Sesak napas tidak hanya disebabkan oleh penyakit asma atau paparan alergi. Penyakit ini juga bisa terjadi karena kecemasan atau banyak pikiran.
Kecemasan dapat menyebabkan sesak napas karena ketika cemas seseorang cenderung merasa panik. Perasaan panik inilah yang dapat memicu sesak napas.
Selain sesak napas, perasaan cemas juga memicu napas cepat, jantung berdetak dengan cepat, berkeringat, hingga dada sakit. Perasaan cemas juga memicu otak untuk bereaksi karena otak akan menganggap perasaan tersebut menakutkan.
Kemudian otak akan mengirim sinyal untuk melepaskan hormon adrenalin dan hormon kortisol atau stress. Oleh karena itu kedua hormon tersebut akan memengaruhi denyut jantung.
Denyut jantung akan meningkat dalam memompa darah ke seluruh tubuh karena digunakan untuk menyiapkan otot melawan rasa takut. Akibatnya pernapasan menjadi lebih cepat, tekanan darah naik, dan otot-otot menegang.
Otot-otot yang terdapat di saluran pernapasan akan menyempit sehingga membuat penderita mengalami kekurangan oksigen atau sesak napas. Maka dari itu semakin banyak pikiran semakin pendek dan cepat pula pernapasan seseorang.
Biasanya sesak napas karena banyak pikiran akan berkurang ketika beban pikiran seseorang juga berkurang. Namun, sesak napas akibat dari banyaknya pikiran dapat dicegah dengan beberapa cara[1,2].
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi sesak napas akibat dari banyaknya pikiran, antara lain:
Relaksasi adalah teknik untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan yang terjadi pada tubuh dan pikiran. Terlalu banyak pikiran menyebabkan tubuh mengalami tegang dan cemas yang pada akhirnya mengakibatkan sesak napas.
Maka dari itu, dibutuhkan relaksasi untuk mengurangi perasaan tegang dan cemas serta untuk melancarkan proses pernapasan. Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan di tempat yang tenang dan damai serta jauh dari keramaian.
Dalam melakukan relaksasi ini dibutuhkan fokus agar otot-otot yang tegang dapat kembali rileks sehingga pernapasan akan berjalan lancar. Relaksasi biasanya dilakukan dalam waktu kurang lebih 5-10 menit sehari.
Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Psikoterapi psikodinamik adalah bentuk terapi wicara mendalam untuk membantu seseorang memahami kekuatan bawah sadar, mendorong refleksi pribadi, menerima perasaan sulit, dan keterlibatan dalam perilaku baru. Terapi ini dilakukan untuk mengatasi panik, gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.
Terapi ini fokus pada konflik yang terjadi pada diri individu yaitu untuk mengenali, mengakui, memahami, mengekspresikan, dan mengatasi perasaan negatif serta emosi yang dipendam dalam diri. Terapi ini dilakukan dengan cara menstimulasi pasien untuk berbicara secara terbuka kepada terapis, sehingga terapis dapat mengetahui masalah yang dialami pasien dan mencarikan solusi agar masalah yang dialami pasien segera teratasi.
Apabila masalah pasien teratasi, maka kecemasan yang diderita pun akan menghilang. Jadi sesak napas yang dialami pasien akibat banyak pikiran juga akan teratasi dengan baik[2].
Beberapa obat-obatan diresepkan dokter untuk mengatasi gejala yang berkaitan dengan kecemasan jangka pendek, salah satunya sesak napas. Dokter biasanya akan memberikan obat berupa alprazolam, klonazepam, diazepam, lorazepam, dan lain-lain sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan pasien.
Jenis obat-obatan tersebut dapat meringankan gejala kecemasan dalam waktu kurang lebih 30 menit. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping yaitu menyebabkan ketergantungan fisik dan mengancam jiwa.
Oleh karena itu, penggunaannya harus benar-benar dalam pengawasan dan sesuai dengan petunjuk dari dokter agar terhindar dari efek samping yang merugikan dan membahayakan tubuh[2].
Terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy(CBT) adalah terapi yang digunakan untuk mengatasi gangguan mental dan kecemasan. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu mengubah pola pikir dan cara berperilaku seseorang dalam situasi tertentu.
Seseorang yang melakukan terapi ini akan mengetahui bahwa kecemasan yang mereka alami didasarkan pada ketakutan yang salah. Terapi ini juga akan melatih pasien untuk mengatasi kondisi yang membuatnya merasa cemas.
Melalui terapi ini terapis akan meminta pasien untuk membuka diri dan bercerita tentang keluhan yang dialami, kemudian terapis akan mendeteksi masalah yang dialami pasien. Setelah itu terapis akan membantu mengelola pola pikir yang pasien yang salah dan membantu pasien dalam membentuk kembali pola pikir yang salah tersebut[2].
Ketika cemas seseorang cenderung untuk bernapas dengan dada bagian atas dan bahu secara cepat dan dangkal. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mengalami sesak napas.
Oleh karena itu, diperlukan teknik mengontrol pernapasan untuk mengatasi atau menghindari sesak napas. Dengan mengontrol pernapasan maka pola pernapasan akan lebih rileks.
Selain itu, kontrol pernapasan juga akan merelaksasikan dada bagian dan bahu sehingga proses pernapasan akan menggunakan dada bagian bawah dengan kecepatan normal. Mengontrol pernapasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Lucy L. Marlow, Olivia K. Faull, Sarah L. Finnegan, and Kyle T.S. Pattinson. Breathlessness and The Brain: The Role of Expectation. 13(3): 200–210. Current Opinion in Supportive and Palliative Care; 2019.
2. Nathan Greene, PsyD and Jessica Caporuscio, Pharm.D. What's The Link Between Anxiety and Shortness of Breath? Medical News Today; 2020.
3. Anonim. Breathlessness and Anxiety: what it is and how to manage it. NHS UK; 2012.