Penyakit & Kelainan

Bisul : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Furunkel atau dikenal secara awam dengan bisul sebenarnya adalah suatu infeksi yang terjadi pada kulit dan timbul nanah, sehingga memiliki keluhan berupa benjolan, merah, nyeri dan pada beberapa kasus

Apa Itu Bisul?

Bisul ( img : WebMD )

Bisul atau yang juga dikenal dengan istilah furunkel merupakan kondisi ketika terdapat benjolan pada kulit yang terasa nyeri dan di dalamnya berisi nanah [4,5,6,7,8].

Benjolan ini berwarna kemerahan dan terjadi umumnya karena infeksi bakteri.

Bila folikel rambut (tempat rambut tumbuh) mengalami peradangan oleh infeksi bakteri, maka bisul dapat timbul kemudian.

Tak hanya bokong dan paha yang menjadi lokasi tempat timbulnya bisul, tapi juga area tubuh lainnya seperti bahu, ketiak, leher dan wajah.

Bintitan bahkan sebenarnya adalah bisul yang terjadi di bagian kelopak mata.

Tinjauan
Bisul atau furunkel adalah benjolan merah berisi nanah yang terasa nyeri dan biasanya timbul pada folikel rambut ketika area tersebut mengalami infeksi bakteri dan peradangan.

Fakta Tentang Bisul

  1. Hingga pada tahun 2017, di Indonesia belum terdapat hasil penelitian yang menunjukkan data prevalensi penyakit kulit akibat infeksi bakteri, jamur maupun virus [1].
  2. Prevalensi bisul di Indonesia juga tidak diketahui secara jelas sebab epidemiologi untuk furunkel hidung pun belum ada walaupun kasus ini sering dijumpai dan menjadi penyakit yang umum.
  3. Di Amerika Serikat, pasien infeksi kulit rata-rata adalah pria berusia 18-44 tahun dengan jumlah kasus per tahun sekitar 14 juta [2,3].
  4. Untuk kasus furunkel hidung, data prevalensinya secara global maupun di Indonesia belum jelas diketahui karena umumnya penyakit kulit ini dianggap sebagai kondisi ringan sehingga tak memerlukan penanganan dokter atau medis [2,3].

Penyebab Bisul

Infeksi bakteri Staphylococcus aureus adalah penyebab bisul yang paling utama di mana folikel rambut menjadi target serangan infeksi bakteri tersebut [1,3,4,5,7,8].

Bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat dijumpai pada bagian dalam lapisan hidung serta biasanya bertahan di kulit manusia.

Bakteri baru akan membahayakan kesehatan dan menyebabkan infeksi ketika memasuki folikel rambut.

Terlebih jika pada folikel rambut terdapat luka terbuka, maka ini menjadi jalan masuknya bakteri untuk menginfeksi.

Beberapa faktor di bawah ini perlu diwaspadai karena mampu memperbesar potensi seseorang terkena bisul :

  • Memiliki tingkat kebersihan diri yang rendah.
  • Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya rendah.
  • Mengalami kontak langsung dengan penderita bisul.
  • Memiliki jerawat pada kulit.
  • Mengalami eksim.
  • Terkena paparan senyawa kimia yang mampu mengiritasi kulit.
  • Memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah, baik itu karena mengidap diabetes, HIV/AIDS, atau karena menjalani kemoterapi.
  • Remaja dan orang dewasa muda memiliki risiko lebih tinggi terkena bisul walaupun bisul dapat dialami siapapun tanpa memandang usia.
Tinjauan
Penyebab utama bisul adalah infeksi bakteri Staphylococcus aureus, namun beberapa faktor seperti tingkat kebersihan diri yang rendah, memiliki penyakit kulit, imun tubuh lemah, kontak langsung dengan penderita bisul, dan paparan zat kimia tertentu dapat menjadi peningkat risiko bisul.

Gejala Bisul

Timbulnya bisul terjadi biasanya pada area tubuh yang banyak ditumbuhi bulu atau rambut.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin bisul terdaat di dalam telinga. Hanya saja, area tubuh yang lebih banyak tertutup dan memiliki risiko berkeringat dan gesekan tinggi lebih mudah menjadi lokasi bisul.

Paha dan bokong adalah bagian tubuh yang umumnya mengalami bisul, namun selangkangan, ketiak, pundak, leher hingga wajah pun memungkinkan menjadi lokasi bisul.

Gejala utama bisul yang paling mudah dikenali antara lain adalah [4,5,6,8] :

  • Benjolan pada kulit yang berwarna merah.
  • Terdapat nanah di dalam benjolan yang ukurannya semula kecil, namun seiring waktu dapat membesar.
  • Benjolan ketika disentuh dan ditekan akan menimbulkan rasa sakit.
  • Area kulit di sekeliling benjolan tersebut jika disentuh terasa hangat.
  • Area kulit di sekeliling benjolan tampak kemerahan dan bahkan pada beberapa kasus ikut membengkak.
  • Bagian putih pada puncak benjolan berpotensi pecah dan saat pecah maka nanah akan keluar.
  • Umumnya bisul timbul dalam bentuk satu benjolan, namun ada kalanya berjumlah banyak dan bahkan mengumpul menjadi satu (karbunkel atau bisul sabut adalah istilah untuk kondisi ini).

Pada kasus bisul yang banyak dan mengumpul menjadi satu (karbunkel), tingkat keparahan infeksi lebih tinggi.

Lansia lebih rentan mengalami karbunkel ini, apalagi bila tubuh sedang memiliki daya tahan tubuh yang rendah.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Bisul sebenarnya adalah jenis penyakit kulit yang dapat sembuh tanpa penanganan apapun.

Hanya saja, bisul dengan ukuran kecil jauh lebih berpotensi sembuh dengan sendirinya karena menandakan bahwa daya tahan tubuh penderita masih kuat.

Penting untuk segera ke dokter dan memeriksakan diri ketika bisul bukannya makin mengecil dan hilang melainkan semakin besar.

Bila gejala atau keluhan lain seperti berikut turut menyertai pembesaran ukuran bisul, maka segera konsultasikan ke dokter.

  • Bisul terdapat di punggung, wajah, atau bahkan bagian dalam hidung.
  • Bisul timbul lebih dari satu, terutama di bagian tubuh yang sama.
  • Bisul mengumpul menjadi satu (bisul sabut atau karbunkel).
  • Bisul tak mengecil atau tak juga sembuh bahkan setelah 2 minggu lebih.
  • Bisul terjadi pada penderita gangguan sistem imun.
  • Bisul menimbulkan demam yang disertai tubuh menggigil pada penderita.
Tinjauan
Bisul ditandai dengan benjolan berwarna merah bernanah yang akan terasa sakit bila disentuh. Namun, bisul berpotensi menyebabkan demam dan bahkan berisiko semakin membesar pada sebagian kecil kasus.

Pemeriksaan Bisul

Pertama-tama saat mengunjungi dokter, dokter akan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar gejala yang dikeluhkan pasien.

Pemeriksaan fisik menjadi yang utama untuk mengetahui kondisi kulit pada bagian tubuh yang terdapat bisul.

Hanya dengan mengamati secara langsung, biasanya dokter langsung dapat mengidentifikasinya.

Namun selain pemeriksaan fisik, dokter kemungkinan melanjutkan pemeriksaan dengan metode lainnya untuk memastikan [4,8].

  • Tes Darah : Pemeriksaan darah di laboratorium berguna untuk mengetahui jenis infeksi sekaligus mengetahui kadar sel darah dalam tubuh pasien.
  • Biopsi : Pengambilan sampel jaringan kulit ataupun sampel nanah untuk dianalisa di laboratorium berguna dalam membantu dokter membuat diagnosa yang lebih akurat.
  • Tes Kultur : Tes ini adalah cara dokter dalam mengidentifikasi keberadaan mikroorganisme tertentu dalam darah pasien, entah itu parasit, jamur atau bakteri. Tak hanya itu, melalui tes ini dokter lebih mudah dalam menentukan jenis antibiotik bagi kondisi bisul pasien.

Tes-tes penunjang diperlukan apabila bisul yang dialami pasien tak kunjung sembuh bahkan usai diberi pengobatan.

Bisul yang mudah kambuh menjadi hal yang perlu dikhawatirkan dan penderita harus segera memeriksakannya jika pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

Karbunkel atau bisul dalam jumlah banyak adalah kondisi yang berbahaya, maka dokter perlu memeriksanya secara lebih detil.

Bila penderita memiliki penyakit diabetes, berimunitas rendah, dan memiliki penyakit lain yang cukup serius, maka dokter juga perlu melakukan pemeriksaan lanjutan.

Ada kalanya bisul kembali timbul bahkan setelah diobati dengan antibiotik karena bisul sudah kebal terhadap efek obat tersebut.

Oleh sebab itu, kultur adalah metode pemeriksaan yang dokter harus lakukan agar bisa memilih obat yang lebih tepat di mana bisul dapat disembuhkan.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan biasanya sudah cukup untuk mendeteksi dan mengonfirmasi bisul. Namun pada kasus bisul yang terletak lebih dalam, dokter yang menemui kesulitan akan meminta pasien menempuh tes lanjutan (tes darah, biopsi, dan tes kultur).

Pengobatan Bisul

Bisul terkadang dapat sembuh dengan sendirinya bila berukuran kecil, bahkan tanpa pengobatan apapun.

Ada pula bisul yang mudah diatasi secara mandiri di rumah bila berjumlah satu dan berukuran kecil tanpa disertai penyakit lain.

Beberapa penanganan mandiri yang umumnya diterapkan pada kasus bisul ringan antara lain [2,4,5,6,7,8] :

  • Kompres bisul, yaitu menggunakan air hangat yang dilakukan sehari 3 kali sampai rasa sakit mereda; biasanya cara ini dapat membuat nanah seluruhnya naik ke puncak benjolan.
  • Gunakan kain kasa dan sabun antibakteri untuk membersihkan ketika bisul pecah. Sabun antibakteri untuk membersihkan area bisul yang pecah dan setelahnya luka bekas pecahnya bisul dapat ditutup dengan kain kasa (pastikan kain kasa benar-benar bersih dan steril).
  • Ganti kain kasa sehari 3 kali untuk menjaga kebersihan kulit yang luka bekas pecahnya bisul.
  • Gunakan sabun dan air bersih untuk mencuci tangan setiap selesai mengobati bisul, bahkan sebelum memulainya pun pastikan tangan dalam kondisi steril dan bersih.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan agar bisul tidak memburuk antara lain adalah :

  • Hindari dengan sengaja memecahkan bisul, apalagi dengan memencetnya. Risiko infeksi sangat tinggi bila bisul pecah dan bakteri menyebar.
  • Tunggu bisul pecah dengan sendirinya, dan jika sudah pecah bersihkan sesuai dengan beberapa langkah yang telah dianjurkan.
  • Konsumsi ibuprofen atau paracetamol (jenis obat pereda nyeri) bila nyeri membuat tidak nyaman.
  • Pada kasus karbunkel atau bisul yang membesar bahkan setelah diobati ditambah penderita memiliki imun yang lemah, penanganan medis adalah yang paling diperlukan.
  • Bila penanganan mandiri kurang efektif, penting untuk segera ke dokter di mana kemungkinan dokter merekomendasikan langkah operasi.
  • Prosedur drainase adalah metode pengeluaran atau pembuangan nanah yang dilakukan oleh dokter dengan membuat sayatan tepat pada bagian bisul.
  • Gunakan antibiotik yang diresepkan dokter sebagai solusi pengobatan bagi kasus infeksi, dan hindari membeli sendiri obat antibiotik tanpa resep dokter.
Tinjauan
Bisul yang kecil dan tidak terlalu parah dapat diatasi dengan mengompres hangat bagian tersebut. Obat pereda nyeri sebagai pereda nyeri dan antibiotik (dengan resep dokter) dapat digunakan untuk menyembuhkan infeksi. Sementara pada kasus yang lebih parah, prosedur operasi (drainase) pembuangan nanah diperlukan.

Komplikasi Bisul

Bisul dapat menyebabkan komplikasi walaupun nampak sebagai gangguan kesehatan kulit yang ringan.

Ini karena bakteri yang menginfeksi dan menyebabkan bisul berpotensi menyebar (hingga ke tulang, jantung bahkan otak) dan menjadikan kondisi kulit dan tubuh lebih parah [2,3,4,5,6].

  • Kekambuhan : Pada beberapa kasus, bisul yang sudah diatasi bahkan sudah sembuh sepenuhnya dapat kembali muncul.
  • Selulitis : Bila penyebaran bakteri penyebab bisul terjadi hingga ke lapisan kulit lebih dalam, maka risiko komplikasi berupa selulitis lebih tinggi.
  • Abses : Abses atau penumpukan nanah dapat terjadi dan bahayanya hal ini berpotensi tak hanya timbul pada kulit lokasi terjadinya bisul, tapi juga organ lain seperti ginjal, otak dan sumsum tulang belakang.
  • Sepsis : Infeksi bakteri berpotensi menyebar melalui peredaran darah yang jika tidak segera diobati akan menyebabkan sepsis, yaitu organ yang gagal fungsi dan mampu berakibat pada kematian.
  • Bekas Luka : Ukuran bisul yang cukup besar mampu meninggalkan bekas yang cukup mengganggu, khususnya bila bisul berada di bagian tubuh yang nampak.
  • MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus) : Infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus tidak lagi terpengaruh oleh efek obat antibiotik apapun yang diberikan. Infeksi menjadi kebal dan hal ini menjadikan infeksi lebih sulit untuk disembuhkan.
Tinjauan
Kekambuhan bisul, abses, bekas luka, sepsis, selulitis, dan MRSA adalah risiko komplikasi bisul yang perlu diwaspadai.

Pencegahan Bisul

Pencegahan bisul dapat diterapkan dengan mudah, yaitu dengan menjaga kebersihan diri melalui beberapa langkah di bawah ini [8] :

  • Membersihkan dan mencuci tempat tidur dengan air panas supaya bakteri-bakteri yang bersarang dapat terbasmi.
  • Mencuci tangan dengan rajin, menggunakan sabun dan air bersih.
  • Tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang memiliki penyakit kulit atau infeksi kulit.
  • Makan makanan bergizi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
  • Berolahraga secara rutin supaya daya tahan tubuh tetap baik.
  • Menghindari berbagi barang pribadi, seperti pakaian, alat cukur, alat mandi, handuk, atau seprei.
  • Membersihkan luka dan merawatnya dengan benar agar tidak menjadi jalan masuk bakteri untuk menginfeksi.
Tinjauan
Membersihkan diri dengan baik, mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, tidak melakukan kontak dengan penderita infeksi kulit, serta membersihkan dan merawat luka dengan benar akan menghindarkan diri dari kemungkinan terkena bisul.

1) Primasthi Anggraeni Radityastuti. 2017. Media Medika Muda - Medical Faculty of Diponegoro University. Karakteristik Penyakit Kulit Akibat Infeksi di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Januari 2008 – Desember 2010.
2) Daniel J Pallin 1, Daniel J Egan, Andrea J Pelletier, Janice A Espinola, David C Hooper, & Carlos A Camargo Jr. 2008. PubMed gov National Library of Medicine. Increased US Emergency Department Visits for Skin and Soft Tissue Infections, and Changes in Antibiotic Choices, During the Emergence of Community-Associated Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus.
3) L J Shallcross, A C Hayward, A M Johnson, & I Petersen. 2015. PubMed gov National Library of Medicine. Evidence for Increasing Severity of Community-Onset Boils and Abscesses in UK General Practice.
4) Anonim. 2018. National Center for Biotechnology Information. Boils and carbuncles: Overview.
5) Huang‐Shen Lin, Pei‐Tzu Lin, Yu‐Shiun Tsai, Shu‐Hui Wang, & Ching‐Chi Chi. 2018. Cochrane Library. Interventions for bacterial folliculitis and boils (furuncles and carbuncles).
6) Anonim. 2018. National Center for Biotechnology Information. Boils and carbuncles: How are boils treated?
7) G. N. Marsh. 1958. US National Library of Medicine National Institutes of Health Treatment of Boils.
8) Linda J. Vorvick, MD, David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. 2018. University of Florida Health. Boils.

Share