Terong memiliki nama latin Solanum melongena memiliki kandungan gizi berupa protein, vitamin, mineral, karbohidrat, oksalat, asetilkolin (ACh), delphinidin (suatu antosianin), dan asam klorogenat (asam fenolat). Selain itu, ia terkenal dengan tingginya kandungan senyawa fenolik dan alkaloid. Terong memiliki manfaat untuk menurunkan penyerapan glukosa, membantu pengobatan sindrom metabolik (diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas) dan komplikasinya[1].

Asetilkolin (ACh) pada terong merupakan senyawa utama yang berperan sebagai antihipertensi dengan menghambat aktivitas enzim pengubah angiotensin (ACE). Maka dari itu, disarankan untuk mengkonsumsi terong untuk mengatasi hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi[2].

Efek samping kebanyakan makan terong ini tidak bisa dianggap remeh. Kandungan terong yang semula memiliki sifat antioksidan, antidiabetic, antihipertensi, dan antihiperlipidemia justru bisa memicu berbagai penyakit jika dikonsumsi melebihi takaran harian yang dianjurkan. Bagaimanapun juga setiap sifat-sifat tersebut akan memicu berbagai penyakit berikutnya sebagaimana efek domino, jika terus menerus dikonsumsi secara berlebih[1].

1. Stres Oksidatif

Antioksidan yang terkandung pada terong ini dibutuhkan oleh tubuh pada proses pematangan struktur seluler. Ia juga berfungsi sebagai suatu sistem pertahanan tubuh dari penyakit. Hal tersebut hanya bisa dilakukan jika berada pada konsentrasi rendah sampai sedang. Namun jika ia berada pada konsentrasi tinggi maka radikal bebas dan oksidan akan menghasilkan suatu kondisi yang disebut sebagai stres oksidatif[3].

Stres oksidatif ini dapat merangsang berbagai penyakit, diantaranya yaitu:

2. Defisiensi Zat Besi

Di dalam terong terdapat kandungan fitokimia berupa nasusnin yang mampu mengikat zat besi dan mengeluarkannya dari sel. Sehingga apabila dikonsumsi terlalu banyak dapat mengakibatkan defisiensi zat besi. Padahal tubuh membutuhkan zat besi untuk untuk membentuk hemoglobin atau sel darah merah. Namun bagi yang memiliki kondisi tubuh dengan kelebihan zat besi, justru terong bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menyeimbangkan kebutuhan zat besi dalam darah[4].

3. Batu Ginjal

Kandungan oksalat pada terong dapat merangsang pembentukan batu ginjal, terlebih jika dikonsumsi secara berlebihan. Bagi orang yang rentan dalam menyerap oksalat seperti penderita penyakit ginjal dan diabetes harus membatasi takaran harian untuk konsumsinya. Hal ini dikarenakan batu ginjal dapat berujung pada cedera ginjal akut atau gagal ginjal[4].

Batu ginjal terbentuk dari sisa-sisa zat kimia yang terdapat dalam darah, misalnya yaitu kalsium dan asam oksalat. Dimana dalam pembentukannya akan mengalami pengerasan dan membentuk seperti batu. Batu ginjal ini dapat terbentuk di area saluran urin, ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

4. Gangguan Pencernaan dan Gangguan Sistem Saraf

Terong merupakan tanaman nightshade yang mengandung solanine. Pada dasarnya kandungan ini berfungsi sebagai sistem pertahan alami yang bersifat fungisida dan pestisida bagi dirinya. Solanin ini dapat dilepaskan jika melakukan proses pemasakan yang tepat.

Konsumsi terong berlebih akan membuat kandungan solanine yang masuk kedalah tubuh terakumulasi dalam jumlah yang besar sehingga dapat menyebabkan keacunan. Ciri-ciri orang yang mengalami keracunan solanine yaitu mual, diare, muntah, kram perut, tenggorokan terbakar, disritmia jantung, mimpi buruk, sakit kepala, pusing, halusinasi, kehilangan sensasi, kelumpuhan, demam, sakit kuning, pupil melebar, hipotermia, dan kematian pada kasus yang parah[5].

Takaran Konsumsi yang Dianjurkan

Berbagai kandungan yang dimiliki terong memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi jika zat-zat tersebut dikonsumisi secara berlebihan, maka akan menimbulkan efek yang tidak baik. Untuk itu, berdasarkan riset yang dilakukan oleh para peneliti dari Jepang terkait takaran konsumsi harian yang aman yaitu sekitar 22g/hari yang mengandung 2,3 mg ester kolin (ACh)[6].

Berdasarkan ulasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa setiap makhluk diberikan sistem pertahanan diri yang alami. Sebagaimana terong yang memiliki anti nutrient berupa oksalat. Keberadaan anti nutrient ini jika tidak diolah dengan benar maka berpotensi untuk menghambat penyerapan zat-zat bergizi lainnya yang seharusnya bisa bermanfaat bagi sistem pada tubuh kita.

Ketika sudah memahami mengenai zat nutrient ini pun, perlu dipahami bahwa setiap makanan memiliki kadar aman untuk dikonsumsi. Begitu pula dengan terong, ia akan memberikan banyak manfaat jika dikonsumsi secara wajar. Namun akan berubah menjadi racun jika dikonsumsi berlebihan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn