Selama lebih dari setengah abad, obesitas atau kelebihan berat badan telah menjadi permasalahan global yang membutuhkan perhatian khusus. Obesitas ditentukan berdasarkan perhitungan body mass index (BMI). Pada wanita, skor BMI antara 25 – 29.9 disebut memiliki berat badan berlebih. Sedangkan skor BMI di atas 30 merupakan obesitas [2,3].
Jumlah wanita penderita obesitas sudah bukan main-main lagi, yaitu lebih dari 300 juta wanita di seluruh dunia terdiagnosa menderita obesitas [3]. Dengan tingginya angka ini, menyebabkan berbagai macam penyakit juga turut mengintai kesehatan wanita obesitas. Berikut akan dipaparkan berbagai bahaya obesitas pada wanita [1,2,3,6].
Daftar isi
Diabetes adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh salah 1 dari 2 faktor berikut [4]:
Terdapat 1 jenis diabetes yang hanya menyerang wanita. Diabetes tersebut adalah diabetes selama kehamilan, atau disebut juga dengan diabetes gestasional. Diabetes ini biasanya tidak menunjukkan gejala, muncul pada trimester kedua atau ketiga, hanya bisa dideteksi ketika pemeriksaan kandungan rutin ke dokter, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya setelah melahirkan [4,5].
Dalam beberapa kasus, diabetes selama kehamilan dapat pula tidak sembuh setelah melahirkan. Lebih lanjut, diabetes ini dapat berulang kembali di kehamilan selanjutnya atau dapat berubah menjadi diabetes tipe 2. Untuk mencegah hal ini terjadi, dapat dilakukan tes darah setelah 6 – 13 minggu setelah melahirkan, kemudian melakukan tes darah rutin juga dalam kurun waktu 1 tahun sekali. Perlu diwaspadai juga apabila muncul tanda-tanda kenaikan gula dalam darah seperti mudah haus dan sering buang air kecil lebih dari biasanya [5].
Obesitas pada wanita juga meningkatkan resiko terkena berbagai macam penyakit kanker. Bukan hanya 1, namun 3 jenis kanker, yaitu kanker payudara, kanker endrometrium, dan kanker ovarium [1,2].
Kanker payudara adalah suatu kondisi di mana sel-sel yang terdapat pada payudara tumbuh sangat cepat dan di luar kendali tubuh. Kanker payudara ini dapat pula menyebar ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh darah atau getah bening. Kanker payudara yang diderita wanita yang mengalami obesitas biasanya terjadi pada masa setelah menopause [7,8,9]
Pada wanita obesitas, komplikasi metabolisme dan peradangan dalam tubuh menjadi pemeran utama penyebab munculnya kanker payudara. Dilaporkan bahwa wanita obesitas yang sudah menopause mempunyai peningkatan resiko terkena kanker payudara sebesar 40% [7].
Kanker endometrium adalah ketika sel ganas tumbuh pada jaringan atau lapisan endometrium. Endometrium sendiri merupakan suatu daerah berongga yang terdapat pada bagian panggul seorang wanita. Pada wanita obesitas, resiko terkena kanker endometrium meningkat hingga 4 kali lebih besar, dibandingkan pada wanita yang mempunyai berat badan normal [7,15].
Kanker endometrium juga berhubungan dengan kanker payudara. Kanker endometrium bisa pula diderita oleh wanita obesitas yang sedang menderita dan menjalani pengobatan terhadap kanker payudara. Terdapat obat kanker payudara yang disebut dengan Tamoxifen. Apabila penderita kanker payudara mengonsumsi obat ini kemudian mengalami pendarahan pada daerah vagina, maka ada baiknya untuk melakukan pengecekan lebih lanjut dengan tes atau biopsi pada lapisan endometrium [15].
Kanker ovarium merupakan salah 1 jenis kanker yang paling sering menyerang wanita. Kanker ini terjadi ketika ada sel ganas yang tumbuh pada organ ovarium, yaitu sepasang organ pada wanita yang berukuran kecil dan terletak pada perut bagian bawah. Ovarium terhubung dengan rahim dan fungsinya adalah untuk menyimpan pasokan sel telur [16].
Kanker ovarium biasanya menyerang wanita obesitas yang sudah menopause. Apalagi pada wanita menopause yang tidak mendapatkan atau melakukan terapi hormon menopause, resiko terkena kanker ovarium meningkat sebanyak 10%. Namun, tidak menutup kemungkinan kanker ini juga menyerang wanita penderita obesitas dengan usia yang lebih muda [7,16].
Stroke adalah suatu kondisi di mana aliran darah di otak terhambat atau ketika pembuluh darah di otak pecah. Darah bertugas untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh, termasuk otak. Apabila sel-sel otak kekurangan darah, maka sel tersebut akan menjadi tidak berfungsi [10].
Para perempuan dengan berat badan berlebih atau obesitas disebut mempunyai resiko untuk menderita berbagai macam stroke. Namun, stroke yang paling umum diserita oleh perempuan obesitas adalah jenis stroke iskemik [11]. Stroke iskemik, atau disebut juga dengan ischaemic cerebral infarct, adalah ketika suatu bagian dari otak tiba-tiba saja tidak teraliri darah karena adanya penyumbatan pada salah satu arteri [12].
Pada umumnya, perempuan mempunyai lebih banyak persentase lemak di dalam tubuh, jika dibandingkan dengan pria. Disebutkan pula bahwa stroke iskemik ini merupakan dampak dari perempuan yang memiliki berat atau lemak berlebih pada bagian perut. Para peneliti pun berpendapat bahwa untuk mengetahui resiko stroke pada wanita, maka cukup dengan menggunakan perhitungan ukuran lemak pada bagian perut saja [12].
Stretch mark merupakan suatu kondisi yang biasa ditemui pada wanita yang sedang hamil, sedang mengalami pubertas, memiliki riwayat keturunan, juga pada wanita yang obesitas. Tanda adanya stretch mark adalah dengan munculnya garis memanjang pada lapisan kulit. Stretch mark biasanya tidak berbahaya dan bisa muncul dalam berbagai warna. Pada awalnya, stretch mark dapat berwarna merah muda, merah, coklat, hitam, abu-abu, atau ungu, kemudian seiring berjalannya waktu, warnanya akan memudar dan berubah menjadi putih keabuan [17,18].
Stretch mark muncul karena adanya perubahan yang tiba-tiba pada tubuh, khususnya pada wanita yang mengalami pertambahan berat badan atau obesitas. Ketika terjadi pertambahan berat badan, lapisan kulit terluar akan meregang dan menyebabkan lapisan tengah kulit (dermis) terkoyak, sehingga menyebabkan lapisan kulit di bawah dermis nampak dari luar dan memunculkan stretch mark [17].
Robekan atau koyakan pada dermis dapat pula menyebabkan pembuluh darah untuk ikut terlihat. Maka dari itu, stretch mark dapat terlihat dalam berbagai warna pada awal kemunculannya. Stretch mark biasanya umum terjadi pada bagian perut, payudara, dada, lengan bagian atas, betis, panggul, punggung, pantat, paha, atau bahu [17,18].
Selain diabetes selama kehamilan, wanita yang menderita obesitas juga dapat terserang masalah atau penyakit lain seputar kehamilan dan sistem reproduksi. Permasalahan tersebut antara lain gangguan menstruasi, kemandulan, PCOS, keguguran, melahirkan secara prematur, tekanan darah tinggi selama kehamilan dan gagal menyusui [1,2,3].
Menstruasi adalah sebuah siklus bulanan yang dialami oleh wanita. Normalnya, siklus menstruasi akan datang setiap kurang lebih 28 hari sekali dan dapat berlangsung selama beberapa hari. Namun, pada wanita yang obesitas, siklus menstruasi yang terjadi adalah siklus yang tidak normal atau memiliki gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi tersebut adalah siklus menstruasi yang tidak teratur dan darah menstruasi yang mengalir terlalu banyak [21,22].
Siklus menstruasi yang tidak teratur ini disebabkan karena wanita yang obesitas memproduksi terlalu banyak hormon estrogen dalam tubuh, yaitu suatu hormon yang berfungsi untuk mengatur sistem reproduksi. Hormon estrogen yang terlalu banyak ini dapat menyebabkan siklus mentruasi yang tidak teratur atau bahkan dapat menyebabkan wanita tidak mengalami menstruasi [21].
Selain banyaknya hormon estrogen yang diproduksi, berat badan yang berlebih juga dapat memperlambat proses perbaikan rahim selama menstruasi. Yang terjadi adalah wanita yang obesitas bisa saja harus mengganti tampon atau pembalut setiap kurang dari 2 jam sekali. Bisa juga mengeluarkan gumpalan darah yang begitu banyak ketika masa menstruasi tiba [22].
Kemandulan didefinisikan sebagai kegagalan hamil setelah melakukan aktivitas seksual yang rutin tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setidaknya 12 bulan. Sebenarnya, hubungan antara obesitas dengan kemandulan masih diteliti hingga saat ini. Para peneliti belum bisa memastikan karena hubungan ini sangat rumit dan bisa saja dikarenakan banyak faktor [20].
Namun, ada beberapa hal yang sangat mungkin menjadi penyebab kemandulan pada wanita yang obesitas. Di dalam tubuh wanita yang obesitas terjadi resistensi insulin, level leptin meningkat dan terjadi hiperandrogenemia. Hal-hal tersebut diyakini menjadi penyebab kemandulan pada wanita obesitas [19].
PCOS merupakan singkatan dari Polycyctic Ovary Sindrome. Di dalam tubuh wanita terdapat folikel yang merupakan tempat berkembangnya sel telur. Pada kondisi PCOS, folikel tersebut tidak dapat melepaskan sel telur, sehingga proses ovulasi dapat terganggu [24].
PCOS sebenarnya bukan merupakan gangguan baru pada sejumlah wanita. Bahkan, PCOS sudah dianggap sebagai permasalahan biasa yang telah diderita oleh 7% wanita di seluruh dunia. Pada wanita yang obesitas, resiko menderita PCOS akan naik signifikan, yaitu mencapai 80% lebih tinggi daripada wanita dengan berat badan normal [23].
Tanda-tanda terserang PCOS biasanya sudah bisa diketahui atau muncul pada usia belasan akhir atau awal 20an. Tanda-tanda tersebut antara lain menstruasi yang tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali, susah hamil, hirsutisme, rambut rontok dan kulit berminyak atau berjerawat [24].
Keguguran adalah suatu kondisi di mana janin hilang atau gugur secara tiba-tiba. Keguguran biasa terjadi pada usia kandungan di bawah 7 bulan. Faktor penyebab keguguran dapat bermacam-macam. Pada negara berkembang, obesitas sering dikaitkan sebagai salah satu penyebab dari keguguran [25].
Jumlah kasus keguguran pada wanita obesitas menunjukkan persentase yang cukup tinggi. sebanyak 38 – 45% wanita yang obesitas beresiko mengalami keguguran. Hal ini disebabkan karena obesitas atau lemak berlebih pada wanita dapat mempengaruhi perkembangan embrio atau lapisan endometrium [19,25]
Suatu proses kelahiran dikatakan prematur apabila bayi dilahirkan sebelum usia kandungan mencapai 40 minggu. Biasanya, kelahiran prematur terjadi pada usia kandungan kurang dari 28 – 37 minggu. Pada wanita yang menderita obesitas, resiko melahirkan secara prematur dapat menjadi lebih besar, yaiitu 6 kali lebih tinggi, daripada wanita dengan berat badan yang normal [26].
Pada kehamilan pertama, wanita obesitas bisa saja melahirkan secara prematur pada usia kandungan hanya mencapai usia 20 – 23 minggu saja. Kemudian, pada kehamilan selanjutnya, resiko melahirkan secara prematur tetap ada. Keadaan ini merupakan pengaruh kondisi wanita yang obesitas, di mana terjadi proses inflamasi yang meningkat di dalam tubuh, terutama saat awal masa kehamilan [26].
Beberapa wanita bisa saja menderita darah tinggi selama kehamilan. Namun, apabila wanita tersebut juga menderita obesitas, maka resiko terserang penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi selama kehamilan akan semakin besar. Tekanan darah tinggi selama kehamilan ini disertai juga dengan kurang atau tidak adanya protein di dalam urin[27].
Selain itu, dapat juga menyebabkan permasalahan pada jantung atau ginjal. Hal ini tentu saja akan berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan ibu serta bayinya28].
Umumnya, tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat diketahui setelah usia kandungan mencapai 20 minggu. Tekanan darah tinggi ini biasanya dapat sembuh setelah melahirkan. Namun, dalam kasus wanita yang obesitas, perlu lebih berhati-hati karena penyakit ini bisa menjadi lebih parah ke depannya [28].
Proses menyusui pada wanita yang obesitas terbilang rendah. Karena berbagai macam faktor, hanya 80% wanita obesitas yang mau menyusui bayinya, sedangkan hanya 50% saja yang mampu menyusui eksklusif hingga 6 bulan. Pada wanita obesitas, menyusui merupakan suatu proses yang tidak mulus. Hal ini dikarenakan produksi ASI pada wanita obesitas tidak lancar. Kemudian ASI menjadi sulit mengalir dan menyusui pun menjadi sulit [13].
Obesitas sangat mudah didiagnosa, akan tetapi agak sulit untuk dicegah. Karena, selain faktor dari diri sendiri dan makanan, obesitas juga dapat merupakan bawaan atau didapat dari faktor keturunan. Perlu adanya langkah-langkah serius apabila tubuh sudah mulai menampakkan tanda-tanda obesitas[14].
Yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas adalah dengan melakukan diet atau pengaturan pola makan dan pola hidup, juga berolahraga secara teratur. Dalam kasus yang lebih serius, penderita obesitas dapat mengonsumsi obat-obatan dari dokter atau melakukan tindakan operasi laparoskopi [14].
1. Frank B Hu. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Overweight and obesity in women: health risks and consequences. 2003.
2. womenshealth.gov. Weight and obesity. 2019.
3. A. Templeton. ncbi.nlm.nih.gov. Obesity and Women's Health. 2014.
4. who.int. Diabetes. 2021.
5. nhs.uk. Gestational diabetes. 2019.
6. nidirect.gov.uk. Stretch marks. 2022.
7. cancer.gov. Obesity and Cancer. 2017.
8. cdc.gov. What Is Breast Cancer? 2021.
9. bumc.bu.edu. Researchers Report Novel Findings for Breast Cancer Patients with Obesity, Diabetes. 2021.
10. cdc.gov. Women and Stroke. 2021.
11. ox.ac.uk. Excess weight has different effects on different types of stroke. 2016.
12. imim.es. Abdominal Obesity: Higher Risk of Stroke in Women Than in Men. 2022.
13. urmc.rochester.edu. Myths and Truths of Obesity and Pregnancy. 2011.
14. John G Kral. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Preventing and treating obesity in girls and young women to curb the epidemic. 2004.
15. cancer.gov. Endometrial Cancer Treatment (PDQ®)-Patient Version. 2020.
16. nhs.uk. Ovarian cancer. 2020.
17. nidirect.gov.uk. Stretch marks. 2022.
18. nhs.uk. Stretch marks. 2021.
19. Zeynep Oscan Dag, Berna Dilbaz. ncbi.nlm.nih.gov. Impact on obesity on infertility in women. 2015.
20. Matea Belan, Soren Harnois-Leblanc, Blandine Laferrere, Jean-Patrice Baillargeon. cmaj.ca. Optimizing reproductive health in women with obesity and infertility. 2018.
21. nidirect.gov.uk. Stopped or missed period. 2022.
22. muhealth.ucsd.edu. Obesity May Help Trigger Heavier Periods: Study. 2021.
23. Susan Sam, MD. ncbi.nlm.nih.gov. Obesity and Polycystic Ovary Syndrome. 2007.
24. nhs.uk. Polycystic ovary syndrome. 2019.
25. Pramesh Raj Ghimire, Blessing J. Akombi-Inyang, Caterina Tannous, Kingsley E. Agho. ncbi.nlm.nih.gov. Association between obesity and miscarriage among women of reproductive age in Nepal. 2020.
26. Erin Digitale. med.stanford.edu. Obesity before pregnancy linked to earliest preterm births, Standford/Packard study finds. 2014.
27. Elham Kazemian, Gity Sotoudeh, Ahmad Reza Dorosty-Motlagh, Mohammad Reza Eshraghian, Minoo Bagheri. ncbi.nlm.nih.gov. Maternal Obesity and Energy Intake as Risk Factors of Pregnancy-induced Hypertension among Iranian Women. 2014.
28. Anonim. cdc.gov. High Blood Pressure During Pregnancy. 2021.