Bunga daisy (Bellis perennis) adalah bunga yang populer di kalangan pecinta tanaman hias. Bunga ini berasal dari genus Bellis dan termasuk dalam family Compositae.
Bunga daisy berasal dari Eropa Barat, Tengah dan Utara, namun tumbuhan ini kini umum dikenal sebagai tumbuhan asli Amerika Utara [1].
Daftar isi
Karena keindahan bunganya, Bunga Daisy populer sebagai bunga hias dan bahkan hanya sedikit kalangan yang familiar dengan kandungan kesehatan Bunga Daisy.
Meski populer dengan warna putih, sebetulnya Bunga Daisy juga memiliki warna lain seperti merah, merah ungu, dan merah muda [9]. Bagian Bunga Daisy yang digunakan sebagai pengobatan herbal adalah tangkainya [11].
Bunga Daisy mekar bahkan di musim dingin, di salju, di awal
musim semi, serta pada waktu Paskah. Sebab itulah lain Bunga Daisy adalah bunga aster yang pelafalannya seperti easter yang berarti paskah [20].
Musim merekah Bunga Daisy berlangsung sangat lama yakni sekitar Maret hingga November [12], [13]. Tak seperti tangkainya yang biasa digunakan untuk pengobatan herbal, bunga dan daun muda tanaman Bunga Daisy sering diolah menjadi bahan hidangan utama layaknya sayuran (salad) [3].
Bunga Daisy memiliki daun hijau berbentuk sendok, bergerigi halus dan mengelilingi bunga yang terletak di kapitulum. Yang ada di sekeliling kelopak disebut bunga ligulata karena bentuknya seperti lidah kecil atau setengah kuntum [20].
Yang di tengah bunga berwarna kuning. disebut bunga tubular. Warna kuning tersebut dikarenakan mahkota mereka membentuk tabung atau floret, (hermafrodit) [20].
Hermafrodit adalah sebutan bagi bunga yang memiliki dua kelamin sekaligus yakni betina dan jantan. Kedua kelamin ini memilik fungsi yang berimbang (sama-sama bisa digunakan).
Berikut adalah kandungan gizi Bunga Daisy [3], [4].
Nama Kandungan |
Fenolik |
Saponin |
Triterpenoid |
Minyak atsiri |
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa kandungan utama Bunga Daisy adalah fenolik, saponin, triterpenoid, dan minyak atsiri yang bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
1. Sebagai bahan penunjang pengobatan mastektomi dan rekonstruksi payudara
Plasebo Bunga Daisy yang dikombinasikan dengan Arnika Gunung terbukti mengurangi pembentukan seroma dan asupan opioid setelah mastektomi dan rekonstruksi.
Mastektomi adalah operasi untuk mengangkat seluruh bagian payudara, termasuk puting dan areola, sebagai perawatan atau pencegahan kanker payudara.
Karena pengobatan ini tidak memiliki efek samping dan tidak mahal, pengobatan ini harus dilakukan sebagai tambahan pengobatan yang berharga pada pasien yang menjalani mastektomi atau rekonstruksi [2].
2. Sebagai obat penyembuh luka
Ekstrak Bunga Daisy membantu percepatan penyembuhan luka [5]. Percobaan dilakukan kepada seekor tikus albino dan menunjukkan hasil positif berupa percepatan kesembuhan luka yang nyata.
3. Sebagai pembuka memori spasial
Ekstrak Bunga Daisy juga berperan sebagai pembuka memori spasial [6]. Percobaan ini dilakukan kepada seekor tikus albino yang memiliki indikasi perilaku kecemasan.
Memori spasial merupakan memori yang berkaitan dengan kemampuan mengingat ruang bidang, mengenali bentuk, mengenali jarak dan luas, dan mengetahui arah atau posisi seseorang.
4. Sebagai antitumor
Ekstrak Bunga Daisy berkhasiat sebagai zat pencegah pembentukan sel-sel tumor [4].
5. Sebagai antimikroba
Ekstrak Bunga Daisy memiliki sifat antimikroba [7]. Antibakteri adalah sifat zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau memerangi dengan cara membunuh bakteri. Mekanisme membunuh bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba tidak baik.
6. Sebagai antihiperlipidemik
Antihiperlipidemik adalah sifat zat yang dapat menurunkan kadar lipid atau lemak di dalam darah maupun lipid plasma. Sifat ini dimiliki oleh Bunga Daisy yang sudah diekstrak [8].
Ketidakseimbangan lemak yang ada dalam darah dapat menimbulkan sumbatan dan plak yang ada pada saluran darah. Beberapa penyakit akibat antihiperlipidemik diantaranya adalah penyakit jantung dan stroke.
7. Sebagai antioksidan
Bunga Daisy memiliki kandungan antioksidan [9]. Antioksidan baik untuk tubuh sebab dapat melindungi tubuh dari radikal bebas berbahaya yang dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti penuaan, sindrom gangguan pernafasan, dan tekanan darah tinggi.
8. Sebagai zat sitotoksik terhadap sel kanker manusia
Pengobatan kanker melalui metode kemoterapi memiliki dampak negatif bagi tubuh. Penelitian dikembangkan untuk mencari solusi terkait hal tersebut sebab akan lebih baik jika menyelesaikan masalah (kanker) tanpa menimbulkan masalah lain akibat pengobatannya.
Ekstrak Bunga Daisy memiliki zat sitotoksik terhadap beberapa sel kanker manusia [10]. Dengan kata lain, dengan sifat sitotoksik ini memungkinkan upaya penghancuran sel kanker tidak melalui kemoterapi, namun langsung dikerjakan oleh kandungan ekstrak tersebut.
9. Sebagai ekspektoran
Ekspektoran adalah zat yang bisa membantu melarutkan dan mengeluarkan lendir dari tenggorokan kita. Zat ini familiar digunakan dalam obat batuk, dan hasil ekstrak Bunga Daisy memiliki zat tersebut [14],[15].
10. Sebagai diuretik
Diuretik adalah zat yang bermanfaat untuk menyerap dan membuang kelebihan garam dalam tubuh. Beberapa penyakit yang diakibatkan karena kelebihan garam dalam di antaranya hipertensi dan gagal jantung.
Namun tidak perlu khawatir lagi sebab Bunga Daisy memiliki manfaat zat diuretik sehingga membantu penanganan secara herbal guna meminimalisir efek samping [15], [16].
11. Sebagai anti inflamasi
Inflamasi umum dikenal dengan pembengkakan atau peradangan. Ekstrak Bunga Daisy memiliki kemampuan sebagai zat anti inflamasi sehingga dapat menjadi obat gatal-gatal [14], [15], [17].
12. Sebagai obat diabetes
Penelitian ekstrak Bunga Daisy terhadap glukosa darah pada embrio ayam terbukti bahwa ada penurunan kadar gula setelah diberi ekstrak Bunga Daisy.
Maka berdasarkan temuan ini, peneliti menyimpulkan bahwa ekstrak Bunga Daisy dapat dijadikan sebagai suplemen makanan untuk pencegahan dan terapi penyerta diabetes melitus [18].
Belum ada kajian mendalam tentang bahaya penggunaan bagian tanaman Bunga Daisy dalam pengobatan herbal. Sejauh ini disarankan bagi ibu hamil dan menyusui untuk menghindari pengobatan berbahan dasar Bunga Daisy untuk menghindari kejadian-kejadian yang tak diinginkan [21].
Berdasarkan tabel gizi diatas, Bunga Daisy mengandung minyak atsiri. Meski minyak atsiri baik bagi tubuh, namun jika dikonsumsi berlebih akan menimbulkan berbagai penyakit seperti keracunan, penumbuhan payudara pada laki-laki, masalah kulit, dan sensitivitas matahari.
80% kasus keracunan akibat minyak atsiri adalah kurangnya informasi akibat konsumsi minyak atsiri secara oral. Banyak yang mengonsumsi minyak atsiri dengan cara menelan langsung seperti obat sirup obat batuk.
Selain itu untuk kasus penumbuhan payudara pada laki-laki belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, namun ketika ditelusuri penumbuhan itu terjadi akibat menggunakan produk perawatan kulit berbahan dasar minyak atsiri.
Sensitivitas matahari akibat minyak atsiri dikarenakan sifatnya yang fotosensitizer. Fotosensitizer berdampak untuk meningkatkan kerentanan kulit terhadap sinar matahari.
Selain itu penting untuk diperhatikan agar selalu menjauhkan Bunga Daisy dari jangkauan anak-anak agar tidak tercerna. Seperti yang diketahui bahwa organ-organ anak-anak belum mampu mencerna makanan berat yang dikonsumsi orang dewasa. Hal ini dapat menyebabkan keracunan atau bahkan kematian.
Hal lain yang dapat mengubah Bunga Daisy menjadi sangat berbahaya bagi manusia adalah mengonsumsinya pada bagian yang kurang dibersihkan dengan baik. Bakteri-bakteri yang masih tersisa dalam Bunga Daisy akan menutupi dampak baik yang terkandung di dalamnya.
Meski memiliki kemampuan anti bakteri, namun kemampuan untuk mengalahkan jumlah bakteri yang lebih banyak tidak sebanding dengan bagian tumbuhan itu sendiri.
Mengonsumsi segala hal dengan bijak akan memberikan dampak yang positif pula. Untuk itu mengatur banyaknya dosis yang dibutuhkan tubuh perlu dilakukan dengan bijak. Mengonsumsi dalam dosis banyak akan memberikan efek yang sebaliknya.
1. Diseduh
Beberapa sumber menyebutkan selain batangnya, kandungan positif Bunga Daisy sebagai obat herbal juga terdapat pada akarnya. Untuk memudahkan mengonsumsinya, cara termudah adalah dengan diseduh.
Ambil bagian Bunga Daisy yang diinginkan (batang/daun/akar), cuci dengan air mengalir sampai bersih dan tiriskan. Siramkan air mendidih sesuai kebutuhan dan aduk agar merata.
Tambahkan sedikit madu atau gula aren untuk mendapatkan rasa manis yang dapat menambah stamina. Seduhan Bunga Daisy membantu meringankan batuk dan memberikan ketenangan psikis akibat kandungan fenol [6], [14],[15].
2. Diolah menjadi salad
Daun dan kelopak Bunga Daisy umum diolah menjadi sayuran. Hidangan yang paling mudah ditemui dari daun Bunga Daisy adalah salad.
Meski demikian tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya secara berlebihan untuk memperkecil kemungkinan keracunan [3].
Sebaiknya rebus sebentar untuk mematangkan bagian bunga atau kelopak Bunga Daisy untuk mematangkan dan menghindari bahaya-bahaya akibat mengonsumsi makanan mentah.
3. Salep
Guna memudahkan aplikasi untuk menyembuhkan luka gatal atau lebam akibat inflamasi, mengolah Bunga Daisy menjadi salep dapat menjadi solusi.
Ambil beberapa helai daun Bunga Daisy, cuci bersih lalu haluskan dengan diberi sedikit air. Tempelkan salep Bunga Daisy di spot-spot yang bermasalah.
Salep ini terbukti efektif untuk mengurangi luka, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Karkas pada seekor tikus [5]. Meski demikian, pengobatan ini membutuhkan waktu selama 30 hari.
4. Diekstraksi
Kandungan Bunga Daisy yang baik bagi kesehatan terbukti dapat dihasilkan dari proses ekstraksi. Proses tersebut tidak disarankan untuk dilakukan tanpa pengawasan ahli sebab akan mempengaruhi kandungan baik yang ada.
1. Menanam sendiri
Guna mendapatkan bagian bunga yang segar, menanam sendiri akan lebih efektif. Hal ini bertujuan untuk menghindari percepatan pembusukan apabila bagian bunga didapatkan terpisah.
Selain pembusukan, bagian Bunga Daisy juga rawan layu dan dihinggapi jamur berinteraksi dengan oksigen.
Meski menanam sendiri akan lebih efektif, Bunga Daisy sebetulnya mampu hidup liar. Hal ini terjadi di negara asalnya seperti di Benua Eropa dan Benua Amerika.
Bunga Daisy dapat ditemukan di padang rumput, halaman rumput, di pinggir jalan, dan di daerah berumput jalan pintas.
2. Memanfaatkan hasil ekstraksi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa proses ekstraksi tidak dianjurkan untuk dilakukan sendiri di rumah sebab akan mempengaruhi kandungan-kandungan baik yang ada pada Bunga Daisy.
Selain itu campuran-campuran bahan kimia perlu ditakar dan dibuang dengan tepat sehingga tidak mencemari lingkungan serta tidak meracuni organisme-organisme yang ada di sekitar.
Sebab itulah akan lebih baik jika menggunakan produk hasil ekstraksi agar lebih aman dan terjamin.
Bunga Daisy mengandung berbagai zat alami yang efektif untuk meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh.
1. Anonim. Bellis perennis Linnaeus. Flora of North America; 2020.
2. Ido Lysy, Rami Binenboym, Nirit Eizenman, Barak Gavriel Stuchiner, Oren Goldstein, Menahem Oberbaum,Yoav Gronovich. Arnica Montana and Bellis Perennis for Seroma Reduction Following Mastectomy and Immediate Breast Reconstruction: Prospective, Randomized, Double-blinded, Placebo controlled Trial. Plastic and Reconstructive Surgery Global Open; 2019.
3. Yoshikawa, M., Li, X., Nishida, E., Nakamura, S., Matsuda, H., Muraoka, O. and Morikawa, T. Medicinal flowers.XXI. Structures of Perennisaponins A, B, C, D, E, and F, acylated oleanane-type triterpene oligoglycosides, from the flowers of Bellis perennis. Chemical and Pharmaceutical Bulletin; 2008.
4. Karakas, F.P., Şöhretoğlu, D., Liptaj, T., Stujber, M., Turker, A.U., Marak, J., Çalış, I. and Yalçın, F.N. Isolation of an oleanane-type saponin active from Bellis perennis through antitumor bioassay-guided procedures. Journal of Pharmaceutical Biology; 2014.
5. Karakas, F.P., Karakas, A., Boran, Ç., Turker, A.U., Yalcın, F.N. and Bilensoy, E. The evaluation of topical administrations of Bellis perennis fractions on circular excision wound healing in Wistar albino rats. Journal of Pharmaceutical Biology; 2012.
6. Karakas, F.P., Karakas, A., Coşkun, H. and Turker, A.U. Effects of common daisy (Bellis perennis L.) aqueous extracts on anxiety-like behaviour and spatial memory performance in wistar albino rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology; 2011.
7. Kavalcioglu, N., Acik, L., Demirci, F., Demirci B., Demir, H. and Baser K.H.C. Biological activities of Bellis perennis volatiles and extracts. Natural Product Communications; 2010.
8. Morikawa, T., Muraoka, O. and Yoshikawa, M. Pharmaceutical food science: Search for anti-obese constituents from medicinal foods-anti-hyperlipidemic saponin constituents from the flowers of Bellis perennis. Yakugaku Zasshi; 2010.
9. Siatka, T. and Kasparova, M. Seasonal variation in total phenolic and flavonoid contents and DPPH Scavenging activity of Bellis perennis L. flowers. Molecules; 2010.
10. Li, W., Asada, Y., Koike, K., Nikaido, T., Furuya, T. and Yoshikawa, T. Bellisosides A–F, six novel acylated triterpenoid saponins from Bellis perennis (compositae). Tetrahedron; 2005.
11. Fatma Pehlivan Karakas, , Gunce Sahin Cingoz, Arzu Ucar Turker. The effects of oxidatative stress on phenolic composition and antioxidant metabolism in callus culture of common daisy. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines; 2016.
12. Slavík, B. Bellis perennis L. – sedmikráska obecná. In Květena České republiky, 1st ed.; Slavík, B., Štěpánková, J., Eds.; Academia: Praha, Czech Republic; 2004.
13. Mitich, L.W. English daisy (Bellis perennis L.). Weed Technol; 1997.
14. Schöpke, T.; Hiller, K. Bellis perennis L. In Hagers Handbuch der Pharmazeutischen Praxis, 5th ed.; Hänsel, R., Keller, K., Rimpler, H., Schneider, G., Eds.; Springer: Berlin/Heidelberg, Germany; 1992.
15. Nazaruk, J.; Gudej, J. Qualitative and quantitative chromatographic investigation of flavonoids in Bellis perennis L. Acta Poloniae Pharmaceutica; 2001.
16. Pharmacopoeia Commission of the Ministry of Health of the Czech Republic. Bellidis flos 1st edition. In Codex Pharmaceuticus Bohemica,X-EGEM: Praha, Czech Republic, 1993.
17. Grabias, B.; Dombrowicz, E.; Kalemba, D.; Świątek, L. Phenolic acids in Flores Bellidis and Herba Tropaeoli. Herba Polonica Journal; 1995.
18. Renate Haselgrübler, Verena Stadlbauer, Flora Stübl, Bettina Schwarzinger, Ieva Rudzionyte, Markus Himmelsbach, Marcus Iken, Julian Weghuber. Insulin Mimetic Properties of Extracts Prepared from Bellis perennis. Molecules; 2018.
19. Kenjiro Toki, Norio Saito, Toshio Honda. Three cyanidin 3-glucuronylglucosides from red flowers of bellis perennis. Phytochemistry; 1991.
20. Alain Sarembaud. Breast trauma, homeopathic indications for the daisy, Bellis perennis. La Revue d'Homéopathie; 2017.
21. Anonym. Bellis Perennis. Recallguide; 2020.