Kehamilan seringkali disertai dengan berbagai perubahan pada tubuh ibu, termasuk perubahan secara anatomis maupus fisiologis pada saluran pencernaan. Hal ini dapat mengarah pada gejala seperti mual, konstipasi, refluks gastroesofagus dan sebagainya[1, 2].
Banyak ibu hamil mengalami kondisi yang disebut pendarahan rektal, ditandai dengan keluarnya darah dalam feses (sisa pencernaan)[1, 3].
Terdapatnya sejumlah darah pada feses sering kali disebabkan oleh retakan kecil (fissure) rektum atau ambeien (hemorrhoid)[4].
Pendarahan dapat terjadi di berbagai tempat pada saluran pencernaan. Makin lama darah berada di sepanjang saluran pencernaan, maka darah makin terlihat berbeda dari darah normal. Sering kali darah yang berasal dari pendarahan pada perut terlihat hitam dan seperti ter. Darah yang berada di saluran pencernaan dalam waktu singkat atau bersumber di dekat rektum dapat terlihat merah atau merah tua[4].
Daftar isi
Ditemukannya darah keluar saat buang air besar selama kehamilan dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, meliputi[1, 2, 3, 5]:
Kebanyakan wanita mengalami konstipasi ketika hamil, baik ringan atau berat hingga menimbulkan rasa sakit. Ibu hamil perlu memastikan untuk banyak minum air dan mengkonsumsi makanan berserat untuk menjaga kelancaran kerja usus dan memungkinkan buang air besar secara rutin.
Konsumsi obat juga dapat menyebabkan konstipasi selama kehamilan. Terkadang, penggunaan vitamin dosis tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan konstipasi dan kesulitan buang air besar.
Konstipasi dapat mengarah pada masalah lain yang dapat mengakibatkan feses berdarah:
Yaitu pembuluh darah yang terletak di sekitar bagian rektum. Selama trisemester ketiga kehamilan, ambeien sering kali membengkak dan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Hingga 50% wanita mengalami ambeien selama kehamilan. Ambeien dapat disebabkan oleh peningkatan volume darah yang mengarah pada pembesaran vena, tekanan pada vena dekat anus dari bayi dan uterus, perubahan hormon, dan konstipasi.Jika ibu hamil tengah mengalami konstipasi, kesulitan untuk buang air besar meningkat dan mengharuskan untuk mengejan lebih kuat. Akibatnya, ambeien dapat menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan mulai berdarah. Darah dari ambeien akan ikut keluar bersama feses.
Merupakan retakan yang terbentuk pada kulit di sekitar bagian rektum. Konstipasi biasanya membuat kita perlu mengejan lebih kuat untuk mengeluarkan feses sehingga dapat membentuk fisura anal.
Kehamilan merupakan predisposisi fisura anus, akibat penurunan motilitas usus besar akibat dampat vasodilatori dari prostaglandin dan substansi endotelium vaskuler serta tekanan ada kolon rektosigmoid oleh uterus gravid. Pada suatu studi insidensi fisura anal selama kehamilan sekitar 3%.
Jika terus mengejan keras saat buang air besar, fisura anal akan retak, yang mana mengarah pada keluarnya darah ke feses. Fisura juga disertai rasa sakit yang teramat.
Terjadi pada mereka yang mengalami fisura anal. Saat konstipasi berlangsung lama dan diperlukan mengejan keras saat buang air besar, fisura anal mendapat tekanan dalam jumlah besar. Akibatnya fisura anal menjadi lebih besar dan dapat mengarah pada sobeknya area rektum. Kondisi ini menyebabkan darah keluar ke feses.
Suatu saluran dari bagian rektum ke kulit di sekitar anus. Pada sebagian besar kasus, fistula menjadi saluran yang mengeluarkan substansi berwarna putih, tapi terkadang dapat menyebabkan pendarahan.
Sejumlah kantung memanjang pada dinding dalam bagian perut, disebut sebagai divertikula. Umumnya, divertikula berkembang di dalam usus besar seiring seorang anak menjadi dewasa. Terkadang divertikula dapat memanjang dan membengkak akibat tekanan terus menerus dari spasma yang dialami usus besar.
Biasanya kondisi tersebut tidak menimbulkan masalah. Namun pada beberapa kasus divertikula dapat terinfeksi dan mengarah pada kondisi yang disebut divertikulosis.
Penyakit divertikula merupakan kondisi umum yang mempengaruhi 5-10% populasi usia lebih dari 45 tahun. Kurang dari 5% kasus didiagnosis sebelum usia 40 tahun.
Pendarahan yang disebabkan oleh divertikula dapat terjadi dalam jumlah besar yang akan segera berhenti. Pendarahan tersebut terjadi hanya satu kali. Meski terkadang masih dapat ditemukan titik darah selama beberapa hari atau minggu.
Pendarahan dari rektum juga dapat disebabkan oleh kanker. Pertumbuhan jaringan jinak yang terjadi di dalam usus besar dikenal sebagai polip. Saat polip menjadi besar sering kali terjadi pendarahan. Beberapa jenis polip dapat berkembang menjadi kanker.
Terjadinya kanker bersama dengan kehamilan tergolong langka, dengan insidensi sekitar 1 dalam 1.000 kehamilan. Insidensi meningkat dengan usia lanjut.
Rektum atau usus besar terkadang dapat mengalami peradangan dan mengakibatkan timbulnya ulser. Kadang rektum dan usus besar dapat meradang pada waktu yang bersamaan.
Peradangan atau inflamasi rektum disebut sebagai proktitis, sementara peradangan usus besar disebut sebagai colitis. Ulser yang terbentuk akibat kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pendarahan.
Beberapa patogen yang menginfeksi dapat mengakibatkan diare yang tercampur dengan darah dan mukus akibat inflamasi kolon. Pasien dapat mulai tidak enak badan setelah mengkonsumsi makanan tertentu dan kontak dekat dengan orang yang mengalami gejala serupa.
Organisme kausatif dapat meliputi Shigella, Campylobacter, Salmonella, dan E.coli. Kondisi ini dapat disertai gejala sistemik seperti demam.
BAB berdarah saat hami dapat ditandai oleh beberapa gejala berikut[2]:
Jika keluarnya darah pada feses disebabkan oleh ambeien, ibu hamil dapat mengalami gejala seperti[5]:
Keluarnya BAB berdarah sangat umum terjadi pada ibu hamil. Jika hanya terdapat sejumlah kecil darah, maka kemungkinan bukan termasuk kondisi yang perlu dikhawatirkan. Selain itu, ibu hamil sebaiknya memastikan jika darah berasal dari bagian rektum atau dari vagina[2].
Umumnya, darah yang keluar bersama feses tidak memerlukan pertolongan medis. Meski demikian, pada beberapa kasus, terjadinya BAB berdarah pada ibu hamil perlu diperiksakan ke dokter, seperti[2]:
Diagnosis BAB berdarah saat hamil bergantung pada penyebab kondisi. Dokter perlu melakukan mengecek catatan kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik[6].
Untuk mengkonfirmasi penyebab, dapat dilakukan tes tertentu seperti[6]:
Pengobatan BAB berdarah saat hamil bergantung pada penyebab dan sumber pendarahan[6].
Jika pasien kehilangan darah dalam jumlah besar, penanganan dimulai dengan menstabilkan kondisi pasien. Dokter akan memberikan oksigen dan memantau jantung pasien. Kemudian diberikan infus untuk memberikan cairan dan kemungkinan transfer darah[6].
Penanganan lebih lanjut bergantung pada sumber pendarahan pasien, seperti berikut[2, 6]:
Perawatan di rumah sakit diperlukan ketika pasien mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar, jika darah belum berhenti, atua jika tanda-tanda vital belum menjadi normal[6].
Saat mengalami BAB berdarah, hal pertama yang sebaiknya dilakukan ibu hamil ialah memberitahukan pada dokter. Selain penanganan dari dokter, ibu hamil dapat melakukan beberapa perawatan secara mandiri di rumah, meliputi[2, 6]:
Perawatan lanjutan untuk BAB berdarah biasanya meliputi penggunaan obat sesuai petunjuk, kunjungan rutin ke dokter, dan pemantauan ada tidaknya tanda terjadinya BAB berdarah yang berlanjut[6].
Ambeien dan fisura anal dapat membaik dengan sendirinya. Akan tetapi, untuk mencegah kondisi kambuh, sebaiknya pasien melakukan langkah pencegahan konstipasi dan menghindari mengejan[1].
Umumnya BAB berdarah saat hamil disebabkan oleh konstipasi yang mengakibatkan ambeien dan fisura anal. Berikut beberapa tips untuk mencegah dan meringankan konstipasi[2, 7]:
1. Valencia Higuera, reviewed by Carolyn Kay, MD. Your Poop May Change During Pregnancy—Here’s How. Healthline; 2020.
2. Debolina Raja. Blood in Stool During Pregnancy—Causes & Symptoms You Should Be Aware Of. Mom Junction; 2021.
3. L Story, S Rafique, N Samadi, J Mawdsley, B Singh, A Banerjee. Lower Gastrointestinal Bleeding in Pregnancy: Differential Diagnosis, Assessment and Management. Obstetric Medicine; 2020.
4. Anonim, reviewed by William H. Blahd, Jr., MD, FACEP, et.al. Pregnancy: Changes in Bowel habits. HealthLinkBC; 2019.
5. Natalie Silver, reviewed by Deborah Weatherspoon, Ph.D, RN, CRNA. Pregnancy Hemorrhoids: What You Need to Know. Healthline; 2019.
6. Charles Patrick Davis, MD, PhD, reviewed by John P. Cunha, DO, FACOEP. Rectal Bleeding. E-Medicine Health; 2019.
7. Eva Dasher, reviewed by Rebecca Yee, MD, ob-gyn. Rectal Bleeding During Pregnancy. Baby Center; 2021.