru pasien.
Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter akan lebih dulu memberikan anestesi / obat bius.
Baru kemudian prosedur dilanjutkan dengan memasukkan sebuah jarum melalui dinding dada pasien yang berguna untuk mengambil cairan.
Cairan yang telah diambil akan dianalisa di laboratorium, namun biasanya setelah cairan diambil ini akan mengatasi sesak nafas yang terjadi.
Dalam melakukan prosedur ini, dokter biasanya akan menggunakan bronkoskop atau tabung tipis yang dimasukkan melalui mulut atau hidung untuk sampai ke paru melewati tenggorokan.
Terdapat kamera yang melengkapi tabung ini di mana kamera berukuran kecil dan ringan akan membantu dokter dalam mendapatkan gambaran kondisi saluran pernafasan.
Pengambilan sampel jaringan paru adalah metode yang juga akan menguatkan hasil diagnosa.
Dokter melalukan metode pemeriksaan ini biasanya untuk mendeteksi adanya kelainan pada bagian paru.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan menjadi yang utama dalam mendiagnosa asbestosis. Namun untuk memastikan hasil diagnosa, beberapa metode pemeriksaan lanjutan seperti biopsi paru, tes fungsi paru, rontgen dada, CT scan, bronkoskopi, dan/atau thoracentesis kemungkinan perlu ditempuh pasien.
Pengobatan asbestosis dilakukan dalam tiga metode, yaitu terapi khusus, perubahan gaya hidup, serta tindakan operasi.
Tergantung dari seberapa parah kondisi asbestosis pasien, penanganan yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan hal tersebut [1,5,6,7].
Karena pasien asbestosis cenderung mengalami gangguan pernafasan, otomatis penting bagi dokter untuk segera menanganinya dengan memberikan terapi oksigen.
Melalui terapi oksigen, kekurangan oksigen dapat diatasi dengan baik.
Bagi beberapa pasien yang mengalami kesulitan bernafas, selain terapi pemberian oksigen, latihan relaksasi dan pernafasan perlu ditempuh oleh pasien.
Program rehabilitasi paru ini akan dibantu oleh para terapis ahli di mana pasien didampingi dalam melakukan sejumlah komponen latihan fisik dan edukasi.
Teknik pernafasan yang benar, begitu juga relaksasi akan diajarkan supaya kebiasaan aktivitas fisik pasien pun meningkat.
Pada kasus asbestosis dengan gejala yang sudah sangat serius, umumnya dokter akan merekomendasikan transplantasi paru.
Asbestosis yang sudah parah ditandai dengan fungsi paru yang menurun sehingga transplantasi paru bertujuan untuk mengganti paru yang tak lagi berfungsi dengan paru yang sehat.
Untuk memaksimalkan pengobatan asbestosis dan meredakan berbagai gejala, dokter akan memberikan beberapa anjuran terkait kebiasaan dan pola hidup pasien.
Selain diminta menghindari paparan debu asbes, pasien juga perlu menghindari kebiasaan merokok ataupun asap rokok.
Dengan tidak menjadi perokok aktif maupun pasif, hal ini akan mempercepat pemulihan fungsi paru-paru dan pernafasan.
Vaksinasi pneumonia dan flu juga dapat dianjurkan oleh dokter karena vaksin ini mampu memperkecil risiko paru terkena infeksi.
Vaksinasi pun menjadi pencegah bagi paru mengalami kondisi yang lebih buruk usai terkena asbestosis.
Tinjauan Pengobatan asbestosis meliputi beberapa metode, yaitu dengan terapi oksigen, program rehabilitasi paru, perubahan gaya hidup, dan/atau operasi jika memang kondisi gejala pasien sudah sangat parah.
Komplikasi paling umum dari asbestosis sekaligus paling mengerikan adalah risiko kanker paru [1,3,4,5,7].
Para penderita asbestosis yang merupakan perokok aktif ataupun mantan perokok memiliki potensi lebih besar dalam mengalami kanker paru.
Selain kanker paru, mesothelioma ganas adalah risiko komplikasi yang juga perlu diwaspadai walaupun sangat jarang terjadi.
Kondisi komplikasi ini pun merupakan bentuk kanker yang mampu menyerang jaringan di sekitar paru.
Mesothelioma ganas dapat timbul setelah terkena paparan serat asbes selama bertahun-tahun.
Tinjauan Kanker paru adalah bentuk komplikasi paling umum dari asbestosis. Sementara itu, mesothelioma ganas adalah komplikasi lain yang perlu diwaspadai walaupun sangat jarang terjadi.
Upaya pencegahan asbestosis yang paling baik adalah dengan menjauhi sumber paparan asbes.
Menghindari debu asbes yang mengandung serat asbes adalah langkah pencegahan yang paling dianjurkan [1,3,7].
Tinjauan - Pencegahan terbaik agar tidak mengalami asbestosis adalah dengan menghindari paparan debu asbes, yang artinya perlu menghindari sumber material asbes. - Pengecekan kesehatan rutin (skrining paru), tidak menjadi perokok aktif/pasif, dan melindungi diri saat bekerja di lingkungan penuh asbes adalah cara lain dalam mencegah asbestosis.
1) Jenish Bhandari; Pawan K. Thada; & Yub Raj Sedhai. 2020. National Center for Biotechnology Information. Asbestosis.
2) Anonim. 2005. DetikNews. Warga Palembang Alami Asbestosis, Kasus Pertama di Asia Tenggara.
3) Enrico Pira, Francesca Donato, Luisa Maida, & Gianluigi Discalzi. 2018. Journal of Thoracic Disease. Exposure to asbestos: past, present and future.
4) David W. Kamp. 2009. HHS Public Access. Asbestos-induced lung diseases: an update.
5) Anonim. American Lung Association. Asbestosis.
6) Anonim. 2017. National Health Service. Asbestosis.
7) Abigail R. Lara , MD. 2018. Merck Manual. Asbestosis.