Ketika seseorang buang air besar kurang dari tiga kali seminggu, terdiri dari tinja yang keras dan kering yang sulit dikeluarkan maka itu definisi medis konstipasi.[1] Konstipasi adalah diagnosis klinis berdasarkan gejala pengeluaran tinja yang tidak lengkap, kesulitan buang air besar atau keduanya. Pasien biasanya mengalami gejala lain seperti tinja yang keras, perut kembung, nyeri dan distensi.[2]
Tinja yang keras dapat menyakitkan dan mengganggu siapapun. Beberapa orang juga mengkhawatirkan efek dari tinja yang keras. Terdapat beberapa masalah yang berbeda dapat memperlambat pencernaan, yang kemudian mengeraskan tinja. Beberapa penyebab BAB (Buang Air Besar) paling umum adalah sebagai berikut.[3][4]
Saat tubuh mencerna makanan, makanan bergerak melalui usus besar yang menyerap kelebihan air. Ketika makanan bergerak terlalu lambat, usus besar dapat menyerap terlalu banyak air mengakibatkan tinja menjadi keras, kering dan sulit dikeluarkan.[3]
Seiring bertambahnya usia seseorang, perubahan dalam tubuh dapat menyebabkan sembelit.[5] Kerusakan panggul dapat melemahkan otot seseorang, sementara kerusakan saraf juga dapat mempersulit para lansia (lanjut usia) untuk buang air besar.[3] Oleh karena itu, terdapat beberapa cara mengatasi buang air besar keras pada lansia yaitu sebagai berikut.
Daftar isi
Serat dapat menambah massa tinja, sehingga merangsang usus dan membantu memindahkan tinja melalui saluran pencernaan.[6] Sehingga, dengan mengonsumsi makanan berserat tinggi dapat mempermudah buah air besar yang keras.
Contoh makanan yang kaya akan serat adalah kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran. Seperti wortel, brokoli, kacang hijau, almond, beri atau apel dengan kulitnya dan kacang tanah. Namun, menambah terlalu banyak serat sekaligus dapat memiliki efek sebaliknya dan menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman.[6]
Saat merasa kesulitan buang air besar karena tinja yang keras, maka harus memperbanyak minum air. Peningkatan air di saluran pencernaan dapat membuat tinja lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Jika warna urin berwarna kuning pucat, maka itu pertanda baik dari minum cukup air.[6]
Penggunaan obat pencahar stimulan seperti senokot dan dulcolax seharusnya tidak membahayakan usus besar atau menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam jumlah yang disarankan.[7] Oleh karena itu, penting bagi para lansia yang mengalami buang air besar keras untuk berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. Karena perlu persetujuan, rekomendasi yang tepat dan pemantauan dokter selama mengonsumsinya.
Sangat penting untuk melihat kandungan gizi dari setiap makanan yang akan dikonsumsi. Karena salah pilih makanan justru dapat memperburuk para lansia yang sedang mengalami buang air besar keras. Hindari makanan berkalori rendah yang biasanya terdapat pada makanan cepat saji, makanan olahan dan keripik.[6]
Pijat perut dapat membantu merangsang usus, apabila tidak cukup bergerak untuk membantu pencernaan tinja lebih cepat.[6] Hal yang dapat dilakukan ketika buang air besar keras yang dapat membantu lansia adalah dengan menggosok perut dengan melingkar.
Beberapa orang dengan sembelit mungkin mendapatkan bantuan gejala dari suplemen magnesium.[3] Tambahkan suplemen serat larut seperti benefiber dan metamucil ke dalam minuman. Formula ini lebih mudah dikonsumsi oleh para lansia. Dikarenakan larut sepenuhnya, tidak berpasir dan tidak mengentalkan minuman. Selain itu, juga dalam pilihan tanpa rasa yang dapat ditambahkan ke minuman apapun.[8]
Pelatihan usus merupakan hal penting. Waktu yang optimal untuk buang air besar adalah setelah bangun tidur dan segera setelah makan, saat transit kolon paling baik. Untuk menghindari penumpukan tinja dan sembelit, maka perlu untuk mengenali dan segera merespon keinginan buang air besar. Disarankan untuk mengambil posisi semisquatting untuk buang air besar.[4]
Ketika mengalami buang air besar pada lansia maka harus melakukan peningkatan cairan yang cukup. Namun, pada minuman yang mengandung kafein justru harus ada pengurangan konsumsi. Seperti konsumsi teh, kopi dan alkohol.[4]
Berlawanan dengan kepercayaan yang beredar, bahwa untuk dianggap teratur tidak harus buang air besar setiap hari. Namun, lebih dari tiga hari tanpa buang air besar akan menyebabkan tinja menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan. Oleh karena itu, hindari makanan yang menyebabkan sembelit, seperti pisang mentah, keju dan cokelat.[8]
Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan aktivitas otot di usus.[9] Namun bagi para lansia harus berkonsultasi kepada dokter terkait berapa hari dalam seminggu harus mencoba berolahraga. Pastikan program tersebut tidak berdampak buruk pada kesehatan secara keseluruhan.[9]
Tinja atau kotoran yang keras seringkali membuat ketidaknyamanan bagi seseorang. Jika tinja yang keras bertahan lebih dari seminggu atau merupakan masalah yang berulang, maka cara terbaik adalah dengan menghubungi dokter. Hal ini dilakukan karena tinja yang keras menjadi masalah yang serius. Sehingga perlu perawatan yang tepat dari dokter, sehingga dapat menyelesaikan masalah dan mencegah komplikasi serius.
1) Bursack, C.B. agingcare.com. Caring for a senior with chronic constipation. 2021.
2) Mounsey, A.,et al. Management of constipation in older adults. 2015.
3) Villines, Z. medicalnewstoday.com. What causes hard stool and how totreat it? 2019.
4) Mandal, A. news-medical.net. Constipation in the eldery. 2019.
5) Roque, M.V., & Bouras, E.P. ncbi.nlm.nih.gov. Epidemiology and management of chronic constipation in eldery patients. 2015.
6) Nall. R. helathline.com. Why do I have hard bowel movements and how do I treat it?. 2018.
7) Brody, J.E. well.blogs.nytimes.com. Simple remedies for constipation. 2016.
8) DailyCaring Editorial Team. dailycaring.com. Constipation in seniors: 6 effective home remedies. 2021.
9) Anonim. webmd.com. Remedies for hard stool. 2020.