Penyakit & Kelainan

Causalgia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Causalgia atau CRPS II adalah gangguan neurologis yang dapat menyebabkan nyeri yang intens dan terus menerus. CRPS II muncul akibat cedera atau trauma pada saraf perifer atau saraf tepi. Saraf terpi adalah

Apa Itu Causalgia?

Causalgia atau Complex Regional Pain Syndrome (CRPS) Tipe II adalah jenis gangguan saraf yang ditandai dengan rasa nyeri yang intens dan juga bersifat jangka panjang [1,2,3,4,5,6].

Causalgia adalah jenis penyakit yang timbul pasca seseorang mengalami cedera, terutama jika saraf perifer yang terpengaruh [1,2,3,4,5,6].

Saraf perifer sendiri merupakan jenis saraf yang berada di sepanjang tulang belakang ke otak [3,4].

Causalgia juga dikenal sebagai sindrom nyeri yang langka dan sebagian dari kasus ini pun diketahui disebabkan oleh cedera pleksus brakial [4,6].

Cedera pleksus brakial ini memengaruhi saraf sepanjang leher hingga lengan.

Rasa sakit timbul ketika sinyal saraf mengalami gangguan dan hal ini juga berpengaruh pada pelepasan neurotransmitter norepinefrin yang meningkat sehingga gejala vaskulas otomatis dialami penderita [2,4,5,6].

Tinjauan
Causalgia atau Complex Regional Pain Syndrome (CRPS) Tipe II adalah nyeri pasca cedera, terutama jika saraf perifer yang terkena.

Fakta Tentang Causalgia

  1. Prevalensi CRPS tipe 1 di Amerika Serikat menurut kriteria diagnostik 1994 International Association for the Study of Pain (IASP) adalah sekitar 5,46 per 100.000 jiwa setiap tahunnya, sedangkan kasus CRPS tipe II atau caulsalgia adalah 0,82 per 100.000 jiwa setiap tahun [1].
  2. Patah tulang adalah kasus cedera paling umum yang berkaitan dengan perkembangan CRPS di mana kasus ini diketahui terdapat pada lebih dari 40% kasus CRPS [1].
  3. CRPS diketahui berpotensi 3-4 kali lipat lebih tinggi terjadi pada wanita daripada pria dengan usia rata-rata antara 50-70 tahun dan lebih sering dialami di bagian tungkai atas [1].
  4. Kriteria diagnostik IASP mengalami modifikasi pada tahun 2012 untuk kasus CRPS dan dari modifikasi ini diketahui bahwa tingkat diagnosa CRPS mengalami penurunan sebesar 50% [1].
  5. Terdapat 1,8% dari 400 pasien operasi kaki dan pergelangan kaki yang mengalami causalgia justru usai menjalani operasi [2].

Penyebab Causalgia

Cedera saraf perifer merupakan alasan utama atau dianggap sebagai akar dari timbulnya masalah causalgia [1,2,3,4,5,6].

Keseleo, patah tulang, hingga operasi merupakan beberapa akibat yang dapat terjadi dari cedera di bagian saraf perifer [1,2,3,4,5,6].

Sejumlah faktor lain yang dapat menjadi penyebab causalgia antara lain adalah [2,3,5] :

  • Cedera serius seperti tertimpa benda yang sangat berat, seperti ketika secara tidak sengaja jari yang terkena bantingan pintu mobil saat ditutup keras.
  • Amputasi
  • Cedera jaringan lunak yang dapat disebabkan oleh luka bakar atau terkilirnya tendon/ligamen.

Selain itu, penderita CRPS baik tipe I maupun tipe II berkemungkinan mengalami kelainan di bagian lapisan serabut saraf sehingga sinyal rasa sakit diterima secara berlebih.

Hal ini dapat menyebabkan hipersensitif pada penderita dan menjadi lebih mudah merasakan nyeri yang luar biasa [1,3,5,6].

Tinjauan
Keseleo, patah tulang, hingga operasi (amputasi) merupakan beberapa akibat yang dapat terjadi dari cedera di bagian saraf perifer dan menyebabkan causalgia.

Gejala Causalgia

Penderita causalgia atau CRPS tipe II umumnya mengalami perubahan warna kulit dan pembengkakan di area cedera karena masalah lapisan serabut saraf seperti yang telah disebutkan [1,2,3,5,6].

Pada kasus causalgia, rasa sakit yang dirasakan penderita bersifat lokal di mana saraf yang terkena cederalah yang merasakan nyeri [2,5,6].

Bila cedera terjadi pada saraf di bagian kaki, maka rasa nyeri akan dirasakan di area kaki yang cedera tersebut.

Sementara pada kasus CRPS I, nyeri yang misalnya terjadi di bagian jari tangan mampu menyebar hingga ke seluruh tubuh.

Pada kasus CRPS II atau causalgia, kondisi ini dapat terjadi selama cedera saraf perifer adalah alasannya.

Saraf perifer sendiri ada di sepanjang tulang belakang hingga otak [3,4].

Itu artinya, rasa nyeri biasanya timbul di bagian kaki, tangan, tungkai, dan lengan.

Beberapa gejala causalgia yang umumnya terjadi ketika saraf perifer cedera antara lain adalah [1,2,3,4,5,6] :

  • Tungkai yang mengalami cedera mengalami kekakuan dan pembengkakan.
  • Hipersensitivitas terjadi di sekitar area tubuh yang cedera. Karena hal ini, rasa nyeri akan mudah timbul sekalipun kulit yang disentuh biasa; pada beberapa kasus, saat mengenakan pakaian pun dapat memicu rasa nyeri karena sensitivitas yang terlalu tinggi.
  • Sensasi seperti ditusuk jarum.
  • Rasa nyeri dapat timbul dalam bentuk sensasi terbakar di mana hal ini terjadi selama kurang lebih 6 bulan dan terkesan tidak sesuai dengan cedera yang menyebabkannya.
  • Area cedera akan mengalami perubahan temperatur dan warna klit, seperti kulit yang memucat, dingin namun kemudian menghangat dan memerah, lalu normal kembali.
Tinjauan
Nyeri lokal (di area cedera), perubahan warna kulit serta pembengkakan di area tersebut merupakan gejala utama yang paling nampak dan dirasakan oleh penderita causalgia.

Pemeriksaan Causalgia

Hingga kini belum diketahui adanya metode diagnosa yang mampu memeriksa dan memastikan kondisi CRPS II.

Namun seperti pada kondisi medis lain, dokter akan menerapkan beberapa metode diagnosa umum seperti berikut :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Dokter mengawali diagnosa dengan memeriksa fisik pasien lebih dulu, seperti mengecek pembengkakan, suhu kulit, dan perubahan warna kulit [2,4].

Selain itu, dokter juga akan memberi sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait riwayat gejala, riwayat medis dan riwayat pengobatan yang pernah ditempuh [2,4].

Untuk menegakkan diagnosa, dokter juga kemungkinan menanyakan riwayat kesehatan keluarga pasien.

  • Tes Pemindaian

Pemeriksaan MRI dan sinar-X atau rontgen merupakan dua metode tes penunjang yang akan membantu menegakkan diagnosa [5,7].

Sinar-X atau rontgen bermanfaat untuk mengetahui adanya tulang yang patah pada tubuh pasien.

Namun biasanya, rontgen adalah tes pemindaian yang juga mampu mendeteksi apakah tubuh pasien mengalami kehilangan mineral tulang.

Sementara itu, MRI scan adalah metode diagnosa yang dapat memeriksa adanya kelainan pada jaringan lunak tubuh pasien.

  • Termografi

Termografi adalah suatu jenis metode diagnosa yang digunakan untuk memeriksa temperatur kulit [1,6].

Pasien juga perlu menempuh metode diagnosa ini untuk mengetahui seberapa normal aliran darah di dalam tubuh (khususnya pada area yang cedera).

Termografi pun dapat digunakan oleh dokter untuk membandingkan aliran darah di bagian yang cedera dan yang tidak cedera.

Rangkaian metode pemeriksaan di atas juga bertujuan mengeliminasi berbagai kondisi medis yang menunjukkan gejala serupa dengan CRPS II.

Fibromyalgia adalah salah satu kondisi medis yang memiliki gejala persis dengan causalgia [8].

Oleh sebab itu, ketika dokter menyatakan bahwa kondisi gejala pasien bukan fibromyalgia, dapat dipastikan bahwa hasil diagnosa mengarah pada CRPS II atau causalgia secara positif.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes pemindaian (sinar-X dan MRI scan), serta termografi merupakan metode-metode diagnosa yang paling umum digunakan untuk mengonfirmasi kondisi causalgia dan jenisnya.

Pengobatan Causalgia

Pengobatan untuk pasien causalgia umumnya meliputi pemberian obat-obatan hingga berbagai terapi khusus untuk saraf.

Beberapa metode pengobatan yang dimaksud antara lain :

  • Obat Pereda Nyeri

Untuk meredakan nyeri sementara, maka penderita sebaiknya menggunakan obat pereda nyeri seperti ibuprofen dan acetaminophen [2,5,6].

Namun seringkali, obat-obat ini tak cukup dalam meredakan nyeri karena nyeri tersebut akan timbul kembali secara berulang.

  • Steroid

Obat golongan steroid diresepkan oleh dokter seringkali dengan tujuan mengurangi peradangan [1,2,3,6].

Obat ini juga tergolong lebih kuat daripada obat pereda nyeri sehingga sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya.

Jenis obat ini juga dapat diresepkan oleh dokter karena lebih kuat daripada obat pereda nyeri umum [1,2,5].

Obat ini dapat digunakan pasien dengan tujuan menghambat sinyal nyeri dari saraf [5].

Biasanya, pemberian obat ini dilakukan dokter dengan menyuntikkan langsung ke tulang belakang pasien.

  • Nerve Blocks

Golongan obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam menjadi penghilang rasa nyeri, khususnya yang menyerang sendi secara kronis [1,3,6].

Pemberian obat ini biasanya dengan cara disuntikkan langsung ke area saraf yang terpengaruh.

  • Antikonvulsan dan Antidepresan Tertentu

Rasa nyeri hebat yang dikeluhkan pasien perlu ditangani dengan pemberian antikonvulsan maupun antidepresan tertentu, seperti Neurontin [1,3,5,6].

Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri pada tubuh pasien.

  • Terapi Fisik

Selain obat-obatan yang telah disebutkan, penting bagi pasien juga untuk menjalani terapi fisik [1,3,5].

Dokter kemungkinan akan merekomendasikannya untuk meningkatkan gerakan tubuh pasien yang sebelumnya terbatasi  akibat rasa nyeri hebat.

  • TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

Terapis juga kemungkinan akan menerapkan TENS, yaitu sebuah prosedur mengirimkan aliran listrik melalui serat-serat saraf dalam tubuh pasien [9].

Prosedur ini bertujuan utama sebagai penghambat sinyal nyeri dari saraf.

Terapi TENS ini terbukti efektif dalam menghilangkan rasa sakit berlebih yang dialami pasien khususnya pada kasus CRPS I [10].

Kini terdapat mesin TENS yang dapat digunakan di rumah dengan penggunaan baterai.

Tinjauan
Causalgia umumnya diatasi dengan obat pereda nyeri, steroid, opioid, nerve blocks, antikonvulsan, antidepresan, terapi fisik dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).

Komplikasi Causalgia

Kondisi causalgia yang tak tertangani dengan cepat atau benar mampu menimbulkan rasa nyeri yang semakin hebat.

Beberapa kondisi berikut pun berpotensi menjadi risiko komplikasi yang sebaiknya diwaspadai :

  • Atrofi, yaitu sebuah kondisi ketika otot, tulang dan kulit semakin lama ketika penderita semakin menghindari menggerakkan anggota tubuh yang kaku maupun nyeri [2,6].
  • Kontraktur, yaitu sebuah kondisi otot yang mengencang sehingga memicu posisi tangan, kaki, jari tangan, atau jari kaki yang tertekuk secara tak normal [2].

Selain itu, nyeri berkepanjangan dan semakin hebat hanya akan mengganggu kelangsungan hidup penderitanya.

Jika sampai di tahap nyeri tak lagi bisa hilang dengan menggunakan obat pereda nyeri, maka penting untuk segera ke dokter.

Semakin cepat memeriksakan diri ke dokter dan memperoleh penanganan, semakin baik pula prognosis pasien.

Tinjauan
Risiko komplikasi causalgia meliputi atrofi, kontraktur hingga keterbatasan gerak tubuh yang berakibat pada terhambatnya kelangsungan hidup penderita nantinya.

Pencegahan Causalgia

Beberapa upaya berikut diharapkan mampu setidaknya mengurangi risiko causalgia [6] :

  • Mengonsumsi vitamin C, terutama pada penderita usai cedera dan patah tulang.
  • Berlatih menggerakkan anggota tubuh dengan rutin, terutama pada penderita usai pulih dari cedera sangat penting agar tidak semakin kaku dan kembali nyeri.
Tinjauan
Mengonsumsi vitamin C dan rajin melatih gerakan tubuh (terutama pasca cedera) sangat dianjurkan sebagai upaya meminimalisir risiko causalgia.

1. Kevin B. Guthmiller & Matthew Varacallo. Complex Regional Pain Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. En Lin Goh, Swathikan Chidambaram, & Daqing Ma. Complex regional pain syndrome: a recent update. Burns & Trauma; 2017.
3. Dr. Skaribas. What is Causalgia?. Southern Pain and Neurological; 2021.
4. Anonim. Causalgia. UCLA Health; 2021.
5. Christina Misidou & Charalampos Papagoras. Complex Regional Pain Syndrome: An update. Mediterranean Journal of Rheumatology; 2019.
6. H. Shim, J. Rose, S. Halle, & P. Shekane. Complex regional pain syndrome: a narrative review for the practising clinician. British Journal of Anaesthesia; 2019.
7. Roger Bui, Jason Coffman, Andrew Berry & John J Faillace. Complex Focal Pain Syndrome: An Unusual Variant of Complex Regional Pain Syndrome. Cureus; 2020.
8. Jae-Yeon Lee, MA, Soo-Hee Choi, MD, PhD, Ki-Soon Park, BS, Yoo Bin Choi, BS, Hee Kyung Jung, BS, Dasom Lee, MA, Joon Hwan Jang, MD, PhD, Jee Youn Moon, MD, PhD, & Do-Hyung Kang, MD, PhD. Comparison of complex regional pain syndrome and fibromyalgia. Medicine (Baltimore); 2019.
9. Francis Houde, Marie-Philippe Harvey, Pierre-François Tremblay Labrecque, Francis Lamarche, Alexandra Lefebvre, & Guillaume Leonard. Combining Transcranial Direct Current Stimulation and Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation to Relieve Persistent Pain in a Patient Suffering from Complex Regional Pain Syndrome: A Case Report. Journal of Pain Research; 2020.
10. Adem Bilgili, Tuncay Çakır, Şebnem Koldaş Doğan, Tülay Erçalık, Meral Bilgilisoy Filiz & Füsun Toraman. The effectiveness of transcutaneous electrical nerve stimulation in the management of patients with complex regional pain syndrome: A randomized, double-blinded, placebo-controlled prospective study. Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation; 2016.

Share