Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Pikiran dan emosi seseorang dapat mempengaruhi kesehatan. Perilaku negatif dan perasaan putus asa dan tidak berdaya dapat menyebabkan stres kronik, yang akan mempengaruhi keseimbangan hormonal dan kimia
Depresi, stress, gangguan kecemasan saat ini telah menjadi momok yang menghantui banyak orang. Bahkan di beberapa negara kasus tersebut semakin meresahkan karena berdampak pada generasi muda.
Beberapa penyakit mental diketahui dapat disebabkan karena pikiran negatif dan juga adanya kondisi di sosial atau lingkungan yang menyebabkan mereka mengalami gangguan. Kali ini kita akan membahas lebih lanjut tentang pikiran negatif, apa saja bahaya dan bagai cara kita mencegah serta mengatasinya.
Daftar isi
Individu dengan beragam jenis gangguan emosi diketahui memiliki pikiran yang berulang dan berlebihan terhadap kondisi, masalah serta pengalaman di masa lampau atau kekhawatiran terhadap masa depan. Repetitive negative thinking (RNT) tersebut ditemukan dalam berbagai gangguan termasuk gangguan afektif, kecemasan, insomnia, dan juga psikosis [1]. Macam atau jenis pikiran negatif sendiri antara lain:
Kerapkali kita merasa khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti atau terjadi. Kekhawatiran dan pikiran yang berlebihan ini bisa dalam bentuk rangkaian pikiran dan juga gambaran tentang hal negatif dan relatif tidak bisa dikendalikan [1].
Berpikir tentang sesuatu hanya terkait dengan baik dan buruk dan membagi semua yang ada di dunia menjadi dua kategori tersebut. Hal ini sangat nyata dan kerap kita lakukan sehari-hari seperti melihat tentang pencapaian kita baik dari pendidikan, karir, keluarga dan membandingkan apakah kita sukse atau gagal [2].
Anda juga hanya melihat suatu hal dan membaginya dalam hitam dan putih, baik dan buruk atau apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan tujuan, jalur atau hasil yang kita inginkan. Jika anda tidak mencapai tujuan anda atau hasil yang anda harapkan tidak sesuai anda beranggapan bahwa itu kegagalan sepenuhnya [2, 3].
Pikiran ini tergolong pikiran negatif terutama jika anda menjadikan orang lain sebagai “tersangka” atas kegagalan atau masalah yang sedang anda hadapi. Bahkan untuk hal kecil anda membutuhkan alasan dan pembenaran untuk mendapatkannya atau meraihnya atau sebaliknya.
Contoh mudahnya anda membeli suatu barang bukan karena anda suka tapi karena barang tersebut mungkin dibutuhkan pasangan anda dan sebagainya. Atau ketika anda memiliki masalah, anda merasa hal tersebut kesalah si A, B, atau C [2].
Pernyataan keharusan sebenarnya terkait motivasi terhadap diri sendiri namun dengan cara memacu dan menghukum diri sendiri dengan berekspektasi terhadap segala sesuatu dan berharap untuk membuat keputusan dengan benar di setiap kesempatan [2].
Seseorang dengan pikiran ini beranggapan bahwa sesuatu hanya diputuskan dengan harus dan tidak harus dan seolah anda harus dihukum dan didorong sebelum anda mendapatkan sesuatu atau melakukan sesuatu
Keharusan dan kewajiban tersebut juga memiliki konsekuensi emosi dimana anda merasa bersalah jika tidak melakukannya. Dan ketika melihat orang lain dengan adanya pikiran negatif ini anda akan merasa marah, frustasi, benci dan kecewa jika mereka tidak melakukan sesuai yang anda inginkan [3].
Hal ini sudah sangat umum terjadi, ketika seseorang membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Baik itu dari segi pencapaian, kondisi fisik, kondisi finansial atau hal-hal lain yang merasa bisa dibandingkan. Pada posisi ini seseorang akan menyalahkan diri sendiri ketika tidak dapat mencapai atau melakukan apa yang orang lain dapat lakukan [2].
Salah satu pikiran negatif yang harus anda hilangkan, terutama jika anda ingin mendapatkan hal yang anda inginkan.
Pikiran ini akan membuat anda merasa tertahan untuk melakukan sesuatu, karena begitu menemui rintangan anda akan cepat menyerah dan merasa hal tersebut terlalu berat. Mudah menyerang merupakan pikiran negatif yang kerap diiringi dengan pikiran negatif lainnya [2].
Seseorang yang memiliki pikiran negatif ini akan melihat satu kejadi negatif baik itu kesalahan maupun kegagalan di masa lampau dan menjadikannya sebagai bentuk kekalahan yang akan diingat selamanya [3].
Bahkan pada kasus tertentu hal ini dianggap sebagai kegagalan yang mempengaruhi keseluruhan hidup anda [4]. Bentuk ekstrem dari kondisi yang melebihkan sesuatu adalah labelling atau melabel dan mencap sesuatu terutama terhadap diri sendiri.
Ketika anda gagal melakukannya, anda melabeli diri sendiri sebagai orang yang gagal [3]. Label negatif ini juga bisa anda berikan pada orang lain, menganggap satu kesalahan dan melabeli orang tersebut sebagai orang jahat atau bodoh dan sebagainya [4].
Masih banyak pikiran negatif lainnya yang mungkin tidak disadari selalu kita lakukan, seperti [3,4]:
Bahaya berpikir negatif tentu saja sangat beragam, dan tidak hanya dari segi mental saja namun juga dapat berdampak pada kesehatan fisik. Berikut beberapa bahaya berpikir negatif [1,4,6,7]:
Untuk mencegah pikiran negatif ada beberapa hal yang dapat anda lakukan [8]:
Jika sudah terlanjur berpikir negatif, cobalah cara berikut untuk mengatasinya [2]:
1. Thomas Ehring and Edward R. Watkins. Repetitive Negative Thinking as a Transdiagnostic Process. Volume 1 (3). International Journal of Cognitive Therapy.; 2008.
2. Anonim. Negative and Positive. CC Health; 2021.
3. Anonim. Identifying Negative Automatic Thought Patterns, Harvard University; 2021.
4. Juliann Garey. How to Change Negative Thinking Patterns. Child Mind Institute; 2021.
5. Anonim. Talk Back to Negative Thoughts. National Diabetes Prevention Program; 2011.
6. Lea Rood, Jeffrey Roelofs, Susan M. Bögels, and Lauren B. Alloy. Dimensions of Negative Thinking and the Relations with Symptoms of Depression and Anxiety in Children and Adolescents. National Center for Biotechnology Information; 2009.
7. Rebecca L. Dekker, MSN, RN, PhD Candidate. Measurement of Negative Thinking in Patients with Heart Failure: A Critical Review and Analysis. National Center for Biotechnology Information; 2012.
8. Anonim. Anxiety: Stop Negative Thoughts. Michigan Medicine University of Michigan; 2021.