Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kelahiran seorang bayi dapat menimbulkan berbagai macam emosi, dari gembira, takut, cemas, namun dapat juga menimbulkan depresi. Depresi postpartum dapat disalahartikan sebagai baby blues pada awalnya,
Data dari WHO (World Health Organisation) menunjukkan di negara berkembang, antara 10-50% ibu yang menjalani masa perinatal (saat hamil hingga setahun setelah melahirkan) mengalami depresi. [8]
Tercatat ada sebanyak 22,4% ibu di Indonesia yang mengalami depresi setelah melahirkan (depresi postpartum). [8]
Daftar isi
Depresi yang terjadi selama 4 minggu setelah persalinan dan berlangsung selama 6 bulan dikenal dengan depresi postpartum. [1]
Meskipun umumnya terjadi pada para ibu yang melahirkan, depresi postpartum juga bisa terjadi pada para ayah. [4]
Tinjauan Depresi postpartum adalah depresi yang terjadi setelah persalinan, sebagian besar terjadi pada wanita, namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada pria.
Depresi postpartum dapat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu: [7]
Kondisi pada seorang ibu baru yang meliputi perubahan suasana hati secara tiba-tiba, kecemasan, dan kelelahan dikenal dengan istilah baby blues. Kondisi ini normal pada wanita setelah melahirkan.
Dibandingkan dengan depresi postpartum, baby blues lebih ringan, dapat sembuh dengan sendirinya dan berlangsung lebih singkat yaitu dua minggu setelah melahirkan.
Kecemasan pasca persalinan adalah gangguan mood umum pada wanita setelah melahirkan. Berbeda dari bentuk-bentuk depresi postpartum lainnya karena gejala kecemasan pascapersalinan meliputi perilaku yang jauh lebih gelisah, ketakutan yang terus-menerus, ketidakmampuan bersantai dan lain-lain.
yaitu jenis depresi postpartum dengan gejala yang meliputi gangguan suasana hati, berpikiran untuk melukai atau bahkan membunuh bayi.
Gangguan panik postpartum merupakan gangguan mood postpartum yang melibatkan tingkat kecemasan yang parah. Gangguan ini terjadi pada 10% wanita postpartum. Gejalanya meliputi, sesak nafas, palpitasi jantung, dan ketakutan yang berlebihan.
Merupakan bentuk unik dari depresi postpartum. Gejalanya meliputi teringat kembali akan trauma dan kenangan, cemas dan serangan panik, mudah marah dan sulit tidur.
Gangguan mood postpartum yang paling serius, meskipun sangat jarang terjadi. Psikosis pascapartum dialami oleh sekitar 1 hingga 2 ibu dari setiap 1.000 persalinan.
Gangguan ini umumnya dimulai dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Gejalanya termasuk halusinasi, pikiran delusi, agitasi ekstrem, hiperaktif, kebingungan, dan penilaian buruk.
Bagaimana depresi postpartum pada Ayah?
Seorang ayah yang paling beresiko mengalami depresi postpartum adalah pria muda yang baru menjadi seorang ayah/ayah baru, memiliki riwayat depresi dan mengalami masalah dalam hubungan atau finansial.
Gejala yang dialami ayah sama halnya dengan ibu yang menderita depresi postpartum seperti merasa sedih atau lelah, mengalami kecemasan, atau mengalami perubahan pola makan dan tidur.
Jika Anda seorang Ayah yang mengalami gejala – gejala tersebut selama kehamilan pasangan Anda segeralah periksakan ke dokter. [4]
Berikut sejumlah fakta mengenai depresi postpartum yang harus Anda ketahui: [3] [8]
Penyebab timbulnya depresi paca persalinan bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: [2][3][7]
Kadar hormon wanita meningkat ketika mereka sedang hamil. Namun, setelah bayi lahir, kadar hormon (estrogen dan progesteron) dalam tubuh wanita dengan cepat turun. Perubahan cepat ini dapat memicu depresi pada beberapa wanita.
Orang yang pernah mengalami depresi sebelumnya, atau memiliki riwayat depresi dalam keluarganya, maka akan lebih cenderung mengalami depresi postpartum.
Selain karena pengaruh hormon dan sejarah depresi, depresi postpartum juga bisa terjadi karena adanya masalah. Jika Anda tidak berkeinginan untuk hamil, atau pasangan dan keluarga Anda tidak membantu merawat bayi Anda, maka kemungkinan besar Anda akan menjadi depresi sebagai ibu baru.
Kondisi ini juga lebih umum terjadi pada wanita dengan masalah keuangan, masalah dengan obat-obatan atau alkohol, atau sumber stres besar lainnya. Wanita usia muda yang tidak siap memiliki dan merawat bayi juga beresiko mengalami depresi postpartum.
Wanita yang tinggal di kota-kota besar memiliki resiko lebih tinggi menderita depresi postpartum. Pernyataan ini telah dibuktikan melalui penelitian dari Canadian Medical Association Journal.
Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 6.126 ibu baru yang tinggal di kota metropolitan Kanada, pinggiran kota, kota, komunitas pertanian dan daerah yang sangat terpencil menunjukkan bahwa kasus depresi postpartum lebih banyak terjadi pada wanita yang yang tinggal dikota.
Risiko lebih tinggi seseorang mengalami depresi postpartum dapat mencakup sebagai berikut: [3] [5]
Intensitas dan lamanya gejala depresi postpartum pada setiap penderita berbeda-beda. Gejala ini biasanya mulai berkembang beberapa minggu setelah melahirkan, tetapi dapat pula dimulai selama kehamilan dan hingga satu tahun setelah kelahiran. [3, 4, 5]
Tanda-tanda dan gejala depresi postpartum yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
Jika tidak segera diobati depresi postpartum dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama lagi. Selain berpengaruh pada kesehatan sang ibu, hal itu juga dapat berpengaruh pada kemampuannya dalam berhubungan dan merawat bayinya. [4]
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda yang baru saja memiliki bayi mengalami perasaan tertekan setelah kelahiran bayi Anda, mungkin Anda enggan untuk mengakuinya. Tetapi, apabila kondisi tersebut merujuk kepada gejala depresi postpartum segeralah hubungi dokter Anda untuk dilakukan pemeriksaan.
Jika tanda-tanda dan gejala depresi berikut ini muncul segeralah periksa ke dokter: [3]
Komplikasi berikut ini dapat terjadi apabila depresi postpartum tidak segera diobati. [4]
Depresi postpartum yang tidak segera diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, bahkan bisa mengakibatkan gangguan depresi kronis. Bahkan ketika dirawat, depresi postpartum meningkatkan risiko seorang wanita akan mengalami depresi berat di masa mendatang.
Depresi postpartum dapat menyebabkan ketegangan emosional bagi semua orang yang dekat dengan bayi baru lahir. Ketika ibu yang baru melahirkan mengalami depresi, risiko depresi pada ayah bayi juga dapat meningkat. Ayah baru sudah berisiko lebih tinggi mengalami depresi, terlepas dari apakah pasangan mereka terpengaruh atau tidak.
Ibu dengan depresi postpartum yang tidak diobati akan berdampak pula kepada anak-anaknya. Anak-anak tersebut akan lebih cenderung memiliki masalah emosional dan perilaku, seperti kesulitan tidur dan makan, menangis berlebihan, dan keterlambatan perkembangan bahasa.
Dokter Anda biasanya akan berbicara dengan Anda tentang perasaan, pikiran, dan kesehatan mental Anda untuk membedakan antara kasus jangka pendek baby blues postpartum dan bentuk depresi yang lebih parah. Beritahukan gejala yang Anda alami kepada dokter Anda sehingga dokter dapat membuat rencana pengobatan/perawatan yang bermanfaat untuk Anda. [4]
Berikut ini beberapa hal yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis depresi postpartum: [4]
Lamanya perawatan dan pemulihan setiap penderita berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan depresi Anda dan kebutuhan individu Anda. Berikut ini jenis pengobatan yang bisa dilakukan bagi para penderita depresi postpartum: [3] [4] [6]
Dokter mungkin meminta Anda untuk mengkonsumsi obat antidepresan. Antidepresan bekerja pada bahan kimia otak yang terlibat dalam mengatur suasana hati. Keefektifan antidepresan biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu setelah pemakaian.
Beberapa antidepresan aman dikonsumsi selama menyusui. Tetapi, tetap harus berkonsultasi kepada dokter agar mendapatkan antidepresan yang tepat.
Pengobatan ini melibatkan berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental seperti konselor, terapis, psikolog, psikiater, atau pekerja sosial. Ada dua macam konseling yang terbukti sangat efektif dalam mengobati depresi postpartum adalah:
Terapi perilaku kognitif (CBT), merupakan terapi yang membantu seseorang mengenali dan mengubah pikiran dan perilaku negatif mereka.
Terapi Interpersonal (IPT) merupakan terapi yang membantu dengan penyesuaian sosial.
Selain melalui pengobatan profesional, Anda juga melakukan beberapa hal berikut guna membantu mempercepat pemulihan.
Melakukan gaya hidup sehat. Sertakan aktivitas fisik, seperti berjalan-jalan dengan bayi Anda, dan menjalankan olahraga sebagai rutinitas harian. Cobalah untuk mendapatkan istirahat yang cukup, makan – makanan sehat dan hindari konsumsi alkohol.
Berharap yang realistis. Jangan menekan diri Anda agar melakukan segalanya dan kurangilah harapan untuk miliki rumah tangga yang sempurna. Lakukan yang bisa Anda lakukan dan tinggalkan yang lainnya.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri. Luangkanlah waktu untuk diri Anda sendiri dan meminta pasangan untuk bergantian merawat bayi. Anda bisa melakukan aktivitas yang anda sukai seperti menjalani hobi, berkumpul teman dan lain – lain.
Berbagi cerita dengan orang terdekat. Bicaralah dengan pasangan, keluarga, dan teman Anda tentang yang Anda rasakan. Sharing pengalaman dengan para ibu tentang pengalaman mereka.
Meminta bantuan. Terbukalah kepada orang – orang terdekat Anda dan janganlah sungkan untuk meminta bantuan kepada mereka. Dengan meminta bantuan dalam mengasuh anak, mereka dapat membantu menenangkan rewel atau menangis pada bayi Anda. Sementara Anda dapat memiliki waktu untuk berkumpul bersama teman Anda.
Anda bisa memberitahukan kepada dokter Anda apabila Anda memiliki riwayat depresi, sedang hamil atau berencana untuk hamil. [4]
Dokter dapat memantau Anda untuk melihat tanda dan gejala depresi pada Anda. Ia mungkin meminta Anda untuk mengisi kuesioner penyaringan depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Terkadang pada kasus depresi ringan dapat diatasi dengan konseling atau terapi. Dalam kasus lain, juga dapat direkomendasikan untuk menggunakan antidepresan.
Dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan awal postpartum untuk menyaring tanda dan gejala depresi postpartum. Semakin dini terdeteksi, perawatan awal dapat dimulai.
Jika Anda memiliki riwayat depresi postpartum, dokter Anda dapat merekomendasikan perawatan antidepresan atau psikoterapi segera setelah melahirkan.
1) Alireza Minagar. 2011. Sciencedirect. Neurological Disorders and Pregnancy
2) Anonim. 2020. Webmd.com. Postpartum Depression: What You Should Know
3) Anonim. 2020. National institute of mental health. Facts postpartum depression
4) Anonim. 2019. Mayoclinic. Postpartum Depression
5) Anonim. 2019. Centers for Disease Control and Prevention. Postpartum Depression
6) Roxanne Dryden-Edwards, MD. 2019. Emedicinehealth. Postpartum Depression
7) Jenna Carberg. 2019. Pospartumdepression.org. Postpartum Depression Types
8) Cesa Septiana Pratiwi. 2019. Theconservation.com. Seperempat ibu depresi setelah melahirkan, tapi penanganannya belum optimal. Mengapa?