Makanan, Minuman dan Herbal

6 Efek Samping Kebanyakan Makan Daging Sapi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Mengkonsumsi daging dengan porsi yang tepat akan memberi banyak manfaat bagi Kesehatan. Daging Kaya akan protein dengan kualitas tinggi, banyak penelitian menyebut bahwa konsumsi daging sapi dapat membantu menjaga dan menumbuhkan massa otot. Kandungan beta-alanine yang terdapat di dalamnya dapat mengurangi kelelahan, meningkatkan kinerja olahraga dan mencegah anemia defisiensi besi[3].

Namun banyak penelitian terbaru yang menemukan bahwa konsumsi tinggi daging Bersama dengan produk olahannya menjadi faktor yang bertanggung jawab atas munculnya beberapa penyakit kronis. Beberapa penelitian bahkan menyebut adanya hubungan antara konsumsi daging berlebih dengan kematian akibat penyakit-penyakit tersebut [4][5]. Berikut ini beberpa penyakit yang berhubungan dengan konsumsi daging berlebih:

1. Bau Badan dan Mulut.

Saat anda mengkonsumsi daging dalam jumlah yang besar besar kemungkinan anda akan mengalami bau badan dan mulut. Hal ini mungkin termasuk efek ringan akibat memakan banyak daging terlalu sering. Studi yang dilakukan oleh Jan Havlicek dan Pavlina Lenochova menemukan korelasi antara orang-orang yang mengkonsumsi daging selama 2 minggu memiliki bau badan dan mulut lebih intens (tajam) dibanding orang-orang yang melakukan diet-non daging[6].

2. Penyakit Peredaran Darah

Daging merah mentah dan daging olahan merupakan sumber makanan utama mengandung asam lemak jenuh (SFA) yang dapat meningkatkan kolesterol  jahat (LDL) dan faktor risiko penyebab penyakit jantung iskemik (IHD)[7].

Sementara produk olahan daging seperti daging kaleng, burger beku, sozis yang mengandung natrium tinggi penyebab faktor risiko tekanan darah tinggi, IHD dan stroke[8]. Penelitian lain menunjukkna bahwa konsumsi produk dagin olahan akan meningkatkan 42% resiko penyakit jantung dibanding konsumsi daging merah mentah[9].

3. Penyakit Pernapasan.

Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi, di Indonesia penyakit ini lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah. Konsumsi tinggi daging sapi dan olahannya memiliki keterkitan dengan risiko kematian akibat penyakit pernapasan seperti pneumonia[10].

Hal ini memiliki kausalitas terkait tingginya kandunga zat besi dalam daging dan produk olahannya yang belum diproses. Akibat kelebihan zat besi memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi dan peningkatan ketersediaan zat besi untuk patogen[11].

4. Penyakit Pencernaan

Daging merah yang tidak diolah merupakan sumber zat besi heme sementara produk daging olahan mengandung nitrit dan nitrat. Hal ini dapat meningkatkan pembentukan senyawa N- nitroso yang bersifat mutagenik yang meningkatkan risiko adenoma kolorektal yang lebih tinggi[12].

Adenoma kolorektal atau Kanker kolorektal merupakan kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Beberapa penelitian lainnya juga menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dan produk  olahannya yang tinggi pada penyakit kandung empedu [13].

5. Kanker

Resiko kanker yang disebabkan konsumsi daging yang tinggi tergantung pada jenis daging dan cara memasaknya. Daging merah seperti daging sapi, kerbau, dan kambing yang dimasak menggunakan suhu tinggi dapat meningkatkan risiko kanker[14].

Ini diakibatkan oleh senyawa beracun yang dibuat selama memasak dengan suhu tinggi seperti zat besi heme yang ditemukan dalam daging merah berperan dalam perkembangan radang usus besar yang meningkatkan risiko kanker [15].

6. Penyakit Diabetes

Terdapat hubungan yang era tantara kebiasaan makan daging secara rutin dengan resiko terkena diabetes. Studi yang dilakukan  Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) menemukan bahwa seseorang yang rutin makan daging cenderung memiliki konsentrasi kolesterol lipoprotein densitas rendah dan jumlah total plasma yang lebih tinggi, nilai tekanan darah dan risiko hipertensi serta berat badan yang lebih tinggi. Semua itu berkontribusi terhadap risiko kardiovaskular yang juga merupakan bahaya utama pada diabetes[16].

Kondisi ini berangsur membaik membaik ketika konsumsi daging dihentikan. Ini berarti  konsentrasi lipid meningkat akibat pengurangan asupan asam lemak jenuh, kolesterol. Peningkatan serat larut serta konstituen nabati dan perubahan kandungan makronutrien dari makanan berhasil mengubah lipid plasma dan tekanan darah turun[17].

Tips Mencegah Efek Samping Makan Daging Sapi

Seperti dua mata koin, daging sapi memiliki banyak manfaat sekaligus memiliki resiko memperburuknya. Jika anda penggemar daging, yang harus anda lakukan adalah memaksimalkan manfaatnya dan meminimalisi resiko buruknya. Lakukan beberapa tips berikut agar anda dapat mamakan daging tanpa harus dihantui perasaan bersalah[16]:

  • Pilih daging segar dan hindari daging olahan seperti daging kaleng, daging beku, sozis, dll. Seperti yang diketahui bahwa produk olahan seperti daging kaleng dan buah kaleng menambahkan banyak zat yang dapat mengawetkan produknya seperti natrium. Bahan pengawet dalam produk makanan ini merupakan sumber dari banyak resiko penyakit.
  • Perhatikan cara mengolah atau memasak daging. Hindari memasak daging menggunakan suhu yang tinggi seperti memanggang menggunakan arang sebab akan menimbulkan zat karsinogen yang memicu perkembangan sel kanker.
  • Pilih daging sapi organic. Sapi yang berasal dari peternakan organic yang diberi makanan alami seperti rumput dan biji-bijian menghasilkan daging yang lebih tinggi asam lemak omega-3 dan antioksidan yang sehat.

Sebenarnya ada banyak cara untuk mendapatkan asupan protein melalui makanan, namun hingga saat ini pilihan daging sapi masih menjadi prioritas konsumsi masyarakt untuk mendapat protein hewani. Di Indonesia sendiri konsumsi daging sapi termasuk tinggi hingga mencapai 717.150 ton per tahun[1].

Daging sapi merupakan makanan sumber energi yang baik dan berbagai nutrisi penting, seperti protein, lemak dan mikronutrien seperti zat besi, seng, dan vitamin B12[2].

[1] Yohana Artha Uly. money.kompas.com. Ini Alasan Indonesia Terus Impor Daging Sapi Meski Populasinya Banyak. 2021.
[2] H. Charles J. Godfray, Paul Aveyard, Tara Garnett, Jim W. Hall, Timothy J. Key, Jamie Lorimer, Ray T. Pierrehumbert. Peter Scarborough, Marco Springmann, Susan A. Jebb. Meat consumption, health, and the environment. Science Journal.2018.
[3] Atli Arnarson BSc, PhD. healthline.com. Beef 101: Nutrition Facts and Health Effects. 2019.
[4] Shanshan Sheehy, Julie R Palmer, Lynn Rosenberg, High Consumption of Red Meat Is Associated with Excess Mortality Among African-American Women, The Journal of Nutrition. 2020,
[5] Yan Zheng, Yanping Li, Ambika Satija, An Pan, Mercedes Sotos-Prieto, Eric Rimm, Walter C Willett, Frank B Hu. Association of changes in red meat consumption with total and cause specific mortality among US women and men: two prospective cohort studies. BMJ. 2019.
[6] Jan Havlicek, Pavlina Lenochova. The Effect of Meat Consumption on Body Odor Attractiveness. Chemical Senses Journal. 2007.
[7] Mensink Ronald. World Health Organisation. Effects of saturated fatty acids on serum lipids and lipoproteins: a systematic review and regression analysis. 2016.
[8] Rosendorff C, Lackland DT, Allison M, Aronow WS, Black HR, Blumenthal RS. Treatment of hypertension in patients with coronary artery disease: a scientific statement from the American Heart Association, American College of Cardiology, and American Society of Hypertension. Hypertension Journal. 2015;
[9]Micha R, Wallace SK, Mozaffarian D. Red and processed meat consumption and risk of incident coronary heart disease, stroke, and diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis. Circulation. 2010.
[10] Bradbury KE, Young HJ, Guo W, Key TJ. Dietary assessment in UK Biobank: an evaluation of the performance of the touchscreen dietary questionnaire. Nutritional Sci. 2018.
[11] Cassat JE, Skaar EP. Iron in infection and immunity. Cell Host Microbe. 2013.
[12] Ward MH, Cross AJ, Divan H, Kulldorff M, Nowell-Kadlubar S, Kadlubar FF, et al. Processed meat intake, CYP2A6 activity and risk of colorectal adenoma. Carcinogenesis. 2007.
[13] Fry A, Littlejohns TJ, Sudlow C, Doherty N, Adamska L, Sprosen T, dkk. Perbandingan karakteristik sosiodemografi dan terkait kesehatan peserta UK Biobank dengan populasi umum. Am J Epidemiol. 2017
[14] Paige E. Miller,Philip Lazarus,Samuel M. Lesko,Amanda J. Cross,Rashmi Sinha,Jason Laio,Jay Zhu,Gregory Harper,Joshua E. Muscat. Terryl J. Hartman. Meat-Related Compounds and Colorectal Cancer Risk by Anatomical Subsite. Nutrition and Cancer Journal. 2012.
[15] Nadia M. Bastide, Fabrice H.F. Pierre and Denis E. Corpet. Heme Iron from Meat and Risk of Colorectal Cancer: A Meta-analysis and a Review of the Mechanisms Involved. Cancer Prevention Research. 2011.
[16] Barnard N.D, Cohen J, Jenkins D.J, Turner-McGrievy G, Gloede L, Jaster B, Seidl K, Green A.A, Talpers S. A low-fat, vegan diet improves glycemic control and cardiovascular risk factors in a randomized clinical trial in individuals with type 2 diabetes. Diabetes Care. 2006.
[17] Vogt T.M, Appel L.J, Obarzanek E, Moore T.J, Vollmer W.M, Svetkey L.P, Sacks F.M, Bray G.A, Cutler J.A, Windhauser M.M. Dietary approaches to stop hypertension: Rationale, design, and methods. J. Am. Diet. Assoc. 1999.
[18] A.M.DescalzoaL, RossettiaG.GrigioniabM, IruruetaaA.M, SanchoaJ, CarretecN.A.Pensela. Antioxidant status and odour profile in fresh beef from pasture or grain-fed cattle. Meat Science. 2007.

Share